Setelah sebelumnya, Jean dan Charlie melakukan kesalahan sangat besar dalam hidup mereka, kaki mereka seiringan berjalan dengan langkah yang terburu-buru menuju toilet, tempat saksi bisu perbuatan keji mereka. Dengan cepat, mereka saling berbagi tugas. Charlie yang saat itu telah menyadari perbuatannya, berusaha membiarkan Jean membersihkan bagian luar toilet dan berjaga-jaga. Sedangkan Charlie yang membereskan semua kerusakan yang ia lakukan didalam toilet.
________________________________________________
(POV Jean)
Setelah berbagai kejadian yang sangat parah telah kulalui, pandanganku akan masa depan perlahan menghitam. Aku masih tak bisa percaya akan mendapat kejadian yang tragis seperti ini untuk kedua kalinya . Sembari ku mengepel area luar toilet, seisi benakku saat itu terus terbayang oleh suramnya masa depanku nanti. Memang penyesalan selalu datang di akhir, dan kali ini aku baru menyesali akan keputusanku menyetujui rencana Charlie. Mataku perlahan mulai meneteskan kesedihan yang tertampung dalam kacamataku hingga berembun di dalamnya. Berkali-kali aku mencoba mengusapnya, namun aku perlahan makin melemah dan membuatku terpaksa menghentikan kegiatanku. Tubuhku mulai menyenderkan diri pada tembok dan aku mulai menangis sesenggukan seperti anak kecil.
Selagi perasaanku makin kacau, dari dalam toilet aku mendengar suara barang berjatuhan, diikuti suara Charlie sejenak namun aneh. Suaranya seperti teriakan samar dan tak jelas. Aku yang khawatir segera mengusap wajahku yang basah oleh air mataku lalu buru-buru masuk ke dalam toilet dan mengecek keadaan Charlie."Charlie... apa kau memanggilku tadi?"
Awalnya aku tak meliat siapapun. Sesaat kemudian, toilet paling ujung tiba-tiba pintunya terbuka dengan keras dan muncul Charlie yang sedang tak sadarkan diri sembari dicekik oleh seseorang. Orang itu keluar perlahan dari kegelapan dan terlihat berjalan terhuyung,menuju sorotan cahaya lampu toilet.
Perlahan dari sepasang mataku terlihat pemandangan wajah yang tak asing, Gale!"Hhhah! Gale..., kau... kau masih... hidup?"
"(...)"
"Gale, kalau ini benar kau tolong jawab aku!"Saat itu aku masih tak percaya bahwa Gale masih hidup. Ia bahkan tak menghiraukan pertanyaanku dan lebih memilih fokus pada manusia dihadapannya. Namun, aku mulai mempercayai perlahan setelah aku melihat bekas darah hitamnya dan lebam di kepalanya.
"Hhhhhuuuh... (membuang nafas keras-keras) ssudah kudugah kau ikut terhasut oleh si cecunguk ini, Jean!" (Gale makin menyodorkan pecahan kaca botol pada leher Charlie).
"Hentikan, Gale... tolong lepaskan Charlie! O..ooke, aku benar-benar menyesal, Gale. Akupun tak menyangka Charlie akan berbuat sebrutal itu padamu. Tolong sekali lagi, Gale... Maafkan aku dan Charlie..."
"Bodoh sekali... kau berfikir akan memaafkan kalian. Kalian ini sudah keterlaluan... benar-benar! "
Gale kemudian terdiam sejenak, tatapannya mendadak sangat tajam mengarah kepadaku.
"Hahhahhh bodohnya kalian memberi LSD pada seorang pemabuk berat... "
"Gale, aku sangat bersyukur kau masih hidup, namun tolonglah... jangan kau mencoba membunuhnya...!"
Saat itu aku benar-benar takut akan nyawa Charlie yang makin terancam.
"Mhehh... (suara meremehkan) tenang, matinya tak akan sakit kok, aku sudah membuatnya mabuk sebelum kau masuk. Jadi aku bisa membunuh Charlie tanpa ia kesakitan."
"Gale... tolong, hentikan...""Biarkan aku menyiksanya dulu, brengsek!"
"Tolonglah, jangan, Gale... Aa.. Aku akan lakukan apa saja untukmu jika kau mau melepaskannya... ya Gale..."
Gale terus menerus mencoba menggores leher Charlie. Sedangkan aku masih berusaha menahan tangan Gale agar tidak berbuat seenaknya pada tubuh Gale. Namun saat itu, pandangan dihadapanku bukanlah manusia. Mataku mendadak berkabut hitam serta muncul bayang-bayang sadis tersirat dalam matanya. Tubuhku yang gemetaran saat itu memaksakan diri untuk menahan klise-klise yang semakin lama kian menusuk mataku dan ingin segera kuakhiri.
(Tubuh Charlie mengikuti genggaman tangan Gale yang perlahan mulai meninggi, lalu salah satu tangan Gale akan bergerak menusuk Charlie dengan cepat)
"GALE CUKUPP!!!"
(Tangan Jean dengan cepat menahan kaca yang berusaha mendarat cepat ke tubuh Charlie. Diantara sela-sela jarinya, perlahan mengeluarkan cairan hitam menetes sangat deras)
Saat itu aku sempat melihat ekspresi Gale yang sejenak terkejut oleh aksiku. Lalu ia tertunduk dan tertawa pendek, seolah terdengar sedang mengejekku.
"Cih... aku tak menyangka kau akan melawanku kali ini... Sayangnya, sudah terlambat"Saat itu aku seolah-olah dihadapkan oleh iblis bermata hitam tepat di hadapanku dan berusaha melahapku. Ekspresi kebencian Gale terlihat tak tertahankan lagi dan ia sudah tak mempedulikan keadaan Charlie yang sekarang sudah tersungkur. Fokusnya sudah beralih kepadaku. Aku saat itu masih ingin membuat Gale sadar sehingga aku terpaksa harus melawannya. Aku mencoba memendangnya, memiting tangannya, maupun memukul perutnya, namun selalu ditangkis oleh Gale.
Tak perlu waktu lama, tangan Gale dengan mudahnya menusuk ulu hati dan menaklukkanku. Lalu ia menyandingkan tubuhku yang sudah berakhir dengan babak belur berdekatan dengan Charlie.
"Hmmm... enaknya kuapakan ya kalian sekarang..."
"Uhuk... eghm, (suara terbatuk-batuk) Gale, tolong sadarlah... semua ini tidak berguna sama sekali Gale, Dan aku juga baru menyadari semua itu. Tolong jangan buat kau menyesal kemudian hari karena ulah kami."
Lalu aku menghela nafas sebentar...
"Aku dan Charlie sudah kalah sejak awal, Gale... Sekarang, sudah sepantasnya kami menggantungkan diri padamu..." Ucapku dengan lirih dan tersengal-sengal. Aku benar-benar sudah hilang harapan akan malam ini, dimana waktu ini sangat tepat untuk serigala menggonggong, seperti kondisi Gale saat ini.
Sejenak, dalam pandanganku Gale terdiam menatapku seakan memikirkan sesuatu. Lalu tangannya mendadak gemetaran, badannya mulai sempoyongan dan segera tangannya mulai menyeka kepalanya. Saat itu aku merasa ada yang salah padanya, tapi aku masih tak berani melawannya. Lalu tak lama aku mendengar suara terbata-bata dari mulut Gale. Sikapnya bahkan berubah depresi dan ketakutan akan sesuatu..."Mmmm... Ehh... aa.. aku... ap apa ini...? aaahhh astagahh tidak... "
Gale tiba-tiba terlihat syok dan terus bergumam saat itu. Akhirnya ia malah asik dengan dirinya sendiri dan tak mempedulikan kami. Aku mengambil kesempatan ini untuk menenangkannya.
"Gale..." Perlahan kudekati dia dan kuusap punggungnya. Bau alkohol masi tercium sangat kuat saat itu. Lalu wajahnya yang terlihat memerah dan basah oleh tangisan memandangiku."Aku bodoh sekali, a... ak... aku bukanlah seorang yang... ahh... aku bukanlah manusia... Arghh" Ucapannya yang awalnya pelan lama-lama mengeras dan tangisannya pecah. Saat itu aku mulai yakin, Gale kembali dalam kondisi mabuknya.
"Sialan semua sialan...! hidupku jadi terpenjara disini... aku tak kuat menahan semua... semua hidupku..." Ucapnya lirih kepadaku dengan tangan yang perlahan menyayat nadinya. Lalu perlahan kucoba menahan tangannya.
"Sekarang apa maumu, Gale?"
"Bawa aku pergi... bawa aku pergi jauh dari sini... "
"Baiklah, Gale... kita akan pergi..."Saat itu, dimalam purnama yang bersinar terang, aku akhirnya membereskan semuanya...
______________________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
RE :Young
Historical FictionAwalnya Jean Tyler sangat berambisi menjadi ahli permesinan yang sukses dan tertarik mempelajari lebih dalam tentang mesin dengan pergi ke pusat kota France, lalu mendaftar dalam akademi permesinan high grades. Namun harapannya putus setelah sampai...