One

17 2 0
                                    

"KUOTAKU ABIS WOI"

"Eh buset, santuy atuh" ucap seorang lelaki di seberang sana. Saat ini Abib-lelaki di seberang- sedang berbicara via telepon dengan sepupu perempuan-nya.

"Ngga bisalah ini masalah hidup dan mati" rengengek sang sepupu itu-Sibil namanya- dengan nada dramatis.

"Halah ribet kesini aja" ucap Abib

"Nek ndi?" tanya Sibil (dimana?)

"Tempat Eyang"

"Beneran?"

"Heum" gumam Abib malas.

"Asekkk thank you Pak Haji muach" lebay Sibil.

Tut.

Abib hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan sepupu laknatnya itu. Tadi saat dia sedang asik bercanda ria dengan sahabatnya tiba-tiba saja nomor yang tidak kenal meneleponnya. Sibil-sepepunya yang baru saja kembali ke daerah asal sang Mama empat hari lalu- tiba-tiba menelepon-nya entah menggunakan nomor siapa dan merengek bahwa kuota nya habis.

Bukan suatu yang asing sebenarnya jika Sibil sering merengek tidak jelas jika kuota hp nya habis. Dia akan meminta Abib untuk membelikan kuota atau pulsa untuknya. Padahal bisa saja dia tinggal meminta dengan Mama-nya atau om-nya untuk di belikan kuota tetapi ya Namanya juga Sibila Alury Yasiz, sukanya merepotkan orang dengan segala ketidak jelasannya.

"Nek Sibil mau ke rumah Eyang yo ada Mas Abib juga kok!, Makasih handphone nya ntar tak minta Om Budi ganti pulsanya haha" ucap Sibil sambil melangkah ke arah pintu utama rumah Nenek-nya.

Berjalan ke arah garasi untuk mengambil sepeda gunung berwarna hitam putih milik Sang Om. Gadis yang memakai sweater ungu  dan celana training hitam itu lantas menaiki sepeda Om-nya itu dan mengayuhnya menuju tempat tujuan. Rumah Eyang terletak masih di kompleks yang sama dengan rumah sang nenek. Terletak di blok paling belakang kompleks lebih tepatnya rumah paling pojok bersebelahan dengan pagar tembok perumahan.

Hanya butuh 5 menit untuk menuju ke rumah eyang dari rumah nenek Sibil dengan melewati 2 belokan saja.

Sibil mengayuh sepeda itu dengan salah satu tangan menggenggam ponsel dan setang sepeda. Senyumnya merekah karena mengingat perkataan Abib tadi, 'Kesini aja' itu berarti nanti dia akan mendapatkan sesuatu yang bisa membuatnya senang tiada tara Haha.

Sibil memarkirkan sepedanya di halaman rumah Eyang. Rumah Eyang terlihat berbeda sendiri dari rumah-rumah yang ada di kompleks itu. Sedikit lebih luas dan besar dari yang lain.

"ASSALAMUALAIKUM" salamnya saat memasuki rumah itu.

Sedikit terkejut sebenarnya bahwa di rumah itu tidak hanya Abib sendiri tapi ada juga beberapa teman lelakinya yang sedang bercanda ria di ruang tamu yang letaknya berhadapan langsung dengan pintu utama rumah eyang.

"Waalaikumsalam" jawab serempak orang-orang yang ada di sana.

Sibil hanya bisa memamerkan cengirannya. Dia merasa tidak enak sebenarnya saat bertemu teman-teman Abib.

"Weh balek kesini kamu bil?" tanya salah satu lelaki berbaju koko putih disana. Limin namanya. Sibil sebenarnya memang kenal dengan beberapa teman Abib yang ada di rumah Eyangnya itu. Diantaranya ya Limin ini, Sibil sering memanggilnya lemon lime.

Selain Limin Sibil juga kenal dengan Afif, Zaky, Yoshi, dan Takun. Dulu sebelum Sibil pindah ke Jogja untuk ikut Mama dan Papa nya, dia juga pernah tinggal disini di Semarang lebih tepatnya. Tempat keluarga besar sang Mama tinggal. Maka dari itu Sibil juga sempat Akrab dengan beberapa teman Abib karena sering bermain bareng dulu.

ZakyWhere stories live. Discover now