Gue tahu kalo lu pasti kepo soal keadaan Faith. Sama, gue juga! Semua karena tindakan gue yang spontan, yaitu tendang kursi dengan kencang.
Gue akui baru kali ini gue lepas kendali, apalagi sama cewek. Biasanya, gue paling santuy. Tapi kali ini, nggak bisa. Heran. Apa mungkin cewek itu masuk dalam kategori orang paling hina sampe harus liat sisi terburuk gue?
Akhirnya, gue malah duduk sambil bersila tepat di depan Faith yang masih duduk meringkuk sambil menundukkan kepala di atas kedua lututnya. Doi terisak dan tubuhnya masih gemetar.
Kalo cewek udah sedih kayak gitu, cowok bisanya cuma liatin dan kasih waktu buat mereka puas-puasin nangisnya. Karena apa? Lagi sedih ato kesel, kalo dibaik-baikin, justru makin jadi. Udah gitu, cowok paling males ladenin drama cewek yang nggak pernah kelar dari zaman batu.
Kurang lebih setengah jam, Faith kayak gitu. Gue pun udah mulai bosan dan beranjak untuk segera membuka makanan yang gue beli. Gue beli lima porsi nasi Sapi Lada Hitam, buat Faith seporsi, dan sisanya buat gue.
Nggak usah kaget kenapa gue butuh empat porsi? Jalanin drama halu juga perlu asupan gizi yang seimbang, supaya kuat ngadepin kebrengsekan si Penulis. Meski sebenarnya, kalo gue lagi kumpul sama Chandra dan JoJo, kami bisa beli selusin porsi makanan dimana pun. Iya, kami emang bangsa rakus yang nggak kenal kenyang.
Makanan itu gue panasin di microwave, lalu pindahin ke piring. Sibuk dengan urusan panasin makanan di pantry kecil, pas gue balik arah, tahu-tahu si Faith udah duduk dan nikmatin makanan di meja. Cewek itu kayaknya ada kelainan jiwa. Ckck.
"Udah capek nangis, jadinya laper lu?" cetus gue tanpa beban, sambil membawa sisa makanan yang udah gue panasin.
Faith nggak menjawab, tapi makan kayak orang yang nggak pernah dapet makanan. Seporsi nasi dihabiskan dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Tanpa malu-malu atau bertanya, Faith ambil porsi kedua dan melahapnya dengan cepat.
Yang tadinya laper, gue jadi nggak napsu dan cuma peratiin sikap cewek itu yang aneh. Merasa tersinggung karena ada saingan untuk makan dengan porsi terbanyak, karena cewek itu ambil porsi ketiga. Ancuk!
"Lu lagi kesurupan atau gimana sih? Itu makanan gue, anjir! Lu cuma dapet satu porsi!" sewot gue heran.
"Gue laper. Nanti gue ganti nasinya," jawab Faith dengan mulut penuh.
"Emangnya seharian ini, lu bener-bener nggak makan?" tanya gue langsung.
Faith menggeleng. "Gue udah bilang kalo gue laper."
"Kenapa nggak cari makan sendiri aja? Kenapa malah samperin orang dan bikin bubar acara gue?"
"Gue udah bilang kalo bakal jadi cewek lu selama lu jomblo."
"Gue nggak sudi! Mau gue jomblo ato nggak, itu bukan urusan lu!"
Faith nggak membalas dan terus menghabiskan makanannya. Gue pun nggak mengoceh tapi memperhatikan cewek itu dari posisi gue. Teringat soal Joy yang mengatakan ada memar di dekat alis dan gue yang sempet menekan di dekat pelipis. Make up-nya pun berantakan dengan maskara yang udah luntur, dan cemongan dimana-mana.
"Emangnya siapa yang panggil lu Nia?" tanya gue kemudian.
Aksi makan Faith terhenti dan doi mengangkat wajah untuk menatap gue risih. "Bukan urusan lu."
"Untuk orang yang udah dibikin keki sama lu dan udah beliin makanan buat lu, rasanya gue berhak tahu meski itu bukan urusan gue," balas gue.
Faith mengerjap pelan, lalu mendengus nggak suka. "Orang rumah."
"Terus, mana badan lu yang sakit?" tanya gue lagi.
"Jangan kepo, nanti lu malah kepincut sama gue," balas Faith sinis. "Gue yakin kalo Joseph ada kasih tahu lu tentang diri gue, dan lebih baik dengerin aja apa kata temen lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKINSHIP (FIN)
ChickLitThe fiction to the fuckest story #3 The closeness between them, bonding through intimacy of touch. Then it gets so bad, that one day you get breakdown. They make choice based on emotion, then use what they call logic to justify their choice. When...