2.Aku mencintaimu

47 12 1
                                    

Mereka telah bersatu, Arabella dan Iannya telah melakukan hubungan yang seharus nya tidak mereka lakukan, namun Ara percaya pada Iannya, Ara percaya pada Iannya yang telah bersamanya selama lima tahun ini, Iannya yang mau menunggu kesiapanya untuk memberikan mahkotanya, ARA PERCAYA IANNYA!

Ara tersenyum senyum sendiri mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, sekarang sudah jam sembilan pagi, dan mereka sudah melewatkan lebih dari dua belas jam! Astaga! Dan errr... Ternyata dia bisa melewatinya, walaupun... Sangat menyakitkan di awalnya, namun perlahan tubuhnya mulai menerima dan meminta lebih.

Rian membuka matanya dan menatap sendu ke arah Ara "maaf," gumamnya.

Ara mendekat dan bersandar ke dada Rian, dia menenggelamkan kepalanya "Ara percaya sama Ian, Ara cinta Ian," lirihnya.

"Aku mencintaimu Arabella," Rian tersenyum dan mengecup puncak kepala Ara.

Ara mengangkat pandangannya dan menatap dalam ke manik mata Rian, lalu dia tersenyum, tertawa sampai mengeluarkan air mata. Rian yang melihat Ara menangis pun langsung gelagapan dan merasa panik.

"Ra, Ra, maaf," sesalnya "seharusnya kamu gak nurutin maunya aku," dia menunduk dalam "kamu bisa nolak aja kemarin,"

Ara tersenyum seraya menggeleng, "aku gak nyesel kak Ian, aku cuma bahagia aja, setelah lima tahun, akhirnya kakak bilang kalau kakak kakak cinta sama aku," Ara mendekat dan memeluk Rian erat.

"Aku percaya sama kakak, kakak tetap setia nunggu aku selama lima tahun terakhir, tetap sabar dan gak banyak protes ke sikat sikat menjengkelkan ku," tangisan Ara semakin kencang.

Rian mengelus punggung terbuka ana untuk menenangkannya "thanks for everything baby," Ian menatap dalam manik Ara dan mengecup puuncak kepalanya lama, Ara menikmati perlakuan manis Iannya.

"Sekarang, aku akan mandi dan kita akan berkeliling menikmati pantai," Rian bangkit dan berjalan menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya yang lengket.

Dalam guyuran air, Rian tertawa, menangis dan tersenyum tidak menyangka, Ara telah rela memberi mahkota yang selama ini ia jaga.

Ian keluar menggunakan kemeja lengan pendek berwarna biru langit dan celana pendek berwarna biru langit pula. Ara yang melihat Ian pun tersenyum "tampan," gumamnya.

Saat Ara ingin berdiri, Ara merasakan nyeri di bagian selangkangannya, Ara meringgis dan menggigit bibir bawahnya. Ian yang cukup peka akan hal ini pun dengan sigap mengangkat tubuh Ara dan menggendongnya dan memasukkan Ara ke dalam bathub.

Ara keluar dengan pakaian yang senada dengan pakaian Ian, kemeja lengan panjang berwarna biru langit disertai dengan celana selutut berwarna biru langit pula.

Ian menghampiri ara dan memakaikan topi pantai ke kepala Ara, Ara tersenyum dan membalas mengecup singkat bibir Ian.

Ian menggeleng "sudah mulai berani hmm?" Ara mengangguk dan mengedipkan sebelah matanya.

Dengan sigap, Ian menggendong Ara ala bridal style menuju pantai.

"Kak Ian," panggil Ara, Ian menoleh dan menatap wajah Ara sambil menaikan sebelah alisnya.

Ara menggeleng "I love u," lirihnya, Rian terdiam dan tersenyum, mengecup bibirnya lama, "I love U too," hanya sebuah kecupan, namun Dangan memporak porandakan perasaanya.

Arabella bahagia, penantiannya selama lima tahun akhirnya membuahkan hasil pula, Iannya mengungkapkan bahwa ia juga mencintainya, benar kata pepatah, cinta bisa ada karna terbiasa. Itulah yang sedang Ara pikirkan.

Cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan, cintanya sudah terbalas!

Setelah puas bermain di pantai, Ara dan Ian bergegas pulang meninggalkan pantai dan kenangan yang terjadi beberapa saat yang lalu, kenangan manis Arabella.

Di dalam perjalanan, Ian tersenyum sendu dan mengelus puncak kepala Ara, demi apapun! Ia merasa tidak pantas untuk Ara, Ara terlalu manis dan baik untuknya, dan dia dengan teganya merusak kehormatan Arabella tanpa ikatan pernikahan maupun kepastian, Ara tetap gadis polos yang di buatkan cinta di matanya.

Rian menyesal telah merusak Ara, bagaimana jika dia tidak bisa membahagiakan Ara nantinya? Pertanyaan itulah yang terus terngiang di kepalanya.

Ara terlalu mencintainya.

Ara terlalu percaya padanya.

Sedang kan ia sendiri?

Dia sendiri bahkan belum bisa mempercayai dirinya sendiri?

Handphone Rian bergetar, bergegas ia mengambil handphone nya yang terletak di dashboard dan melihat siapa yang memanggilnya.

Inna calling...

Segera ia menggeser layar untuk mengangkat telpon adik bawelnya ini.

"Hallo," sapanya.

[kak Ian, Ara dimana, kok belum nyampe nyampe ke apartnya, Lo tau Ara kemana?] Inna langsung memberikannya banyak pertanyaan! Menyebalkan! Terkadang Rian bingung, yang menjadi saudara Inna itu dirinya atau kekasihnya Ara?

Tapi persahabatan Inna dan Ara memang sudah berjalan sangat lama, sejak SMP hingga sekarang mereka usia 21, sudah sangat lama ternyata, jadi Rian hanya bisa memakluminya.

"Tenang Inna, Ara lagi ada sama kakak, kita liburan buat ngerayain kelulusan Ara," jelas Rian.

[Yeah kok gak ngajak ngajak sih, yaudah sambung vicall, Inna kangen liat Ara,] keluhnya.

Aku langsung menyambungkan video call dan mengarahkan layar handphone ku menghadap wajar Ara yang tertidur kelelahan.

[Uluh uluh, imutnya bobocu aku,] dia tersenyum dan memberikan kiss bye kepada Ara.

[Yaudah deh kak, hati hati nyetirnya, jagain bayi besar Inna ya, bye bye kakak, Inna tunggu kakak di apart Ara, see you,] Inna mematikan telpon dan Rian kembali fokus pada jalan.

Melewati beberapa jam perjalanan, akhirnya Rian dan Ara sampai ke apart Ara, Rian memarkirkan mobil dan menggendong Ara memasuki kamarnya, tak lupa menelepon Inna untuk turun dan membantu membawa barang barang Ara.

Sesampainya di depan pintu, Rian berhenti dan membiarkan Inna membuka pintu, ini kali pertama dia memasuki apart Ara, biasanya dia hanya mengantar sampai depan gedung atau hanya sampai lantai bawahnya saja.

Begitu memasuki apart Ara, Rian tertegun, isinya semua tentang Rian, Poto Poto Rian dan bahkan aib Rian pun ada, Rian tersenyum kecil.

"Jangan kaget kali kak, Ara kan suka kakak sejak SMP," jelas Inna, Rian tersenyum simpul dan menggeleng setelahnya.

Setelah memasukan Ara ke kamarnya, Rian berkeliling melihat banyak pajangan Poto dirinya, mulai dari potonya sejak SMA, Kuliah sampai.. hei! Poto aibnya waktu menangis pun ada! Sungguh memalukan!

Rian menatap tajam Inna yang berada di sampingnya, inna hanya cengengesan dan tersenyum lebar.

"Inna kan sayang sama Ara, makanya Inna lakuin apapun biar Ara bahagia," jelasnya.

Rian menggeleng tak paham dengan adik bungsunya ini, sebenarnya dia adiknya atau musuhnya?




Hiii... Halloo... Hollaaaa...

Minggu,30 Agustus 2020
12:18


Salam hangat dari :
~Amitasi_sibreta✓

InnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang