WAS

34 6 0
                                    

Aku yoongi, umur ku 17 dan jimin 18 saat kami pertama kali bertemu. Karena suatu kesalahan secara tidak sengaja buku kami tertukar. Jimin menemukan nomor ponselku di buku milikku.
Dia menghubungiku tepat saat aku hendak pergi tidur, setelah mengobrol singkat kami sepakat untuk bertemu esok untuk menukar buku.
Pertemuan pertama kami cukup normal, tak ada hal khusus, kami bercakap-cakap panjang lebar. Cukup mengejutkan karena biasanya aku tak terlalu suka mengobrol dengan orang asing.
Setelah pertemuan pertama kami, entah bagaimana kami terus bertemu secara tak sengaja. Seperti saat aku aku pergi ke perpustakaan kota, ikut teman nongkrong di kafe, saat pergi jogging, bahkan saat aku pindah tempat les bahasa inggris, kami bertemu lagi.
Kami punya banyak persamaan, kurasa itu salah satu alasan mengapa kami bisa akrab. Aku berada dibawah tekanan orangtua ku, mereka mengharuskan aku untuk terus belajar dan mendapat nilai bagus bahkan menentukan secara sepihak cita-cita yang akan kuraih, mereka tak peduli aku suka atau tidak. Begitu juga jimin, kuingat dia selalu ingin bernyanyi, dia ingin menjadi seniman musik, tapi atas tentangan orangtuanya, jimin hanya bernyanyi untukku.
Setelah jam belajar tambahan selesai kami biasanya nongkrong di atap gedung olahraga yang sudah tidak dipakai, kami menghabiskan banyak waktu bersama. Kadang kami akan membuat rencana-rencana konyol untuk melakukan pemberontakan pada orangtua kami, yang nyata nya tak pernah jadi kami lakukan.
Setelah cukup lama mengenal jimin aku mulai menyadari, kalau jimin cukup terkenal dikalangan para gadis. Mungkin karena aku cukup dekat dengan dia, banyak gadis yang melemparkan tantrum secara terang-terangan padaku. Awalnya tak kuanggap serius sampai satu kelompok gadis merisak ku dan pada saat yang tepat jimin datang membantu.
Setelahnya aku menghindar dari jimin cukup lama, mungkin berminggu-minggu. Selama masa perenggangan, entah mengapa aku merasa kesepian, bukannya aku aku tidak memiliki teman malah, aku punya banyak! Tapi entah mengapa rasanya hampa, kosong, dan tidak mengenakkan. Separuh perhatian ku berkelana entah kemana, aku terus melakukan kesalahan dan aku tau kalau orang-orang disekitarku menaruh rasa khawatir padaku. Tidak melebih-lebihkan, tapi terkadang aku tak bisa bernapas dengan benar, otakku terus meneriakkan kalau ada yang hilang.
Dan saat aku bertemu kembali lagi dengan jimin, aku tersadar, kalau aku rindu pemuda itu. Perasaan ku meluap-luap hingga membuatku menangis tanpa sadar, aku berlari sekencang mungkin dan saat aku masuk kepelukannya, aku tau kalau aku akan baik-baik saja, selama aku memeluk jimin erat-erat, aku tau kalau semua akan baik-baik saja, aku bisa bernapas dengan lega lagi.
Setelah pertemuan kembali, kami melakukan pelarian selama sehari dan pergi ke pantai. Jimin menyewa mobil menggunakan identitas kakak tertua nya, dan kuingat kami banyak tertawa hari itu.
Saat matahari mulai bergerak turun, kami duduk berdampingan, jimin menggenggam tanganku, dan aku meletakkan kepalaku dibahunya, tak ada obrolan, tapi hatiku terasa hangat saat itu. Saat kulirik tangan kami yang bertautan, rasanya wajahku memerah melihat bagaimana pas itu, seakan tangan kami tercipta untuk menggenggam satu sama lain.
Dan saat matahari sudah sepenuhnya tenggelam, jimin mengecup keningku untuk waktu yang lama, dan aku entah aku senang atau terharu, aku menangis dengan senyuman diwajahku.
.
.

Sudah 7 tahun berlalu.
Sekarang umur ku 24 dan jimin berhenti di angka 18.
Aku menghabiskan waktu dengan separuh jiwa berkelana entah kemana, sama seperti di masa perenggangan, aku tak bisa bernapas dengan benar. Sangat sakit, tiap mengingat sosok jimin, jantungku berdebar-debar seakan itu akan meletus, sangat sakit.
Menangis bukan hal baru lagi buatku, kadang airmata turun begitu saja tanpa bisa kutahan, aku kehilangan kendali akan diriku.
Sangat sakit,
Mengingat senyum teduh jimin,
Mengingat suara tawanya,
Mengingat suara merdunya
Sangat sakit.

Jimin mungkin berada di suatu tempat disana, apakah dia menungguku?
Kuingat kata-kata jimin saat terakhir kali,
"kamu separuh hatiku"

Ah, aku menangis lagi
.
.



Side story:
Jimin meninggal tepat setelah dia dan yoongi menghabiskan waktu dipantai. Jimin punya vertigo yang cukup parah, dia kehilangan kendali saat penyakitnya kambuh hingga mobil sewaan yang dia kendarai menghantam pembatas jalan. Jimin meninggal 30 menit setelah tiba di rumah sakit.



Ps: ini cuma cerita ya manteman, cuma make nama imin, ugi doang✌✌✌

BORAHAE!! 💜💜❤❤💜💜💜💜

RemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang