•••
Tian sedang duduk dengan leptop di atas pangkuannya, tangannya bergerak lincah di atas keyboard. Sesekali bibirnya bergerak seperti sedang membaca sesuatu, lalu keningnya ikut berkerut. Tian menghembuskan napasnya lalu membenarkan letak kacamatanya. Dalam keheningan itu, pintu apartemen tiba-tiba terbuka dan saat Tian menoleh stiletto karya Jimmy Choo melayang ke arahnya. Untung Tian dengan sigap langsung mengangkat leptopnya, melindungi asetnya yang paling berharga. Tidak masalah jika leptop itu rusak, asal jangan wajah tampannya.
"Sini kamu! Bisa-bisanya kamu beli apartemen tanpa sepengetahuan Mami." Bentak Anjani dari arah pintu berjalan ke arah Tian dan Tian langsung berlindung di balik sofa. Menghindari amukan Ibunya itu.
"Mi, istighfar Mi." Ujar Tian yang langsung bergerak ke sisi kiri sofa begitu Anjani berjalan ke sisi kanan.
"Kamu yang harusnya istighfar! Kalo perlu sholat tobat sekalian. Nggak takut dosa kamu bikin pusing orangtua?"
Ketika Anjani ke sisi kiri maka Tian akan langsung bergerak ke sisi kanan. Begitu seterusnya sampai akhirnya Anjani berhenti dan berkacak pinggang, Tian ikut berhenti. Napas keduanya terengah-engah, Tian yang bertelanjang dadapun sudah mulai berkeringat.
"Mau jadi apa sih sebenernya kamu itu?"
"Lah, aku kan udah jadi pengacara. Udah punya firma hukum juga, Mami lupa?"
Anjani mendengus gemas, "Ngomong sama kamu tuh, bikin darah tinggi Mami kumat tau nggak? Dimana kamar kamu?" Tanya Anjani sambil mengedarkan pandangannya.
"Mami mau ngapain?"
"Mami mau periksa, siapa tau aja kamu ada nyembunyiin sesuatu disini." Ujar Anjani sembari membuka pintu pertama.
Anjani menghembuskan napasnya lega begitu melihat isi kamar pertama. Tidak ada yang mencurigakan, hanya ada satu televisi besar dan beberapa stik PS yang tercecer di lantai. Anjani kembali membuka satu-satunya pintu yang tersisa dan langsung menahan napasnya lalu berbalik menatap tajam Tian.
"Kamar kamu abis kemasukan angin puting beliung apa gimana?"
Tian menyengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Belum sempet di beresin Mi. Tadinya mau langsung aku beresin kok---"
"Alah! Alesannya kamu aja itu." Anjani bergerak masuk, meneliti kamar anaknya yang sudah seperti kapal pecah ini. Tempat tidur berantakan, baju kotor berserakan di lantai, handuk basah di atas sofa dan---Anjani langsung melotot begitu melihat ke arah langit-langit kamar. Terlihat syok luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifeline - Septian Pramudya
RomanceDengan gerakan pelan, Deelara berusaha menyikirkan tangan berotot itu dari perutnya. Lalu bergerak mengumpulkan pakaian dan dalamannya yang berserakan di lantai sambil menahan perih di bagian intinya. Setelah mengenakan semua pakaiannya, Deelara be...