Jakarta, 18 Agustus 2020
17:44
Nabastala jingga memenuhi pandangannya, angin yang bercampur tampias hujan menyapa lembut kedua pipi serta rambutnya yang ia biarkan tergerai. Dingin. Itu lah yang ia rasakan. Matanya menyapu seluruh hamparan langit di atas sana, memorinya terbang melayang pada hari dimana ia memulai lembaran baru dalam hidupnya.
5 Agustus 2018,
dimana semuanya dimulai.
Harapan baru serta mimpi-mimpi baru, dan segala hal yang belum pernah ia lakukan atau rasakan dimulai. Ya setidaknya itu yang ia harapkan, kesempatan-kesempatan baru.
Kakinya melangkah keluar dengan ragu-ragu, campur aduk perasaannya. Tebersit rasa sedih di hatinya, seharusnya ia tidak sendiri disini. Namun, ia tidak memiliki pilihan selain terus melanjutkan perjalanan. Langkahnya kian berat dan matanya tidak berhenti untuk melirik kesana-kemari di tengah hiruk pikuk ruangan besar itu. Canda tawa dan teriakan disana-disini menyapa indera pendengarannya, jemarinya kian erat menggenggam tali tas punggung yang ia kenakan.
"kau harus bisa", ujarnya menyemangati diri yang tampak semakin menciut.
Menghembuskan napas, akhirnya ia memantapkan langkahnya menuju sisi terpinggir dari barisan tempat duduk yang berjajar rapi. Menghindari bagian tengah yang ramai tentu saja. Tidak lama, uluran tangan seseorang muncul di depan wajahnya. Kesal sekaligus terkejut tentunya, apa dia tidak memiliki sopan santun?, pikirnya dalam hati. Ia pun membalas uluran tangan seorang gadis di depannya. "Hai, nama lo siapa?" tanya gadis tersebut. "Putri", ujarnya cepat tanpa niatan untuk berbalik menanyai nama gadis itu. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja ia terlalu gugup berada di tengah-tengah lingkungan yang sangat asing untuknya. Lagipula, setelahnya gadis itu tidak mengganggu ketenangannya lagi dan juga lebih memilih diam sembari memperhatikan sekitar.
Tempat itu begitu ramai, namun gadis ini merasa sangat kesepian. Ya, seharusnya ia tidak sendiri disini, seharusnya ada seseorang lagi yang menemaninya. Namun kondisi sangat tidak memungkinkan. Angannya terbang berandai-andai jika dia dan seseorang itu ada bersama saat ini, pasti dia tidak akan kesepian seperti ini. Namun, apa yang mau dikata? Bagi seseorang yang sangat membenci kebisingan tentu saja ia membenci momen-momen seperti ini. Ugh, benar-benar menyebalkan. Harinya pun berakhir begitu saja, tak ada yang istimewa.
Dua hari kemudian adalah hari pertama dimana ia melangkahkan kaki di dunia pra-perkuliahan. Ya, seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris. Tidak ada yang istimewa, lagi-lagi. Saat waktu istirahat tiba, ia mencoba untuk berbaur dengan sekumpulan anak perempuan, setidaknya ia harus mencoba untuk berbaur, bukan? Setelah beberapa saat bersama dengan teman-teman barunya, ia merasa jengah dengan topik pembicaraan yang sangat klise bagi setiap perempuan. Bagaimana tidak, semua teman-temannya ini membahas para pria yang mereka lihat! Menyebalkan. Kenapa mereka terus membicarakan hal-hal yang membosankan seperti itu? Tentu saja ia pernah membicarakan soal pria, itu hal yang wajar. Tapi mereka ini benar-benar berlebihan! Percayalah sejak awal mendudukkan diri di kantin kampusnya, ia sama sekali tidak berbicara dan tidak ingin terlibat dalam pembicaraan yang sangat klise itu. Tanpa yang lain sadar, ia melenguh kecil, tersadar bahwa dirinya dan teman-temannya itu tidak memiliki frekuensi yang sama. Pikirannya kembali menenggelamkannya, ia memikirkan seseorang yang selalu menemaninya selama ini. "Apa yang ia lakukan sekarang? Apa ia baik-baik saja?" gadis ini terus mengulangi pertanyaan yang sama, namun tangannya begitu kaku hanya sekedar untuk menanyakan langsung kepada seseorang yang telah menghantui pikirannya sejak dua hari yang lalu. Entah lah, terlalu banyak yang ia pertimbangkan.
Pra-perkuliahan itu berakhir pada sore hari, entah bagaimana gadis itu sudah memiliki teman baru yang lain. Seorang pria. Untuk namanya, mari kita rahasiakan karena gadis ini benar-benar tidak suka berbagi hahaha. Hanya obrolan singkat memang, layaknya dua orang asing yang baru saja bertemu dan berkenalan, tidak ada yang istimewa. Gadis ini mulai melangkahkan kaki meninggalkan pria tadi sendiri, tentu saja hal itu disebabkan karena letak asrama mereka yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
CITRAPATA
ChickLitBanyak manusia yang tidak menyukai warna hitam di dalam hidup ini. Semua berharap hanya akan ada warna putih atau bahkan warna pelangi yang berwarna-warni. Sayangnya, realita tidak lah demikian.