Prologue.

345 36 8
                                    

"Hanyalah pedang ini, yang kulihat ketika aku menutup mata. Hanyalah pedang ini, yang aku inginkan ketika aku merasa telah kehilangan segalanya. Hanyalah pedang ini, yang menjadi impianku setelah aku pikir semuanya telah gagal kulindungi. Dan karena pedang inilah, aku kembali kehilangan sesuatu yang sebenarnya selalu ada untukku. Pedang ini, akhirnya membawaku pada penyesalan yang tak berujung."


Hujan datang. Benar-benar tidak biasanya di musim panas ini. Walau tak lebih dari setengah jam, air langit seolah membawa kabar akan tibanya hari besar esok hari. Entah lah. Kerajaan ini sudah cukup tentram selama bertahun-tahun setelah perang besar dua clan untuk memperebutkan gelar Shogun dalam Kekaisaran antara Hyuga dan Uchiha, yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak Hyuga. Membuat clan Uchiha benar-benar tak tersisa jejaknya dalam lingkungan Kerajaan juga pemerintahan. Sedang clan Uzumaki yang berkuasa dalam alur Kekaisaran turun-temurun terus mempererat ikatan mereka dengan Hyuga.

(Slaasshhhhh)

Ayunan demi ayunan katana yang membelah udara berkolaborasi dengan gemercik sisa air langit di luar gazebo berukuran cukup besar di belakang Istana. Pinggirannya ditutupi rapi dengan tirai bambu, furniture classic khas kediaman para Bangsawan yang biasa diturunkan saat malam tiba atau ketika hujan jika pada gazebo seperti ini.

Seorang gadis dengan manik hazel dan surai panjang senada yang masih lengkap dengan pernak-pernik mewah seolah menari mengikuti alur katana yang ia ayunkan. Bahkan pakaian utama keluarga Istana yang terlihat merepotkan itu turut menuruti langkah sang empunya gerakan, seperti enggan merusak konsentrasi keponakan sang Kaisar ini.

"Ah, sial. Dasar hujan tidak konsisten. Kenapa hanya turun sebentar saja! Bisa-bisa Otou-san berkeliaran lagi," omel si gadis Uzumaki setelah menyudahi latihan dan dengan gesit menutup katana kesayangannya.

Uzumaki Tenten. Satu-satunya keturunan wanita keluarga Kekaisaran Uzumaki, anak dari adik kandung Kaisar Minato yang kini menjabat. Meski begitu Tenten lebih tua 3 tahun dari sepupunya, Uzumaki Naruto yang merupakan saudara sekaligus satu-satunya teman bermain yang ia miliki karena keluarga Bangsawan dilarang bermain jauh dari kawasan Istana. Tentu saja sebuah pengecualian untuk Tenten, gadis pecinta pedang yang menjadi troublemaker seantero Istana bersama dengan Naruto. Sayang sekali sepupunya itu tidak bisa seberani Tenten karena status Putra Mahkota calon penerus tahta Kaisar yang harus benar-benar ia jaga nama baiknya.

Omong-omong soal pedang atau katana, pada era ini hanya pria yang diperbolehkan untuk menjadi seorang Samurai atau prajurit ahli pedang. Namun entah dari mana perasaan dan keahlian ini dimiliki oleh Tenten, ia jatuh cinta pada katana sejak masih berumur 5 tahun. Ketika anak seumurannya akan meminta boneka untuk dimainkan, Tenten justru lebih suka meminta miniatur shuriken dan katana saat ayahnya melakukan perjalanan. Bahkan ketika ayahnya sedang tidak ditempat, Tenten kecil akan benar-benar memainkan benda tajam yang sesungguhnya.

Terluka? Tentu saja sering, tapi itu bukan hambatan untuk Tenten. Luka-luka itu tak akan ada artinya jika dibandingkan dengan rasa sepi yang mulai ia rasakan ketika menyadari betapa menyenangkannya jika dibesarkan dengan keluarga yang utuh. Melihat anak Bangsawan seumurannya dimanja oleh kedua orangtua mereka sering membuat dada Tenten sesak, mengingat ia bahkan tidak tau bagaimana rupa ibunya sejak lahir.

Dalam beberapa kesempatan, Tenten juga sering menyelinap ke belakang Istana utama hanya untuk mengintip para prajurit Istana berlatih kemudian mempraktikkannya sendiri. Ada tempat di hilir sungai luar Istana yang menjadi tempat favoritenya untuk berlatih pedang. Tapi Tenten hanya pergi kesana seminggu sekali karena faktor penjagaan yang ketat. Saat tidak bisa keluar dari Istana, dengan berani Tenten akan memaksakan naluri berlatihnya dimana pun. Kamar, taman belakang, ruang tengah utama saat sedang tidak ada orang, bahkan gazebo. Seperti sekarang ini misalnya.

"Tenten-sama! Tenten-sama! Ada.." Pelayan diluar gazebo menghentikan ucapannya seketika, bahkan sebelum Tenten mendengar peringatan itu.

"Serahkan katanamu."

Tenten menoleh cepat. Suara bariton ayahnya memecah keheningan bersamaan dengan hawa dingin yang ditinggalkan hujan beberapa saat lalu. "O..otou-san."

"Kesempatanmu habis. Janji yang kau katakan pada Tou-san adalah katana itu hanya akan jadi pajangan di kamarmu." Ayah Tenten, Uzumaki Taka mengulurkan tangannya.

Tenten menggeleng, ia menyembunyikan katana di balik punggungnya karena mengerti apa yang sedang mereka bahas.

"Tou-san tidak ingin kau mendapat hukuman karena melanggar aturan Istana."

"Aku bagian dari keluarga Istana, Otou-san tahu betul kalau aku tidak akan dihukum."

"Tenten!" Bentak Taka mendengar aturan diremehkan oleh putrinya sendiri. Membuat Tenten tersentak karena sifat lembut sang ayah tiba-tiba menghilang.

"Aku tidak mau. Aku tidak bisa. Aku akan membuktikan pada kalian kalau aku bisa jadi lebih hebat dari para Samurai itu. Karena menjadi Samurai wanita legendaris pertama adalah impianku, aku tak takut akan hal apapun. Otou-san akan kehilangan diriku juga seperti Otou-san kehilangan Kaa-san jika melarangku lagi," sahut Tenten dengan dinginnya pada kalimat terakhir.

Kini giliran Taka yang mematung. Tak pernah ia sangka putri yang sangat menyayangi ayahnya ini berkata seperti itu. Mengancam dengan nama istrinya yang meninggal setelah melahirkan seorang putri.

Tenten yang menyadari betapa ucapan barusan membuat hati ayahnya hancur pun turut terdiam. Rasa bersalah itu hadir karena walau sering membantah ucapan ayahnya untuk tidak berlatih katana lagi, ini kali pertama ia membantah dengan sangat kasar.

"O..tou-san..." gumam Tenten pelan setelah ayahnya dengan eskpresi yang sulit ditebak. Ia terduduk di atas papan kayu gazebo tanpa alas. Hanya satu yang Tenten tahu, ia telah membuat ayahnya terluka. Tanpa sayatan dari katana tercinta dalam genggamannya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trilogy of Sadness : NejiTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang