DEG
" Mama tidak berpura - pura. Mama hanya S.E.N.G.A.J.A "
Tanganku yang sedari tadi membalas air yang mila arahkan padaku terhenti, lalu mila masih terus melakukan hal yang sama menyebabkan bajuku setengah basah.
Aku tidak memperdulikan air yang beberapa kali tertelan kemulutku ataupun mataku yang perih karena air laut yang asin.
" Mila!!! " Teriakan kak aga dibelakangku, sepertinya kak aga menyadari bajuku yang basah dan ketidak tartarikan ku dalam membalas.
" Ha ha ha, kak salwa kalah! " Tawa mila semakin keras seakan - akan mengejekku.
" Salwa! " Tanganku ditarik kak aga.
Air mataku turun.
Turun karena asinnya air laut yang mengenai mataku.
" Kamu sudah keterlaluan, " ujar kak aga pada mila.
Mila yang terkejut terdiam seperkian detik disana.
Aku dibawa kak aga menuju pasir pantai. Setelah didudukan aku terjatuh, mataku yang terkena air laut semakin perih tambah perih lagi karena ucapan mila.
Harus kuakui kali ini semuanya salah mila, aku yang mulai terlebih dahulu. Memancing mila supaya semakin membenciku. Tapi apa yang keluar dari perkataan mila adalah sebuah kebenaran. Kebenaran dimana mama memang tidak suka dengan kehadiranku, mungkin mama pikir aku baik - baik saja karena mama masih mau mengurusku untuk hal - hal yang lebih penting tapi aku juga sama seperti kak aga. Aku juga perlu sosok mama. Dihidupku.
Aku tahu mama hanya satu sosok hidupnya bukan hanya terpaku padaku, tapi bukan berarti aku terlupakan.
" Kak~ " aku melihat kearah pada kak aga.
" Kak, salwa-- " aku memejamkan mataku perlahan menahan sesak didadaku.
" salwa akan memilih papi salwa. Kehadiran salwa dikeluarga ini tidak diharapkan, salwa tidak ingin terus merasa menjadi penggangu disini bahkan salwa merasa tidak pantas untuk disayangi oleh kak aga salwaaa, . . . . salwa hiks. "
Tangan kak aga mengusap air mataku yang keluar, bibirku bergetar wajahku dalam pelukan kak aga. Aku menyerah untuk semua hal yang terjadi.
" Kamu yakin? "
" Setidaknya salwa cukup untuk dilempar kesana kemari. "
•••••
Setelah menangis dipinggir pantai sekarang ini aku ada digendongan kak aga, kakiku baik - baik saja tapi kak aga yang menawariku untuk digendong olehnya. Katanya untuk terakhir kalinya.
Mendengar kata terakhir kalinya cukup membuatku merasa bergetar, aku akan kehilangan sosok kakak yang selama beberapa tahun terakhir ini selalu kuperjuangkan.
Aku tidak tahu kapan aku akan bisa kepantai lagi bersama keluarga ini, tapi yang pasti kak aga selalu mengatakan untuk menjaga kesehatanku. Menjadi salwa yang harus selalu ceria Dan aku juga berhasil membuat kak aga berjanji bahwa kak aga tidak akan melupakanku.
Meskipun adik tiri, aku lega karena mempunyai kakak laki - laki seperti kak aga.
Rasanya beribu kata terimakasih takan cukup untuknya.
" Setelah pulang dari sini mungkin salwa akan bicara dengan mama papa, " ucap ku mencoba memecah keheningan.
" . . . "
" . . . "
Kami sama - sama terdiam, yah bagaimanapun juga aku juga memiliki sifat yang sama dingin dan tidak banyak bicara jadi seperti inilah gambaranya ketika kamu mempunyai kakak laki - laki dingin.
" Salwa kenapa ga? " tanya papa.
Aku diturunkan kelantai restoran, lalu tersenyum tipis pada papa.
" Tidak ada yang terjadi pada salwa pa, salwa baik - baik saja. " Aku yang melihat respon papa langsung buru - buru masuk kedalam rumah.
" Cepat kalian bersih - bersih setelah itu kita makan dan pulang, " ajak mama.
Aku menuju toilet terdekat, ada mila disana. Ia berwajah sembab entah menangis karena apa tapi wajahnya itu sama sekali tidak bisa dibilang ia tidak menangis.
Mila menoleh kearahku. Matanya membulat terkejut bibirnya juga terbuka sedikit.
" A-aa "
" ...? "
Dia buru - buru pergi dari sana aku hanya mengehendikan bahuku tak perduli meski diotakku berbanding terbalik. Otaku terus menerus bertanya kenapa? Kenapa? Ada apa? Dia baik - baik saja tadi, tapi sekarang kenapa?
Menjadi orang yang mudah kepikiran membuatku terdiam disela - sela makan malam kami. Sampai dimobil saja aku dan mila yang duduk dibelakang seakan diam membisu.
Kak aga sudah duduk bersama kami. Mila yang ada ditengah - tengah aku dan kak aga nampak tak nyaman.
" Mila sayang, kamu tumben diam saja? Ada yang salah mil? " tanya mama.
Yah lagi lagi mama begitu mudah menyadari perubahan mila jika perubahakn ku mungkin tidak ada efek apapun dari mama.
Perbedaan itu semakin membuatku yakin untuk memilih papi.
Kueratkan tanganku saat aku mendengar ucapan mila, " mila pikir kita harus membeli oleh - oleh ma. Takutnya nanti ada yang marah. "
" Hah? Siapa yang marah sayang? Kamu ada - ada saja. "
" Teman mila ma, " kekeh mila yang berhasil kembali pada moodnya.
" Baiklah, ayo pa kita beli oleh - oleh sebentar. "
" Kak salwa mau baju itu? " Seru mila
Seruanya itu membuat papa mama dan kak aga menoleh.
Dia sedang mengejek ku atau apa?
" Tidak. "
" Kamu beli saja sal, ambil. " Sahut mama.
Aku memutuskan untuk pergi, entah kenapa setiap barang yang kusentuh selalu saja dikomentari oleh mila. Dia terlihat sesekali bahwa ia sengaja. Dan itu membuatku kesal.
Aku juga ingin membalas perkataanya itu tapi aku malas membuang - buang waktu. Jadi aku terus - terusan mengatakan tidak pada apapun.
" Tidak. "
" Warna ini hanya ada 2 pasang, yang satu lagi bagaiamana jika warna lain saja ma. "
" Salwa kamu pilih warna yang mana? "
" Tidak. "
" Tidak. "
" Tidak. "
" Tidak. "
Seperti itulah ketika aku menjawab, aku juga ingin menyindir mila. Entah kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku sebaik dulu.
Setelah berbelanja dan mila juga sudah banyak yang dibeli kami pulang, tiba dirumah kami istirahat karena memang hari ini sangat melelahkan.
Tbc see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey & Heaven [Complate]
Romance15+ Semua adegan bisa jadi sewaktu - waktu tidak boleh ditiru jadi harap bijak dalam membaca⚠️ Salwa Salsabila tumbuh dari keluarga brokenhome menjadikanya anak yang sulit ditebak, permasalahan nya saat ini adalah tentang bagimana hidupnya yang bera...