lagi2 terispirasi dan mengcopy pengalaman disekitar gw... nonfiksi dengan nama karakter fiksi, lokasi dan karakter benar2 ada dan cerita ini benar2 terjadi... cerpen ke 3
‘Don’t waste your time on me you already, the voice inside my head, I Miss You…’
Suara dering ponsel di pagi hari cukup nyaring untuk membuatku membuka mata, bukan dering alarm, tapi dering telpon. Aku menggeliat dan melihat ke lcd ponsel, telpon dari sohibku Tian.
Dengan mata setengah mengantuk aku masih melihat jam dinding hijauku menunjukkan pukul 05.00 WIB. Aku mengangkat telpon itu sambil tetap rebahan.
“Allow bu? Masih tidur nih?” suara Tian terdengar dari seberang.
“Iya, kamu bangunin aku Tian…”
“Sengaja, kamu pasti belum sholat kan?”
“Sorry, aku sudah sholat tadi, tapi abis sholat aku tidur lagi, kamu nelpon sepagi ini nggak mungkin cuma nyuruh aku sholat kan?” dengan setengah malas aku ladenin juga si Tian.
“Hehehe gini Phew, hari ini anak-anak ada rencana buat nyegerin otak and gerak badan ke gua bahalang”
“What? Tumben mau naek gunung, lagi kere ya?”
“Ini biar otak kita fresh. Bosan kan rutinitas kita tiap hari, study, study and study?”
“Oke-oke aku ikut, jam berapa?”
“Jam tujuh udah mesti kumpul di rumah aku, makanya ku telpon pagi-pagi biar kamu siap-siap”
“Kita nggak nginap kan?”
“Nggak, kan dekat. Kamu bawa motor ya, entar ada yang mau numpang”
“Siapa yang nebeng aku?”
“Si Pra, biar dia yang boncengin kamu”
“Sip lah, tunggu aja”
“Oke bye, met pagi…” pembicaraan telpon berakhir.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, aku sudah siap dengan style simpel, T-Shirt coklat, sweter hitam dan celana jins. Aku mengambil tas slempang coklat dan kuisi dengan sebuah T-Shirt, dompet, kamera digital dan i-pod, tak lupa ponsel hitamku ku masukkan ke dalam saku jins. Aku memasang sepatu, lalu segera pamitan pada Ibu dan segera meluncur. Sampai dirumah Tian, csku sudah pada ngumpul. Melin dan Deya, lalu cs Tian,Yanus dan Pra. Kami cukup akrab karena sama-sama anak IPA.
“Nah sudah ngumpul, cabut sekarang?” kata Tian.
“Sip” suara anak-anak serempak.
“Aku sama siapa?” tanya Melin sambil menatap aku dan Deya.
“Kamu sama Tian aja, aku sama Yanus” Deya menyahut.
“Aku sama Phewy aja ya?” Melin mendekat ke arah motor ku dan memegang joknya.
“Aduh Mel, jalannya tanjakan banget, biar anak cowok yang bawa kita” Aku mengibaskan tanganku pada Melin menyuruh dia segera duduk di boncengan Tian. Aku dan Deya berpandangan merasa nggak enak jadinya dengan Tian, aku ingat kalau dulu Melin pernah naksir Tian, tapi Tiannnya nggak tahu. Tian hanya tersenyum tipis.
“Udah cabut guys” Yanus dan Deya segera meluncur diikuti kami.
Sumpah deh, jalannya tanjakan banget, Yanus dan Deya ngomel-ngomel karena nggak sabar dengan kecepatan 60 km/jam yang kami pakai, aku dan Pra tampak santai saja karena kami asyik ngobrol. Dan setelah itu akhirnya kami ngebut juga. Setelah cukup jauh kami baru sadar kalau Tian dan Melin ketinggalan dibelakang, kami memperlambat kecepatan.