Allan
10 Tahun yang lalu
Sore itu aku pulang dari rumah Oma setelah bermain bersama sepupuku yang biasa datang setiap hari sabtu dan minggu, berjalan sendirian menyusuri jalanan aspal yang mulai lengang sambil menebak-nebak makanan yang Ibu masak untuk malam ini. Apakah akan masak opor? Atau membuat nasi goreng kesukaanku dengan jumlah sosis yang banyakk. Sedang memikirkan makanan buatan ibu untuk makan malam nanti dengan langkah ringan, mendadak langkahku terhenti.
"Huaa om mau es kimm" aku mendengar seorang perempuan menangis didepan gerobak penjual es krim. Rambutnya berantakan, walaupun aku melihat ada sebuah jepit tersemat berwarna pink dirambutnya, dress berwarna biru yang dikenakannya pun sedikit lusuh.
"Gabisa atuh neng, masa gabawa duit. Ya gabisa beli atuh" ucap mamang itu yang terlihat berusaha menenangkan anak perempuan yang terus menangis dengan menjerit karena tidak mendapatkan es krim yang diinginkannya. Dia terus menangis sampai sesenggukan dan terkadang mengomel tak jelas.
"Om iyya mau es kimnya. Nanti diganti deh" bujuknya sambil terus-terusan menangis. "Mang, es krimnya 1 ya" kataku yang memutuskan untuk membeli es krim itu sambil memandangi anak perempuan yang masih menangis dengan mata merah menatapku tajam. Sepertinya dia marah karena aku membeli es krim lebih dulu.
"Nih a' es krimnya, 5 ribu ya" mamang itu menyerahkan es krimnya kepadaku. Anak perempuan itu masih menangis sambil memandangi es krim yang ada di tanganku dengan tatapan sangat menginginkan es krim ini ada ditangannya.
"Makasih mang"
"Iyya mana om?" anak perempuan itu masih menagih es krim ternyata.
"Aduh neng gimana ya?" mamang es krim itu berusaha mengucapkannya dengan hati-hati dan sedikit ragu-ragu.
"Nih es krimnya buat kamu aja" aku memutuskan untuk memberikan es krim itu padanya. Walaupun sejak awal melihat anak perempuan seumuranku itu aku sudah memutuskan untuk membelikan es krim untuknya. Dia menyambut es krim itu dengan wajah yang sangat lucu, cerah sekali, dan tatapannya sangat senang. "Nih Om kakak ini baik, mau kasih aku es kim." Ucapnya sambil memakan es krim itu dengan bersemangat.
"Makasih ya kak hihi"
"Mau aku anter pulang?"
"Gamau pulangg" dia berucap seperti itu dengan menahan tangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. "Yaudah main aja yuk?" aku mengajaknya ke tempat bermain depan komplek setelah dia menyetujui ajakanku masih dengan menikmati es krim itu.
Setelah duduk di sepasang ayunan dengan dia disebelah kiriku. Aku mulai menanyakannya dengan pelan-pelan "Kenapa gamau pulang?" aku menanyakan itu dengan badan terayun-ayun kedepan dan kebelakang, menengok kearahnya yang masih menikmati es krim yang tinggal setengahnya.
"Mama, Mama lagi berantem sama Ayah." Dengan santai mengucapkan itu, dia masih tetap pada posisinya. "Berisik, gasuka" ucapnya lagi dengan menyuap sesendok es krim ke mulutnya.
"Oh, kalo kamu ga suka bisa main aja diluar."
"Mama gabolehin. Katanya takut aku diculik." Aku tertawa. Padahal sekarang dia sedang berada di ayunan taman depan komplek tanpa orang tuanya dan bersamaku yang tidak dia kenal. Akhirnya aku memilih diam tetap bermain ayunan tanpa mengalihkan pandanganku dari anak perempuan dengan rambut berantakan yang masih memakan es krim yang sebentar lagi habis.
"Nama kamu siapa?"
"Iyya, namaku iyya" dia menatapku dengan mata bulatnya yang sedikit bengkak seraya mengerjap dan sedikit bingung karena mungkin dia merasa asing terhadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours and Time
RomanceSemua keputusan tergantung kita. Kita yang menjalani semuanya. Kita yang melakukannya. Kita yang menunjukan pada dunia bahwa kitalah yang pantas. Namun jika waktu dan sang pencipta berkata tidak. Aku dan kamu juga tidak bisa berkata apapun Semua...