6-2 [Sang Mayor dan Boneka Kenangan Otomatis]

145 16 0
                                    

Meskipun Diefriet memiliki kepribadian yang egois dan merajalela, dia memiliki semacam kualitas yang menarik orang lain kepadanya. Dia selalu dikelilingi dan dihormati oleh banyak orang, ia tak pernah menyegani siapapun.

Karena Gilbert tidak bisa mencintai seseorang karena terlalu tegas, kakak laki lakinya memiliki semua yang dia tidak miliki, sampai membuat dia sangat iri terhadapnya sebagai sesama manusia.

"Benar, aku membawa sesuatu yang hebat untuk pesta ini." Diefriet dengan santai memberi isyarat dengan tangannya ke salah satu teman didekatnya.

Saat melakukannya, pria itu membawa pelukan karung rami yang diambil dari ruangan yang berbeda.

"Ini adalah senjata yang telah aku gunakan akhir-akhir ini. Tapi aku akan memberikannya padamu. Dengan ini, pastinya kau akan terus mendapatkan promosi yang lebih tinggi lagi."

Karung itu secara tak bertanggung jawab ditempatkan di meja oval di antara keduanya. Diefriet menyeringai kaku saat Gilbert melihat ada sesuatu yang bergerak dari dalam kantong dan langsung bangkit dari sofa, mencengkram gagang pisau yang ada di sabuknya dengan erat.

"Tidak masalah. Tidak apa apa, Gil. Tenang. Tidak ada yang aneh. Tidak, mungkin itu sedikit Gila. Haha.. mungkin agak sulit ditangani dan berbahaya, tapi itu berperilaku dengan baik saat kau tak memerintahkannya.

"Tapi jangan berpikir untuk melakukan sesuatu yang aneh. Karena penampilannya tidak buruk. Sejauh yang aku tau, delapan orang mencoba menyelinap ke tempat tidurnya dan leher mereka sobek. Sifat kasarnya itu menyulitkan. Dia bukankah penghibur yang baik."

"Ada apa didalamnya?"

"Gunakan... Itu sebagai senjata. Jangan menganggapnya sebagai hal lain. Jangan melekat padanya. Ini adalah 'senjata', oke?"

"Aku bertanya.. ada apa didalamnya?"

"Cobalah kau buka." Kata kata Diefriet terdengar seperti sebuah bisikan dari setan.

Gilbert menggerakan tangannya untuk membuka tali yang diikat erat erat di sekitar kantong rami yang berkedut. Orang di dalamnya tampak seperti putri duyung untuk sejenak karena karung rami itu tergeletak di lingkar pinggangnya.

"Kami belum menamainya. Kami hanya menyebutnya 'kau'."

'itu' adalah seorang gadis. Pakaiannya yang berwarna penuh abu hitam itu terbuat dari kulit dan bulu yang buruk. Sebuah tali yang agak berbau darah diikatkan di lehernya. Bau yang terasa seperti campuran hujan, binatang liar dan darah tercium dari tubuhnya. Segala sesuatu yang menyelimuti dirinya kotor. Namun, dia bukan sekedar anak Kotor yang perlu dibersihkan.

--Tidak terpikirkan... Bahwa dia berasal dari dunia ini. Dia terlalu cantik..

Nafas Gilbert terhenti pada sosok gadis itu. Rambut sepanjang pinggangnya bersinar lebih terang daripada perhisan emas lainnya.

Diwajahnya terlalu banyak luka gores dan lecet. Matanya yang biru bisa dilihat di balik celah rambut panjangnya yang berantakan.

Bola mata yang tidak seperti warna langit atau lautan menatap Gilbert. Keduanya saling menatap sejenak.

Tidak bergerak, seolah-olah waktu membeku.

"Hei, beri salammu." Diefriet dengan agresif meraih kepala gadis itu dan memaksanya untuk membungkuk.

Saat melihat itu, Gilbert dengan cepat menarik tangan kakaknya dan memeluk gadis itu dengan kedua tangannya. Dia gemetar di dalam pelukannya.

"Jangan kasar pada anak kecil! Apakah kau memperdagangkan orang?!" Sambil memeluknya seolah melindunginya, Gilbert sangat marah. Wajah kemarahannya yang murni dengan urat nadi yang menonjol di dahinya membungkam percakapan orang-orang di ruangan itu.

Violet Evergarden - Kana Akatsuki [Light Novel] Vol. 1 ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang