Bagian 11: Kencan?

60 28 0
                                    

Selamat membaca!🌻
--

Malam yang cukup membuat gugup seorang Mentari. Malam ini dia akan diajak oleh kekasihnya, Bintang untuk kencan. Ini kencan pertamanya dengan seorang laki-laki. Bisa dibayangkan betapa gugupnya dia.

Sedari tadi, Mentari berjalan ke sana kemari dengan perasaan yang tak menentu. Dia coba menetralkan hatinya. Tapi tetap tidak bisa. Dia melihat bayang dirinya di cermin, terasa masih ada yang kurang, walau tak tahu itu apa.

Waktu sudah menunjukkan setengah delapan malam. Tapi Bintang belum terlihat tanda-tanda kedatangannya. Membuat Mentari tambah tak tenang. Dia jadi berpikiran hal-hal yang tak jelas.

Tapi tak lama, suara mobil terdengar memasuki halaman rumahnya. Mentari mengintip di balik gorden kamarnya. Dia melihat kekasihnya turun dari mobil. Hatinya gugup lagi. Dia harus apa dan bagaimana. Otaknya tak bisa berpikir jernih.

Ibunya mengetuk pintu kamarnya. Sedikit tersentak tubuhnya. Dia merasa seperti dikejutkan. Padahal ibunya membuka pintu dengan perlahan.

"Tuh pacarmu datang!" Raina mengelus kepala anaknya dengan lembut.

Mentari tersenyum malu. "Ih, mamih bisa saja."

Raina tertawa kecil. Dia merasa lucu ketika menggoda anaknya. Tak terasa anaknya sudah menjadi seorang gadis yang cantik. Apalagi kini anaknya sudah mempunyai pasangan.

Mentari diantar oleh Raina. Nampak Bintang sedang berbicara dengan ayahnya. Dia semakin malu saja dan tak percaya diri dengan penampilannya.

Bintang justru tampak bercahaya ketika melihat Mentari yang tampil cantik menurutnya. Dia akui hatinya tambah cinta pada Mentari.

Polesan make up tipis sehingga sisi natural Mentari masih nampak. Balutan kemeja berlengan trumpet warna peach dan celana jeans hitam dengan sepatu sneakers. Tidak lupa kerudung berwarna senada dengan bajunya dan tas selempang kecil.

"Saya izin untuk mengajak Mentari jalan-jalan dulu, Om!" Pinta Bintang dengan sopan.

"Iya. Tapi jangan kemalaman, ya! Om titip dia!" Fajar tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Bintang.

Bintang mengulurkan tangannya. Dengan ragu, Mentari pun meraih tangan Bintang yang kekar tapi begitu lembut. Mereka pun pergi setelah menyalami ibu dan ayah Mentari.

Seperti biasa Bintang membukakan pintu mobil untuk Mentari. Dengan senang hati Mentari masuk. Tapi dia cukup terkejut ketika Bintang menyodorkan sebuket mawar merah untuknya.

Mentari sebenarnya tidak terlalu suka dengan bunga, tetapi melihat kesungguhan Bintang, dia tak mau menolaknya. Mungkin bagi wanita yang lain Bintang adalah sosok lelaki yang sangat romantis.

Tubuh Bintang mendekat, jantung Mentari cukup berdegup tak karuan. Apalagi senyuman Bintang semakin menggoda saja menurutnya. Mentari berpikir Bintang ingin menciumnya. Tapi dia salah, Bintang ternyata hanua ingin memasangkan sabuk pengaman untuknya.

Wajah Mentari tersipu malu. Dia telah berpikir yang tidak-tidak. Pipinya terasa panas memikirkan hal konyol. Tapi matanya kemudian membulat sempurna ketika merasakan sebuah bibir menempel di dahinya.

"Kita berangkat!"

Mentari hanya mengangguk. Dia tak bisa berkata saking gugupnya. Malam ini Bintanh telah membuat pikirannya beku untuk berkata maupun bertindak.

Tapi Mentari harus cepat berpikir bagaimana caranya agar Bintang bisa benar-benar jatuh cinta kepadanya. Dia tak ingin Natasha menang darinya. Cukup dia kehilangan Ravi. Karena memang Ravi amat mencintai Natasha.

Siapa Merebut Siapa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang