19 ❀ rencana akhir pekan

808 145 24
                                    


Chapter 19: Rencana Akhir Pekan


     Sabtu malam, tepat pukul delapan.

Mitsuri berbaring di kasur milik Shinobu sambil asik berselancar di sosial media, sedangkan pemilik asli kasur itu sedang duduk di meja belajar. Dengan kertas formulir di depan mata, cewek itu hanya tinggal mengisi data diri sambil melengkapi berkas yang diperlukan. Namun sejak duduk di kursi itu 15 menit yang lalu, pikiran cewek itu kosong.

Hanya sekedar menulis data diri pun, Shinobu merasa hal itu begitu berat. Cewek itu hanya sedang tidak ingin meninggalkan sekolah. Namun kalau berangkat sekolah pun cewek itu akan bertemu Giyuu, orang yang sangat ingin ia hindari sekarang.

"Gue nyari jam tangan gue. Tadi gue lepas di deket tribun,"

Shinobu berdecak pelan.

Cewek itu tak pernah mengira semua akan jadi rumit. Ketimbang merasa menang, ambisinya untuk menjauhi Giyuu ternyata malah menyakiti dirinya sendiri. Padahal Shinobu merasa pantas menjauhi cowok yang memang tidak menerimanya.

Tapi.... mereka ini apa?

Cuma teman kelas, tapi Shinobu sampai menjauhi Giyuu keterlaluan. Seolah di sini hanya Shinobu yang terbang sendiri dengan angan tinggi.

"Shin, hari Sabtu besok ikut gak?"

Ajakan Mitsuri membuat cewek itu mengerjap. Shinobu langsung memutar pandangan ke belakang kursi. "Kemana emang?"

"Muncak. Lo gak liat di grup apa?"

Shinobu tertegun. Tanpa menyahut, Shinobu pun langsung menyambar ponselnya di meja dan membuka grup. Dan kalau dibaca dari atas, memang ternyata Muichiro dan Gyomei sudah koar-koar sejak beberapa hari lalu perihal antara camping dan muncak.

"Bilangin kek, jangan muncak. Trauma gue ke gunung," rengek Mitsuri mengadu.

Shinobu menipiskan bibir, lalu mengendus singkat. Ya jelas cewek itu trauma, terakhir mendaki gunung dulu, Mitsuri diikuti oleh hantu penjaga gunung. Setelah bertanya ke juru kunci, ternyata ada larangan bahwa dua lawan jenis tidak boleh tidur dalam satu tenda yang sama.

Salahkan saja pada Obanai yang beralasan sakit supaya Mitsuri mau mengurusnya semalaman. Dasar cowok tukang modus.

"Gue juga lebih milih camp sih. Selain gue jaga tenaga juga buat lomba, kan Omnya Gyomei punya camp kalo gak salah. Kita bisa ke sana," 

"Eh boleh juga, tuh!" sahut Mitsuri semangat. "Kalo ada orang dalamnya kan juga otomatis kita lebih aman."

"Hm," sahut Shinobu singkat. 

Cewek bersurai ungu kehitaman itu kini menatap layar ponselnya yang dominan berisi kerusuhan dari grup komplek. Shinobu menatap layar cukup lama, hanya untuk menunggu seseorang. Namun sampai keputusan resmi ditetapkan oleh Rengoku pun, nama itu tak juga muncul. Lalu mengapa Shinobu jadi berharap?

"Shinobu Kocho,"

Shinobu kembali merngerjap, cewek itu pun segera bangkit dari kursi lalu membuka pintu kamar. Dari balik pintu kayu itu lah, nampak seorang wanita muncul dengan sebuah mangkuk berwarna hijau di tangan.

"Saya bikin rendang. Tolong anterin ke rumah Bu Tomioka," ujar sang Bunda.

"Iya," jawabnya singkat meraih mangkuk itu. Shinobu pun mengambil cardigan berwana ungu di balik pintu. "Mit, bentar ya." ujarnya sebelum menutup pintu kamar.

Mitsuri mengangguk singkat. Shinobu pun langsung meninggalkan Bunda dan berjalan kaki ke kediaman keluarga Tomioka yang memang tak jauh dari rumahnya. Bagi cewek itu, selama Bunda tidak memancing masalah, Shinobu juga tidak akan terpancing.

Sebab Shinobu juga ingin keluarganya damai seperti keluarga lain. Hanya itu.

Usai melalui gerbang hitam yang memang tidak di tutup, Shinobu terpaku di depan pintu putih kediaman keluarga Tomioka. Biasanya sih, cewek itu tinggal menekan bel. Namun kenapa sekarang rasanya begitu sulit? Shinobu malah menggigit bibirnya ragu.

Tapi tinggal pencet aja kan, emang kenapa?

Shinobu mengenduskan nafas pendek, lalu segera menekan bel. Tak lama kemudian seorang wanita pun keluar dari balik pintu dan tersenyum lebar.

"Eh Shinobu, masuk atuh, Neng. Kayak orang lain aja," ujar Bu Tomioka.

Shinobu hanya menyengir lebar. "Cuma mau nganter rendang kok, Bi. Kebetulan Bunda bikin banyakan. Ini Bi," jawab Shinobu sambil menyerahkan semangkuk daging itu.

"Aduh, makasih ya, Neng. Udah cantik, baik, nurut, mana atlet anggar lagi," puji Bu Tomioka berlebihan. "Giyuu pasti beruntung banget kalo punya pacar kayak kamu."

"Ha?" Shinobu terdiam sejenak, sebelum akhirnya kembali mengerjap. "Ah ya enggak lah, Bibi ini. Masa—"

Shinobu tak melanjutkan ucapannya begitu pandangan Bu Tomioka teralihkan pada pagar rumahnya yang dibuka perlahan. Shinobu pun ikut menoleh, lalu melebarkan mata begitu mendapati seorang pemuda bersurai biru gelap datang.

Lalu Shinobu merasa nyeri di hatinya.

Masalahnya kali ini karena ia datang dengan seorang gadis berkacamata dengan surai pendek berwarna merah muda. Tubuh kecilnya itu membuatnya terlihat begitu menggemaskan.

"Ealah liat nih Aa bawa siapa. Ada Neng Mirai toh," Bu Tomioka meletakkan mangkuk rendang di meja yang tak jauh dari pintu lalu mendekati gadis berambut cepak itu. "Lama gak main ke sini, jangan-jangan kamu putus ya sama Giyuu?"

Gadis kecil bernama Mirai itu langsung membalas dengan sahutan heboh, membuat Shinobu yang mendengarnya jadi ternganga kecil. Belum lagi gadis itu datang saat malam begini.

"Shin," panggil Giyuu pelan.

Shinobu melirik sejenak, namun segera kembali melengos. Melihat Bu Tomioka yang masih asik sendiri, Shinobu memutuskan untuk pergi tanpa pamit.

"Shin, bentar," ujar Giyuu menahan lengan Shinobu, membuat gadis itu reflek menoleh.

"Apa?"

"Lo ikut camp hari Sabtu?" 

Shinobu mengangkat satu alis. Cewek itu berpikir sejenak, jawaban apa yang harus ia berikan pada cowok di depannya itu. "Emang kalo ikut kenapa?"

"Kalo lo ikut, gue ikut." tegas Giyuu.

Shinobu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berdecih. Cewek itu langsung menepis tangan Giyuu lalu pergi dengan langkah berderap marah.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: chara yg udah direquest bakal keluar sesuai timing y qawan, tquuuu

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang