Tring!
Bunyi lonceng istirahat berbunyi, seorang gadis dengan rambut panjang keluar bersamaan dengan kresek sampah yang di bawanya. Terlambat di hari Senin membuatnya harus rela membersihkan ruang kepala sekolah yang joroknya minta ampun.
Sebut saja namanya Lea. Ya... Alea Thana Mahendra. Tokoh utama dalam cerita absurb ini.
Huft... Sedikit kesal sebenarnya namun apa boleh buat? Jika ia kabur masalah akan lebih besar. Mungkin para guru akan menyuruhnya berdiri di lapangan sampai pulang? Ah, tidak, tidak dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.
"Leaaa!"
Merasa ada yang memanggil namanya, Lea segera membalikkan tubuhnya. Ah pipinya memanas ketika melihat siapa yang datang. Lea tidak menyangka bahwa Nera—sahabatnya ini akan menyusulnya. Dimohon segera kepada pemirsa untuk menyumbangkan tepuk tangan yang meriah pada ananda Nera.
"Lo telat lagi, Le?" Tanya Nera tidak percaya dengan tingkah Lea karena setahunya, Lea itu anak smart. Tahu sendiri 'kan bagaimana tingkah anak smart? Tidak perlu di jelaskan kalian pasti sudah tahu.
"Jiwa songong-nya mulai, deh."
"Buru ke kelas. Gue ada kejutan," ujar Nera semangat.
"Wah, romantisnya Nera-ku ini," puji Lea dengan nada mengejek.
"Pujian atau ejekan?" Tanya Nera tak yakin.
"Dua dua-nya." Lea tertawa bangga ketika melihat wajah Nera yang masam, detik berikutnya Nera juga ikut terbahak.
Lorong demi lorong mereka lewati menuju kelas. Tak banyak yang mereka perbincangkan selama di perjalanan, namun dengan ritme yang lamban semua obrolan itu menjadi panjang. Sungguh persahabatan yang menggemaskan.
"Tunggu. Tutup dulu mata lo," cegah Nera.
"Ngapain? Nggak usah sok misterius," ujar Lea.
"Yaudah kalau nggak mau." Nera mengendikkan bahunya lalu berjalan mendahului.
"Eh iya-iya."
Lea sedikit kesal dengan tingkah Nera yang mudah merajuk. Seperti bocah lima tahun 'kan? Andai menonjok kepala sahabat itu tidak berdosa, akan Lea lakukan sekarang juga.
Lea menarik tangan Nera lalu mulai mengikat matanya menggunakan dasi yang di berikan Nera. Nah, sudah selesai. Puas kau Nera? Awas saja jika nanti dia akan di tinggal sendirian seperti tahun lalu. Lea tak akan segan untuk mengirim Nera pada kandang buaya. Buaya sok tampan tapi.
"1...2...3 buka matanya."
Dorr!
Tepat saat Lea membuka matanya, balon berwarna ungu cerah di ledakkan. Terbayar sudah rasa penasaran Lea sedari tadi. Seorang Nera yang notabene-nya tidak pernah seromantis ini bisa menjadi romantis dalam sekejap. Lea jadi tidak sabar ingin segera menonjok kepala Nera.
Terdengar alay namun itulah kenyataannya. Lea tidak bisa membendung rasa haru-nya. Dirinya bahkan melupakan peristiwa penting dalam hidupnya. Hari ke tujuh belas tahun Lea hidup terasa berharga berkat Nera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Perahu Kertas
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [KEJUTAN SIAP MENANTIMU] [Dilarang plagiat, kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya hasil karya penulis di jiplak] Ini tentang Lea, memiliki nama panjang Alea Claudy Revalina. Gadis berparas cantik dengan sejuta penderitaan. Ini...