Tittle : Bagaikan Mimpi [Last].
Genre/About : Angst, Drama, Sci-fi, Hurt, Romance, Sho-ai, Comedy, Semi-Fantasy, Fluff.
Chr : Edgar Valden, Andrew Kress, Helena Adams, Antonio, Joseph Desaulnier, Aesop Carl, Naib Subedar, Luca Balsa, Victor Glanz, Kevin Ayuso, Vera Nair, Tracy Reznik, Fiona Gilman, Patricia Dorval.Note : Part ini alurnya bergerak mundur, gak kayak part sebelumnya :').
_______________________________________Angin kencang menampar wajahnya, membuat kelopak yang semula terbuka harus ditutupnya erat karena kencangnya angin yang menyayat kulit wajahnya. Kedua penyintas tertarik gravitasi dengan begitu cepat, yang lebih tinggi segera mendekap yang lebih mungil. Tidak berselang lama hingga jatuh menghantam tanah. Namun anehnya tidak seperti dugaan Edgar, ia pikir akan sangat menyakitkan jatuh dari tempat setinggi itu, ia pun membuka matanya dan terkejut mendapati Andrew yang menjadikan dirinya sendiri alas agar Edgar tidak langsung menghantam tanah, mengurangi efek rasa sakit padanya tapi mengorbankan tubuhnya sendiri.
"ANDREW!!". Edgar membelalakan matanya, kepala itu pasti menghantam tanah dengan cukup kuat hingga ada bercak kemerahan dibelakang kepalanya. Pelukis itu menyingkir dari atas tubuhnya, lalu menggenggam tangan si penjaga makam dengan gemetaran, lengan penjaga makam itu sedikit bengkok seperti ada yang patah disana "K- kau bodoh!! Harusnya kau–".
"Ed.. gar..", Penjaga makam memanggil dengan lemah, "Syukurlah kau baik-baik saja, maaf".
Edgar menggeleng sambil terisak, lalu menempelkan jemari pucat itu ke pipinya, ia sadar jika Andrew tidak menjadikan tubuhnya sebagai tempatnya bersandar, keduanya akan terluka, tapi tidak akan separah ini. Tekanan dari bobot Edgar tentu saja berpengaruh hingga bisa sampai seperti ini. Harusnya Andrew tidak perlu mencuri rasa sakit miliknya, Edgar merasa dirinya buruk sekali.
"Tunggu disini, aku akan mencari seseorang–".
"Jangan!", Andrew berteriak sontak membuat Edgar terdiam, "Jangan panggil siapapun, kau larilah yang jauh!".
Tapi pelukis itu menggeleng, bagaimana ia bisa meninggalkan Andrew dengan keadaan seperti ini?
"Aku tidak bisa".
Andrew berusaha bangun, tapi tubuhnya terlalu sakit untuk digerakan, keringat bercucuran dipelipisnya membuat Edgar mau tidak mau membantunya untuk duduk menyandar dinding, "D- dengar, semua yang kami lakukan akan sia-sia jika kau tertangkap".
"AKU TIDAK PEDULI LAGI!!". Edgar menjerit histeris dengan tampang kacau, "Aku hiks.. yang mereka inginkan hanya aku kan?! Kenapa kalian sampai seperti ini?". Ia melanjutkannya dengam suara parau setengah tercekat, "Jika.. hiks.. jika saja..".
Menghentikan ucapannya, Edgar memejamkan matanya, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, berharap perasaan membuncah dalam dirinya akan sedikit tenang. Namun tetap, terasa menyesakan baginya. Ia harus terlihat baik-baik saja. 'Tersenyumlah Edgar!' Ia menepuk-nepuk pipinya sendiri lalu tersenyum pada Andrew, "Joseph berkata bisa memberikan apa yang diminta jika berhasil menangkapku, benar kan?".
Andrew terpaku dengan apa yang Edgar katakan, jangan bilang dia akan–
"Jika seperti itu, kurasa aku akan datang padanya... Semua akan jadi seperti semula sebelum aku datang".
"Jangan..", Penjaga makam itu menggeleng lemah, jemari panjangnya dengan gemetar berusaha menahan tangan pelukis itu, "Kumohon.. kita bisa mencari jalan lain untuk membebaskan mereka". Sejujurnya ia sendiri ragu dengan apa yang dikatakannya, semua ini nyaris mustahil dilakukan. Andrew cukup tahu itu, ia bahkan tidak yakin tubuhnya akan bertahan jika seperti terus seperti ini, kaki dan lengan kirinya patah, mungkin lehernya juga, kepalanya pun terasa berat sekarang sampai ia harus berusaha mati-matian untuk mempertahankan kesadarannya, ia mengalami pendarahan. Tapi tetap, mungkin terdengar egois, tapi Andrew ingin mempertahankan keberadaan Edgar. Tidak boleh ada jiwa yang dilenyapkan begitu saja, semua orang itu berharga. Andrew tidak akan rela kehilangan salah satu daripadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigmatic Scenario [Identity V]
FanfictionDunia tidak adil bukan? Mereka tidak pernah berpihak padamu, ya benar. Kau tersingkiran, layaknya sampah tak berharga.. Semua diskriminasi, penghinaan, rasa sakit telah kau lalui. Tapi apa yang kau dapat setelah berjuang sejauh itu? Dunia tetap sam...