.
.
.
"Mandangin apa, kak? Serius banget kayaknya."
Sebuah suara menginterupsi kegiatan satu figur dan berhasil membuatnya gelagapan. Seperti tertangkap basah. Buru-buru ia membenahi letak pakaian yang menurutnya padahal. Tidak menyadari raut pemuda yang ada di sampingnya memandang dengan raut kebingungan.
"Udah pulang? Kapan?" Yang lebih tua mengajukan pertanyaan. Ya sebenarnya ingin mengalihkan topik sih.
"Baru aja. Kakak kayaknya terlalu fokus, lihatin apa sih? Sampai adeknya sendiri pulang sekolah masa 'nggak tahu."
"Bukan apa-apa. Ayo naik."
Chenle diam-diam mencibir sang kakak dengan sifat tsunderenya. Padahal jelas-jelas ia paham apa yang membuat sang kakak begitu fokus hingga eksistensinya seperti angin lalu.
"Kak Donghyuck, 'kan?" Namun Chenle bukan anak yang mudah menyerah begitu saja. Ia tetap kekeh untuk meminta yang lebih tua menjawab pertanyaannya. Buktinya, hingga ia sudah mendaratkan bokongnya di motor milik sang kakak masih tetap bertanya.
"Sok tahu anak kecil.
"Kakak aja yang tsundere. Dikira aku 'nggak tahu?"
"Tahu apa?"
"Tahu kalau kakak suka sama kak Donghyuck. Mau aku bantu?"
"Aku bisa sendiri."
"Bisa sendiri kok 'nggak ada kemajuan selama setahun."
Mark pasrah kalau sudah urusan adu mulut dengan adik bungsunya yang satu ini. Ia sadar pasti kalah. Toh memang adiknya ini satu spesies dengan Bunda yang ada di rumah. Sama-sama cerewet. Berbeda dengan Mark dan adik laki-lakinya yang satu. Irit omong kalau kata orang-orang.
****
Oktober 2016.
Di penghujung bulan Oktober ini agaknya ia seperti merasa habis nangis makan gula jawa. Bagaimana tidak, selepas masa jabatan sebagai ketua osis berakhir ia masih tetap disibukkan dengan segudang soal-soal ujian yang sebentar lagi akan menjadi santapan setiap harinya.
Walau begitu Mark sejujurnya enjoy saja, toh memang sudah waktunya dan ia ingin cepat-cepat lulus. Katanya sih sudah bosan dengan memakai seragam setiap hari. Kemeja-kemeja bagusnya juga banyak tapi sayangnya lebih sering menganggur karena ia lebih sering di dalam rumah dan mengenakan kaos.
Dan kala ia tingkatan terakhir di masa putih abu-abunya, Mark tahu bahwa waktunya untuk bermain akan segera berkurang lantaran terganti oleh kegiatan yang akan menunjang masa depannya. Guru-guru yang lain juga beberapa kali memberikan wejangan kepada Mark untuk berhati-hati dan kembali berpikir kampus mana yang sekiranya akan ia jejaki selanjutnya. Jangan sampai salah pilih. Mark itu, kesayangan para guru di sekolah. Selain pintar dan juga menjabat sebagai ketua osis pada masanya, ketampanannya yang juga merupakan nilai plus dari Mark. Kalau ditanya siapa sih yang tidak mau menjadi belahan jiwanya? Tapi sayang seribu sayang, pentolan sekolah ini masih buta akan cinta. Setidaknya untuk saat ini, kurang tahu kalau besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Espressione d'amore - [ MARKHYUCK ]
RandomTentang Mark, si kaku dan cuek. Berjumpa dengan Donghyuck, si bawel dan periang yang sukses menjungkirbalikkan dunianya.