Pejuang Mimpi

23 1 2
                                    

                          Pejuang Mimpi

                                              29 Agustus 2020

Terkadang aku merasa iri hati pada mereka yang begitu mudah mewujudkan mimpinya. Aku iri pada mereka yang Tuhan gariskan memiliki jalan hidup yang terkesan begitu mudah untuk dijalani. Aku iri pada mereka yang sedari usia dini sudah mampu memperoleh begitu banyak prestasi. Sering kali aku berpikir seberapa banyak aku berusaha dan seberapa keras aku berjuang untuk mengejar sebuah mimpi, mimpi itu nantinya akan berakhir menjadi sebuah ilusi. Namun, seringkali aku tidak menyadari dibalik semua hasil yang mereka nikmati pasti ada proses yang harus mereka lalui dan ada pengorbanan yang harus mereka jalani.

Terkadang rasa iri hati membuat seseorang terlalu banyak membandingkan dirinya dengan manusia lain. Berkurangnya rasa syukur dan cenderung menyalakan diri atas apa yang terjadi. Entah sadar atau tidak aku juga sering menyalahkan diri sendiri merasa gagal ketika mimpi dan harapan kedua orang tuaku tak mampu aku wujudkan. Sebarapa banyak aku belajar dan berjuang mimpi mimpi itu juga seolah pergi hingga tak mampu aku raih. Hingga suatu hari aku sadar Tuhan selalu mengahadirkan sesuatu yang hambanya butuhkan bukan inginkan. Aku terlalu sok tahu tentang diri sendiri padahal jelas ada yang lebih mengerti tentang diri ini.

Aku tahu dan mengerti jika mimpi adalah milik semua orang. Semua orang juga bisa saja memiliki impian yang sama dengan mimpi yang aku miliki, entah kesamaan impian untuk melanjutkan studi atau impian pekerjaan dan impian impian lainnya. Namun, takdir Tuhan lah yang menentukan impian siapa yang akan menjadi kenyataan tentunya dengan diiringi usaha juga doa dari sang empunya mimpi. Ketika mimpi ku ataupun mimpimu tak mampu menjadi kenyataan pasti tidak mudah bukan? Perasaan sedih gelisah dan menyalahkan diri sering kali kita rasakan. Merasa tak mampu melakukan yang terbaik. Merasa gagal karena membawa luka pada orang orang yang kita sayangi atas harapan yang mereka miliki pada diri ini.

Hal ini juga tidak mudah untuku ketika banyak rencana yang sudah aku rancang dengan begitu apik, dan tiba tiba terhempas begitu saja aku pun merasa tak ada lagi harap yang mampu aku perjuangkan. Tidak ada lagi mimpi yang harus aku kejar kembali sepenuh hati. Tidak ada lagi semangat begadang semalaman demi membaca lembaran lembaran buku yang tertumpuk diatas meja. Tidak ada lagi qoutes dan puisi penyemangat diri. Tidak ada lagi bayangan untuk dapat memakai seragam dari universitas yang aku impikan sedari aku duduk dibangku sekolah dasar. Kekecewaan itu hanya mampu aku luapkan dengan buliran air mata yang tak pernah lelah menyalahkan diri atas kegagalan yang harus aku alami.

Hingga aku sadar aku tidak bisa dan tidak boleh terus berdiam diri menyalahkan diri sendiri atas apa yang dialami dalam artian aku tidak boleh hanya berpasrah atas apa yang akan terjadi pada mimpiku. Aku menguatkan hati dan mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja. Setidaknya aku sudah berjuang sejauh ini dan aku tidak boleh kalah lagi karena terus terpuruk dan bersedih atas kegagalan yang dialami. Aku harus kembali berjuang untuk meraih mimpi lain yang dadakan aku pikirkan. Aku menyadari kehidupan dan waktu tidak akan berhenti hanya karena seseorang seperti aku merasakan patah hati akan mimpinya. Orang lain juga pasti pernah dipatahkan mimpinya, aku yakin tidak hanya aku yang merasa begitu patah hati atas sebuah mimpi namun ada ratusan bahkan mungkin ribuan manusia lain yang juga merasakannya. Namun, mereka mampu mengatasi patah hati mereka dengan baik. Segera mempersiapkan diri untuk kembali berperang di medan masuk perguruan tinggi. Hal ini menyadarkan aku dan membuat aku berusaha memupuk kembali sisa sisa harapan yang aku miliki.

Di penghujung keputusasaan yang aku rasakan Tuhan sepertinya melihat betapa  aku tetap berusaha tidak menyerah dan tetap gigih berjuang memasuki sebuah perguruan tinggi disaat banyak dari mereka yang sudah berganti status menjadi mahasiswa mahasiswi. Aku tetap tenang. Tidak aku tetap berusaha memaksakan diri untuk tenang dan percaya pada takdir Tuhan bahwa semuanya akan indah pada waktu yang tepat. Mungkin saja waktu kemarin dan waktu saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk aku menikmati keindahan itu. Tuhan masih ingin melihat sebarapa banyak dan seberapa besar kesabaranku menghadapi situasi ini.

Usaha memang tidak pernah menghianati hasil  disaat aku tertidur pulas dan berada di alam mimpi. Orang tuaku membangunkanku dan mengatakan jika aku diterima pada salah satu universitas terbaik negeri ini. Masih kuingat jelas raut wajah bahagia yang beliau pancarkan saat membangunkanku dari alam bawah sadar. Akhirnya, perasaan sesak sedih dan segalanya bercampur aduk dan membuncah saat itu.

Namun, tak berselang lama perasaan galau dan bimbang menghampiri diri ini. Sebelumnya aku memang mengikuti dua ujian masuk mandiri pada universitas negeri yaitu pada Universitas yang berada di Yogyakarta dan Semarang. Sebelum pengumuman hasil ujian universitas di Semarang keluar aku sudah dinyatakan lolos dan menjadi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan Akuntansi. Bahkan, aku sudah datang ke kampus UNY untuk mengikuti BTA (Baca Tulis Al Qur’an) yang merupakan program wajib bagi mahasiswa mahasiswi baru UNY. Setelahnya pun aku sudah dimasukan kedalam group kelas A dan sudah mulai saling menjalin komunikasi dengan teman teman di whatsap group. Aku berencana akan mencari kostan dengan teman baru yang bernama revi dia begitu baik pikirku. Meski aku belum pernah betemu dengan nya langsung namun aku merasa nyaman dan seolah sudah kenal lama jika berkomunikasi dengannya. Aku merasa bersyukur disaat aku merasa asing dengan Kota Yogakarta setidaknya aku memiliki satu teman yang mungkin bisa aku andalkan agar tidak tersesat di kota rantauku. Ya revi memang berasal dari yogyakarta namun karena letak rumahnya yang berada cukup jauh dari kampus ia memutuskan mencari kostan bersama aku.

Tuhan memang selalu memiliki rencana rencana yang kadang tidak kita duga sebelumnya diantara perasaan senang karena aku berhasil kembali di terima di universitas negeri di semarang yaitu UNDIP aku juga merasa bimbang untuk menentukan pilihanku. Karena kedua kampus tersebut menerima aku pada jurusan yang sama yaitu akuntansi. Orang tuaku menyarankan agar aku berkuliah di semarang saja alasanya karena jarak semarang yang tidak terlalu jauh dengan kota asalku yaitu Tegal membuatku lebih mudah jika ingin pulang kampung.

Awalnya aku bingung sekali menentukan keputusan akan berkuliah dimana. Giliran ditolak semua pusing galau sedih giliran diterima semua pusing galau juga pikirku namun setidaknya aku merasa lega karena walaupun aku tidak berhasil masuk ke sekolah kedinasan namun impianku untuk bisa berkuliah di universitas negeri tercapai. Keputusan akhirku jatuh pada undip. Berat memang melepaskan dan berpamitan pada teman teman di yogyakarta yang bahkan belum pernah aku temui dan berbincang bersama tidak hanya melalui media sosial. Namun, aku yakin pertemuan ini adalah sebagian dari skenario yang telah Tuhan rencanakan untukku. Aku bersyukur setidaknya telah mengenal mahasiswa mahasiswi hebat dari UNY khusunya Kelas Akuntansi A.

Inilah sekelumit kisah tentang kegalauan seorang anak lulusan SMA untuk melanjutkan kemana ia akan menyambung mimpinya di perguruan tinggi. Semoga sekilas kisah ini dapat menjadi motivasi yang baik bagi para pembaca.

Hal yang perlu kita sadari dalam hidup bahwa “ Semua orang pasti memiliki mimpinya masing masing dan mimpi yang kita miliki tidak selamanya mampu untuk kita raih. Tidak perlu berkecil hati ketika mimpi itu belum menjadi milik kita, Yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha berdoa dan bersabar percayalah disetiap kesedihan yang kita rasakan akan datang kebahagiaan yang tak pernah kita kira.”

         -          P     E    N           A   S    A    -

Pejuang MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang