Jeon Jungkook--pemuda tampan nan manis itu tidak pernah menyangka jika ia akan di hadapkan dalam situasi seperti ini. Situasi yang sama sekali tidak pernah dia inginkan sebelumnya, dimana situasi itu mungkin akan membuatnya berpisah dengan Hyungdeul kesayangannya.Jungkook sudah mencoba sebisa mungkin untuk mencegah keputusan yang para Hyung-nya ambil. Namun, sepertinya omongannya hanya dianggap sebagai angin lalu saja oleh mereka.
Jungkook tentu tidak tinggal diam, ia tidak bisa melihat group yang sudah membesarkan namanya hancur begitu saja hanya karena sebuah kesalahpahaman.
Ah, ralat. Sebenarnya bukan itu masalah utamanya. Kesalahpahaman antar member memang bukan hal yang baru. Wajar, bukan? Tinggal di dalam satu atap yang sama selama bertahun-tahun, tidak mungkin semua akan berjalan mulus-mulus saja. Namun, benar. Kesalahpahaman juga pertikaian itulah yang membuat hubungan mereka semakin erat.
Dan di sini, bukan hal itu yang menjadi pokok masalahnya. Keputusan yang keenam Hyung-nya ambil untuk membubarkan group BTS ialah karena mereka sudah lelah. Mereka lelah terus berada dalam tekanan, mereka lelah terus mencoba menjadi yang terbaik. Juga, mereka lelah terus menggunakan topeng dan bertindak seakan semuanya baik-baik saja.
Jungkook tahu, ia sangat tahu karena ia pun mengalami hal yang sama. Namun, bukankah itulah konsekuensi mereka sebagai seorang Idol? Dari awal mereka juga tahu jika hal-hal seperti ini bisa saja terjadi, tapi kenapa harus sekarang mereka menyerah? Saat dimana mereka tengah berada dalam puncak popularitas yang selama ini mereka impikan? Begitu mudahkah bagi mereka meninggalkan semuanya? Sungguh, demi apa pun, Jungkook benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran para Hyung-nya.
Jungkook terus memohon pada para Hyung-nya untuk memikirkan kembali keputusannya, bahkan ia pun sampai rela bertengkar dengan mereka seperti yang saat ini tengah ia lakukan.
"Keputusan Hyung sudah bulat, Jungkook. Terserah kalian mau bertahan atau tidak. Tapi, jangan pernah menyuruh Hyung untuk memikirkan kembali keputusan Hyung, karena itu hanya akan sia-sia saja, arra?" ucap Seokjin kemudian berlalu begitu saja dari ruangan itu.
Jungkook menatap satu per satu Hyung-nya dengan tatapan memohon.
"Hyung--"
"Maaf," potong Yoongi.
"Hyung tidak bisa melakukan apa pun lagi, Jungkook-ie," sambung Namjoon.
"Terima saja keputusan ini, oke?"
Jungkook hanya menggeleng lemah mendengar perkataan Namjoon, Hoseok, dan juga Yoongi. Pemuda itu beralih menatap Hyung 95line-nya, berharap jika ia masih bisa menyelamatkan group-nya yang tengah berada di ambang kehancuran.
"Jimin Hyung, Tae Hyung. Tolong, bujuk Hyungdeul untuk memikirkan kembali keputusannya. Kookie mengerti kenapa kalian memutuskan hal ini. Tapi, bukan ini jalan satu-satunya 'kan, Hyung? Kita sudah bertahan sampai sejauh ini, apa hanya karena satu masalah semuanya akan berakhir, Hyung? Setidaknya pikirkanlah para Army, mereka pasti akan sangat kecewa mendengar hal ini."
"Kenapa kalian hanya diam saja, eoh? Palli, bujuk Hyungdeul dan perbaiki semuanya, Hyung. Kook-ie mohon."
Jungkook mulai terisak, ia benar-benar tidak bisa membayangkan jika pada akhirnya mereka akan bubar.
"Hyung--"
"Mianhae, Kook-ah. Hyung juga sebenarnya tidak mau ini terjadi. Tapi, jika Namjoon Hyung saja sudah menyetujuinya, apa lagi yang bisa kita lakukan?" ujar Jimin sembari menepuk pelan bahu Jungkook.