Bab 10

689 34 0
                                    

"Dua yang biasa, Fritz!" Luhan memanggil pria tua beruban di ujung bar.

"Jangan sampai celana dalammu terpelintir (jangan panik), Red, aku akan mengambil minumanmu dalam satu menit!"

"Aku harus mengenakan celana dalam untuk menjaganya agar tidak terpelintir."

"Well, itu lebih baik daripada benang yang di selipkan di pantat (thong) yang gadis-gadis kenakan akhir-akhir ini."

"Bagaimana kau bisa tahu apa yang gadis-gadis kenakan? Film laga yang mungkin terakhir kali kau lihat adalah World War II, Tua Bangka."

"Ha! Aku punya cerita yang akan membuat rambutmu lebih keriting dari pada yang sekarang, nona, dan jangan kau lupakan itu."

Baekhyun tertawa mendengarkan percakapan yang biasa terjadi antara Luhan dan pemilik bar yang sudah mereka kunjungi sejak kuliah. Fritz lebih seperti paman tersayang bagi mereka, tapi bukan berarti hal itu membuat humor yang dilemparkan diantara mereka tidak melintasi garis godaan genit dan lelucon kotor (tentang seks). Fritz adalah seorang pria tua yang genit, dan mereka berdua kagum padanya.

Setelah Fritz menyajikan bir dalam gelas bir besar, dia mencium jemari di kedua tangannya dan menempatkan masing-masing tangannya di pipi Baekhyun dan Luhan. "Nah sudah. Sekarang tutup mulut kalian dan pergilah bersenang-senang malam ini, huh?"

"Tentu saja, Fritzy," Luhan berjanji sebelum mereka berjalan ke ujung bar satunya dekat papan permainan lempar panah. Mereka menempati kursi bar yang mereka klaim sebagai kursi biasa yang mereka tempati dan menyenggolkan gelas mereka bersamaan dengan"Salut" yang antusias dan menyesap untuk pertama kalinya di malam itu. Luhan menepukkan tangannya di meja bar tiga kali, yang mana itu merupakan caranya untuk menarik perhatian. "Keluarkan semua (ceritakan)."

Baekhyun mengangkat alis dibawah poni rambutnya saat mendengar suara tepukan meja dan menatap ke dalam beernya. "Aku akan lebih suka meminumnya jika jenis minumannya sama dengan yang kau minum." Baekhyun mungkin termasuk ke dalam orang yang tidak tahan mabuk jika tentang masalah minum wine, tapi dia bisa bertahan dengan cukup baik jika berhadapan dengan bir, karena bertahun-tahun praktik dengan Luhan sejak masa kuliah mereka.

"Aku tak membicarakan masalah alkohol. Aku ingin kau memberitahuku apa yang terjadi denganmu dan si seksi yang tinggal di apartemenmu. Aku sudah menunggu dengan sabar sepanjang makan siang untukmu membicarakannya lebih dahulu, tapi sedihnya kau malah tutup mulut tentang tamu-mu. Jadi, bersiaplah untuk bersaksi."

Untuk kedua kalinya di hari itu Baekhyun tersedak minumannya. Oh, demi Tuhan. Kau lebih baik belajar untuk mengontrol dirimu sendiri atau kau akan memerlukan maneuver Heimlich jika kau berani untuk makan lagi."Tak perlu melakukan interogasi atau apapun, Lu. Tak ada yang terjadi dengannya. Dia adalah sahabat baik Kris dan aku sedang membantunya, hanya itu."

"Apa dia sudah punya teman kencan?"
"Tidak." Tunggu sebentar. Dia masih belum tahu hal itu, kan? Chanyeol tak pernah mengatakan tentang mengencani seseorang, tapi Baekhyun juga tak pernah bertanya. Tak ada alasan untuk menanyakan hal itu.

Mereka hanya dua teman yang saling membantu. Tapi definisi dari "membantu" sudah berubah secara drastis dalam waktu seminggu.

"Setidaknya, aku rasa ia tak punya teman kencan. Tapi lagipula dia bukan tipemu."

"Aku tak ada rencana untuk mengejarnya, tapi aku penasaran, mengapa dia bukan tipeku?"

"Peraturan nomor tiga."

"Benarkah? Apa pekerjaannya?"
"Dia adalah seorang petarung seperti Kris."
Luhan mengernyitkan hidungnya seperti seseorang yang baru saja mengendus kaos kaki bau di depan wajahnya. "Oh, salah satu dari pria itu. Ya Tuhan, betapa kasarnya, selain itu tidak bertanggung jawab untuk merencanakan masa depan. Tidak, terima kasih."

(Chanbaek GS) Seducing CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang