Sakula terduduk tepat di ruang tamu, menghela napas panjang sembari menatap jam dinding yang detik demi detik nya terus bergerak. Ekor mata nya melirik ke arah meja makan, dimana terdapat makan malam yang akan ia santap bersama sang suami, Revano.
Dua tahun pernikahan kedua pasang itu lalui, ia mengerti perbedaan drastis yang ada pada suaminya itu.
Lagi-lagi, pria manis itu mengalihkan pandangnya kearah jam dinding, sekarang pukul 9 malam. Sudah dipastikan makanan itu sudah terlanjur dingin.
Sakula berdiri dan langsung bergegas menuju pintu rumah begitu ia dengar bel pintu berdenting.
"Kak Daffa? Ada apa sama Mas Revan?" Kalut, itu yang pria itu rasakan. Sakit dadanya melihat sang suami dalam keadaan mabuk dan terlihat sangat berantakan.
Setelah membawa tubuh Revano yang beraroma alkohol, akhirnya Daffa dan Sakula berbincang di ruang tamu. "Mabuk, Kula. Beneran gak ngerti, kerjaan di kantor akhir-akhir ini juga gak berat."
Sakula paham, ia paham sekali apa yang tengah menjadi kekhawatiran sang suami.
"Anyway, I have to go now, Kula... Fian pasti nyariin, kamu bisa ngurus Revan sendirian?" Anggukan yang ia berikan kepada lelaki dewasa di depannya ini.
"Tentu, kak. Aku titip salam untuk Fian sama Nana, ya?"
Daffa mengangguk, sembari melambaikan tangan nya ke arah Sakula. "Hati-hati." Ujar pria manis itu, sepeninggal sahabat karibnya ia berjalan menuju kamar.
Revano masih tertidur lelap, dengan telaten kedua tangan Sakula melepaskan kaos kaki hingga mengganti kemeja suami nya dengan sebuah kaos oblong yang nyaman digunakan. Pria manis itu menatap wajah terlelap milik Revano, jelas sangat terlihat bagaimana kekhawatiran yang tercetak jelas, bahkan Sakula yakin, dalam tidurnya suaminya tetap tidak bisa terlelap dengan tenang.
"Mas... Maafkan Sakula." Pria manis itu terisak.
Dua tahun lamanya sudah pernikahan yang mereka jalani, namun kehendak Tuhan berpendapat lain. Kedua cucu Adam ini masih belum diberi kesempatan untuk memiliki momongan.
——————
Halo... AKU LUPA BILANG KALAU INI MPREG..........