"Calon ibu dari cucu-cucunya nanti"
***
Waktu kian berlalu, kandungan Alexa sudah memasuki bulan keempat yang artinya adalah memasuki fase Tri-Semester kedua. Perempuan itu merasakan kehamilannya sendiri tanpa Ivan yang menemaninya tiap hari. Pria itu mengatakan akan benar-benar mencurahkan seluruh perhatiannya jika benar terbukti bayi itu adalah darah dagingnya.
Pagi ini, Alexa berdiri di teras rumah sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Dia belum mengambil cuti kuliah, rencananya itu akan dilakukan ketika semester ini berakhir. Tentu ia malu pergi ke kampus dengan keadaan hamil tanpa status menikah. Ia tak mau menerima ejekan dan penghakiman dari orang-orang di luar sana.
"Mama mau ke mana?" Alexa berbalik ketika mendengar langkah kaki dari belakang dan mendapati ibunya yang telah rapi seperti akan bepergian.
"Ke rumah mbak Leta" untuk kesekian kalinya Chika bersikap tak acuh pada putrinya, ia ingin memberikan Alexa pelajaran bagaimana disiksa secara batin oleh orang yang kita sayangi.
"Ngapain mama ke sana?"
"Mama mau minta maaf sama mbak Leta dan Prilly atas semua yang udah mama dan papa lakukan, mungkin nasib kamu adalah karma dari semuanya"
Alexa melangkah cepat mengejar ibunya yang hendak menaiki mobil yang akan dikendarai Aji. "Mama enggak usah lakuin itu lagi, mama udah minta maaf berkali-kali jadi yaudah. Setelah anak ini lahir aku juga akan menikah dengan Ivan karena ini memang anak kami, ma"
"Kamu tahu Alexa, papa kamu tiap malam enggak bisa tidur dengan nyenyak. Kerjaannya juga jadi berantakan karena apa yang kamu perbuat, dia kepikiran"
Mata Alexa mulai berkaca-kaca lalu menggeleng pelan. "Mama kira aku enggak kepikiran? Aku bahkan ngerasa kalau kalian mengabaikan aku, aku juga stress ma" ia memekik di depan ibunya, mengeluarkan rasa yang selama ini ia pendam.
Chika mendekat pada putrinya dengan pancaran mata yang juga berkaca-kaca. "Mama hanya mau memperbaiki keadaan Alexa, kita semua tersiksa di sini"
Bersamaan dengan tetesan pertama air-mata yang lolos dari pelupuk matanya Alexa langsung memeluk ibunya, mereka sama-sama menangis sesenggukan sebelum akhirnya Chika memutuskan untuk tetap pergi ke kediaman mantan istri suaminya.
***
Di kediaman Yoleta, terlihat sepasang ibu dan anak itu sibuk dengan kegiatan masing-masing setelah selesai menikmati sarapan.
Yoleta sibuk berbincang melalui telepon yang ditempelkan ke daun telinganya, sedangkan Prilly nampak kerepotan memasukkan benda apa saja yang hendak dibawanya ke dalam tas jinjingnya.
"Bunda, Nassia pergi dulu ya" Prilly mendekat pada ibunya lalu berbisik pelan di depan Yoleta, melihat ibunya mengangguk dan mengatakan kalimat 'Hati-hati' tanpa suara, ia segera mencium pipi kanan wanita itu.
"Non, maaf di depan ada yang cari non sama nyonya" Lia menghampiri Prilly yang baru hendak melangkah menjauh dari ibunya, ia juga menatap sekilas Yoleta yang melemparkan tatapan bertanya padanya. "Katanya istrinya tuan Budiman"
Prilly dan ibunya saling tatap tanpa suara, beberapa detik kemudian Yoleta mengakhiri obrolannya lewat telepon dan bangkit menghampiri putrinya dan Lia.