Halaman 50

1.8K 126 7
                                    

"Mak sudah memperingatkanmu Ellia. Jangan lagi berhubungan dengan dia. Dia itu suami orang.... " Mak Rum berkacak pinggang di pintu kamar Ellia, memperhatikan anaknya yang sedang bersiap pergi.

"Aku sudah berusaha menjaga jarak sejauh yang kubisa, Mak..."

Mak Rum mendelik,"Jauh katamu? Semobil dengannya kau bilang jauh? Semalam kamu bersama suami orang, Nak."

Ellia jengah. Kenapa ibunya merasa sedemikian khawatirnya, ibunya tahu dia bukan jenis perempuan yang 'begitu' kan ?
"Mak.... semalam itu kami sama-sama mengantar Nur ke rumah sakit. Bukan pacaran... "

Mak Rum menghela nafas. "Mak takut Ellia... Mak takut kalian melewati batas.... "

Ellia tersentak. Sedalam itu pikiran ibunya. Ellia menggenggam tangan keriput itu." Ellia anak Mak. Ellia tidak akan berbuat sesuatu yang memberatkan Mak di akhirat nanti."

Mak Rum tersentuh, dipeluknya anak perempuan satu-satunya itu. "Mak harap kau menemukan kebahagiaanmu sesegera mungkin."

Ellia menjetikkan air mata yang hampir jatuh. Dadanya bergetar. Kebahagiaan yang seperti apa yang jadi doa ibunya. Lidahnya kelu, sekuat tenaga ia ucapkan," Amin."
****

"Nisa, aku ingin bicara... "

Wajah Nisa berbinar. Lelaki gagah itu berdiri tepat di belakangnya. Deg-degan. Nisa berbalik. Seketika ia teringat peristiwa tadi malam yang tertunda. Apakah suaminya.... Ah, ini kan siang hari. Nisa sedikit tertawa geli.

"Ya Gus?"

Syafiq duduk di tempat tidur. Tangannya saling bertaut. Nisa perlahan duduk di samping Syafiq, menunggu suaminya bicara.

Selama 10 menit Syafiq hanya diam. Tak bergerak sama sekali. Jika bukan bahunya yang sedikit terangkat untuk bernafas, ia menyerupai patung manekin di toko-toko.

"Ya, Gus? " ulang Nisa. Syafiq masih diam saja. Saat Nisa akan buka suara lagi, Syafiq berkata," Nisa, lebih baik kita berpisah. Pernikahan ini tak sehat. Aku berusaha semampuku mencoba agar ikatan ini sempurna. Tapi aku terus gagal. Maafkan aku, Nisa... Tapi aku tidak mau menyakitimu lebih jauh lagi."

Deg ! Jantung Nisa serasa berhenti. Dia mengedipkan matanya berkali-kali, menyadarkan diri ini nyata, dan apa yang didengarnya itu benar-benar suara manusia bukan hembusan angin belaka. Nisa mencerna kata-kata suaminya. Satu per satu...
Tidak mungkin... Bagaimana bisa? Semalam Syafiq mencoba berbagi raga dengannya, ingin belajar memperbaiki hubungan mereka. Dan kurang dari 24 jam, suaminya akan menceraikannya?!

"Gus... kenapa...?" Nisa terbata. "...semalam... Njenengan..." Tenggorokannya tercekat." ...dan sekarang... kenapa, Gus? Kenapa berubah...?"

Syafiq memejamkan mata. Sungguh ia sangat merasa bersalah. Dua kali. Dua kali ia memberi harapan dua orang wanita, dan dua kali pula ia mengecewakannya.

"Maafkan aku, Nisa... "

Nisa tak dapat membendung air matanya. Pikirannya mencoba berdamai." Baiklah, jika Njenengan ingin ikatan ini berakhir. Tapi sebelumnya, Njenengan jujur padaku. Semua. Alasan atau apapun juga. Selama ini Njenengen menjaga jarak, jarang bicara, membuatku merasa bukan... istri. Tapi sudahlah," Nisa menyeka air matanya lagi." ... aku hanya ingin tahu, apa isi hati Njenengan sebenarnya."

"Apa yang ingin kau tahu?"

Nisa mengenggam sprei kasurnya. Miris. Sprei kamar ini pun seakan tak menyukainya juga.

"Njenengan masih mencintainya?"

Syafiq membuka mata, terkejut. Darimana Nisa tahu?

"Ya."

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang