Guru Matematika

35.3K 350 12
                                    

Aku bangun tidur dengan badan terasa lemas dan sedikit pegal. Ketika aku bangun dari ranjang, kakiku gemetar dan lututku masih terasa sakit. Aku pun keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi. Setelah itu, aku kembali ke kamar dan duduk di ujung ranjang. Kubuka tirai sedikit dan matahari langsung masuk menerangi kamar. Masih pukul setengah tujuh tapi sudah cukup cerah.

Aku hampir tak percaya dengan apa yang terjadi tadi malam.

Di belakangku, kulihat Pak Royan menggeliat sambil melenguh dari tidurnya, kemudian dia pun terbangun.

"Sudah bangun kamu, Raf?" tanyanya.

Aku mengangguk.

Pak Royan merangkak lalu duduk di dekatku. Dia menciumi bahu dan punggungku beberapa kali dengan gemas, lalu memelukku dari belakang.

"Nyenyak tidurnya?" bisik Pak Royan di telingaku.

"Sakit semua," jawabku sambil sedikit menggeliat.

Pak Royan malah mengeratkan pelukannya dan membenamkan bibir dan hidungnya di leherku. Tangan kirinya merayapi dada dan perutku, lalu turun di kontolku.

"Kok keras lagi, katanya sakit semua," bisiknya sambil mengurut kontolku lembut.

Aku hanya diam menikmati.

Pak Royan menciumi pipiku, lalu merambat di bibirku. Kami pun berpagutan dengan lembut sementara tanganku merayap di selangkangannya. Kontolnya yang tadi lemas langsung menegang saat kumainkan.

Baiklah, akan kuceritakan dari awal.

Baiklah, akan kuceritakan dari awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namaku Rafi. Saat ini aku menempuh kelas 2 SMA di salah satu SMA swasta di kota seberang. Perjalananku dari rumah ke sekolah memakan waktu hampir setengah jam dengan sepeda milik abangku yang biasa kugunakan. Awalnya memang melelahkan, tapi karena sudah satu tahun lebih menempuh perjalanan rumah-sekolah seperti itu, akhirnya aku pun terbiasa. Tapi, selain itu, aku sangat bersyukur karena bersekolah di situ, aku bisa bertemu dengan Pak Royan, guru matematikaku yang tampan ini.

Saat kelulusan SMP, aku gagal masuk di SMA Negeri hanya karena beda nilai yang sangat tipis. Aku tahu ini berat bagi ibu dan abang, karena harus menyekolahkanku di SMA swasta, yang berarti harus mengeluarkan biaya SPP setiap bulan dibandingkan jika di SMA negeri yang bebas biaya SPP. Akhirnya, setelah mencari beberapa pilihan SMA swasta, aku pun didaftarkan di SMA-ku saat ini. Meskipun cukup jauh dari rumah, biaya SPP-nya terjangkau dan kualitasnya pun terbilang baik.

Aku hidup bersama ibuku, abangku dan adik perempuanku yang masih SD. Dulu ketika bapak masih hidup, kami hidup berkecukupan di sepetak rumah yang kecil. Tapi, saat aku kelas 3 SMP, ternyata terungkap bahwa bapak memiliki banyak hutang kepada banyak lintah darat. Ketika itu, Bapak sempat kabur entah kemana sementara lintah darat itu meneror kami di rumah. Setelah beberapa bulan, bapak pun pulang dalam keadaan meninggal. Entah apa yang sudah dia lakukan, tapi aku pernah mencuri dengar dari percakapan ibu dan abang kalau bapak dibunuh oleh salah satu suruhan lintah darat yang dia hutangi.

Hubungan Terlarang (Kumpulan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang