18 ❀ patahan yang kesekian kali

845 157 49
                                    


Chapter 18: Patahan yang Kesekian Kali


     Tak pernah ada kata membosankan bagi Giyuu di kelas.

Tapi sepertinya hari ini adalah pengecualian. Sudah kesekian kalinya Giyuu menghela nafasnya malas, ia bahkan menyandar di dinding kramik dan memejamkan mata. Nyatanya penjelasan teori dari teknologi oleh Pak Genos hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Cowok itu melirik salah stau bangku di deret tengah yang kosong, lalu menghela nafasnya bosan. Shinobu tidak ada di kelas.

Ah sialan, cowok itu mengumpat dalam hati. Ternyata jatuh cinta serumit ini ya? Giyuu cuma ingin melihat Shinobu yang sedang remidial olahraga di lapangan basket indoor.

Usai berhasil mengumpulkan kenekatan, cowok itu berdiri dan mendekati Pak Genos yang tak jauh dari papan tulis. "Pak, saya ijin ke UKS. Kayaknya magh saya kambuh."

"Alah, bohong itu Pak! Paling dia mau nyebat di kamar mandi!" 

Celetukan Hiroomi pun langsung dibalas sahutan heboh dari siswa yang lainnya. Mereka semua sontak menyoraki Giyuu. Sedangkan cowok yang masih berdiri di depan guru itu hanya bisa menghela nafas sabar. Sementara itu temannya yang lain pun ikut menuduh.

"Jangan dipercaya, Pak! Giyuu cuma alibi!"

"Cek kantongnya, Pak! Ada ganja di situ!"

"Giyuu mau melahirkan di kamar mandi, Pak!"

Kalimat terakhir celetukan temannya pun membuat Giyuu sontak mendelik sambil mencari tersangka. Namun yang ia dapati hanya teman-temannya dengan wajah memerah karena berusaha keras menahan tawa.

"Lain kali jangan diulangi ya, Giyuu. Dari rumah sarapan dulu. Apa lagi kalo jam pertama kelasmu itu jam olahraga," tutur Pak Genos memberi ijin.

"Iya, Pak. Terima kasih, mohon maaf sebelumnya," ujar cowok itu akhirnya pamit undur diri.

Giyuu pun melangkah ringan di koridor usai mendapat tatapan tajam dari teman-temannya. Sebab mereka tahu jelas Giyuu cuma beralibi, lagi pula wajahnya tidak pucat. Tapi cuma karena Giyuu anak emas kepercayaan guru, Pak Genos dengan mudah memberi ijin.

Begitu menjauh dari gedung kelas sebelas, Giyuu akhirnya merasa sedikit konyol. Ini baru pertama kali ia bolos, apa lagi cuma hanya untuk melihat pujaan hati yang jelas sedang berlatih untuk remidial. Cowok itu tak pernah mengira ia akan sebodoh ini.

Saat tiba di lapangan basket indoor, cowok itu pun langsung bersembunyi di balik salah satu dinding pilar. Kali ini bukan karena ia ketahuan bolos, tapi karena ia mendengar suara bariton dari cowok lain yang sedang bicara dengan Shinobu.

"Gue remidial sendirian soalnya emang cuma gue yang gagal. Pak Saitama bilang minimal gue harus masukin bola ke ring 3 kali, baru boleh masuk ke kelas." 

"Terus lo udah masukin berapa?"

"Nol."

"Elo tuh mantannya kapten basket, masa gini aja gak bisa," ujar cowok itu sambil meraih bola berwarana orange yang ada di tangan Shinobu. "Pertama lo harus posisiin badan lo kayak gini," lanjut cowok itu sambil memperagakan cara menembak bola yang baik dan benar, lalu mulai menembak bola ke arah ring.

Begitu bola langsung masuk dalam satu kali percobaan, Shinobu pun langsung melebarkan matanya.

"Hebat!" puji cewek itu. "Tapi elo kan tinggi, ya pantes lah bisa,"

Cowok itu tak membalas, ia hanya terkekeh pelan sambil mengambil bola yang memantul mendekati mereka. Namun satu hal yang membuat Giyuu terkejut adalah begitu cowok itu tiba-tiba berjongkok di depan Shinobu sambil mengarah ke ring.

"Ini...... apa?" tanya Shinobu bingung. "Lo mau berak di depan gue? Atau cosplay becak?"

"Naik ke pundak gue, bodoh," ujar cowok itu lelah. "Biar lebih tinggi,"

"Modus banget," desis Shinobu geli walau pada akhirnya ia tetap naik ke pundak cowok itu. Begitu si cowok berdiri perlahan, Shinobu pun langsung bersiap menembak. "Ini serius bisa masuk?" 

"Bisa. Sebut aja nama gue."

"Douma jelek!" seru Shinobu menuruti. "YES MASUK!"

"Nah kan gue bilang juga apa," jawab cowok itu sedikit sombong sambil menurunkan Shinobu perlahan dari pundaknya. "Seneng gak?"

"Seneng dong!" sahut Shinobu tersenyum lebar. "Makasih ya!"

Giyuu terpaku dari balik dinding sambil merasakan hatinya yang kembali pedih melihat Shinobu yang tersenyum lebar, kali ini senyuman itu timbul karena orang lain.

Sakit hati? Entah lah, Giyuu tidak tahu apa nama perasaannya kali ini. Mungkin hanya sedikit kecewa karena Shinobu yang bahagia bukan karenanya. Tapi di sisi lain, Giyuu merasa Shinobu lebih pantas bersama Douma. 

Bagi Giyuu, Shinobu itu selalu sempurna. Gadis itu ramah dan punya banyak teman, selain jadi panutan adik kelas, nilainya juga tidak terlalu buruk. Shinobu itu sempurna. Dan Giyuu sudah sadar dari awal bahwa memang ia tidak pantas untuk Shinobu.

"Ngapain, Yuu?"

Celetukan Douma yang menatap ke arahnya membuat cowok itu mengerjap beberapa saat. Ia menggaruk belakang kepalanya canggung sambil berjalan mendekat. "Enggak, gue nyari jam tangan gue. Tadi gue lepas di deket tribun,"

"Oh, yaudah cari aja gih," ujar Douma sambil menunjuk dengan dagu.

Giyuu hanya mengangguk dengan wajah datar sambil berpura-pura mencari jam tangannya di tribun penonton. Shinobu yang tahu hal itu hanya melengos, ia menyibukkan diri dengan bola basket di tangan.

Shinobu tahu Giyuu tidak memakai jam tangan hari ini. Shinobu juga tahu keberadaan Giyuu di dekat pilar dinding sejak tadi. Hanya saja gadis itu tak ingin peduli lagi.

Tapi.... apa bisa?




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: udah 2k read aja nih, mau request chara dari fandom lain gak? tapi gak janji sih bakal jadi siswa atau guru, kwkwwk. diriku open request, jadi mari ramaikan.

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang