🍁"Dasar cengeng!."
Gadis kecil berambut panjang menangis sesegukan karena kerap menjadi bahan bulian teman teman sekelasnya, tak jarang dia mendapat kekerasan fisik dari teman seusianya. Tangannya berkali kali mengusap air mata yang terus menerus membanjiri pipi gembul miliknya.
"Aku nggak cengeng." ucapnya parau membela diri.
Teman teman sekelasnya semakin senang menetertawakan gadis mungil malang itu.
"Ga ayo injek tangannya."
Anak laki laki yang di sebut namanya itu langsung menginjak tangan Ayana tanpa ampun, tangisan Ayana semakin kuat.
Dari jauh mereka di lempari batu oleh anak laki laki yang baru saja datang.
"Minggir!!."
"Dasar orang orang jahat!!."
Sejak saat itu, Shawn selalu menjadi malaikat bagi Ayana, melindungi Ayana setiap saat.
-
"Mau sampe kapan lo kayak gini?."
Shawn menerima botol minuman dari Putra, cowok itu sejenak kembali melamun.
Bukan rahasia lagi kalau Shawn seperti kecanduan akan segala hal tentang Ayana, sejak kecil dia sudah bertekad untuk menjadi tameng pelindung bagi gadis yang di sukainya sejak mereka masih di taman kanak kanak.
Banyak yang mempertanyakan apakah ada rasa suka dan cinta yang bertahan begitu lama bahkan sampai bertahun tahun, pada kenyataannya memang ada. Shawn adalah bukti nyatanya.
Shawn menyenderkan bahunya ke dinding, membuka tutup botol lalu menenggak isinya sampai habis.
"Lo nggak tau banyak Put, jadi mending diem."
Putra mengatupkan bibirnya rapat rapat, Shawn itu sangat sulit di tebak, dia juga sebenarnya adalah tipe seorang yang tempramental. Sikap dan sifat Shawn sangat jauh dari kata sempurna, dia adalah bajingan yang sangat pintar menyembunyikan kebohongan dari orang terdekatnya.
Dia bak malaikat pelindung yang tiada duanya di mata Ayana, meskipun tidak pernah mengatakannya namun Ayana selalu menganggap Shawn yang terbaik di matanya.
"Mau jodoh atau enggak, Ayana tetep milik gue. Dia lahir untuk gue, sekalipun suatu saat Ayana punya perasaan buat cowok lain, dia nggak bakal bisa ngambil Ayana dari gue."
Senyuman di wajahnya semakin lebar, menyiratkan aura gelap di sekitarnya.
"Dari awal, Ayana itu hidup dan matinya di tangan gue."
Putra bergidik, dia merinding seketika.
Shawn itu,,,,
Sinting.
🍁
"Gue Nadila."
Ayana hanya memandang datar uluran tangan gadis di depannya, seumur umur baru kali ini ada anak perempuan yang sudi mengajaknya berkenalan.
Gadis bernama Nadila itu tampak kikuk, perlahan dia menarik tangannya. Malu.
Karena tidak di sambut baik oleh lawan bicaranya.
"Lo ngapain?."
Satu kelas mendadak hening, memperhatikan gadis keras kepala yang terus mengatakan bahwa Ayana adalah gadis baik, sampai sampai dia memberanikan diri berkenalan dengan gadis paling anti sosial di sekolah mereka.
"Kenalan. Gue tau kok lo orang baik." jawab Nadila sambil mengeluarkan cengiran.
Ayana tak menanggapi, dia kembali menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Tidak putus asa, Nadila duduk menyampingi Ayana.
"Tenang Ay, meskipun lo nggak nerima gue, gue bakal tetep mau temenan sama lo."
Satu kelas keheranan dengan tindakan Nadila, menurut mereka tidak ada yang menyenangkan berinteraksi dengan manusia yang lebih mirip seperti batu. Di ajak bicarapun dia tidak merespon.
"Soalnya kita satu paket."
Nadila tersenyum miring, dia benar benar senang sekali bisa bicara dengan Ayana, meskipun Ayana hanya menjawab sekali.
~
~Sejauh mata memandang Sagara hanya melihat gedung gedung tinggi tak beraturan memenuhi seluruh kota, udara siang ini terasa lebih panas dua kali lipat dari biasanya. Tanganya mengibas, meskipun angin sepoy sepoy sudah menerpa wajah tampannya.
"Ini spot paling bagus buat bunuh lo."
Cowok di sampingnya terkekeh hambar, dia sama sekali tidak menatap Sagara yang dari tadi terus terusan menyindir dirinya.
"Ada baiknya kita mati sama sama." kali ini Sagara yang tertawa ngakak, dia bahkan hampir terjungkal dari tempat duduknya karena mendengar ucapan tidak bermutu rivalnya.
"Mana bisa gue mati bareng bareng sama ahli neraka macem lo, kita itu beda."
Netra keduanya bertumbukan, saling melempar seringai tipis mengerikan.
Entah kapan perselisihan mereka akan berakhir. Sejak taman kanak kanak, terhitung sejak saat itu mereka menjadi rival dan berketerusan sampai saat ini, atau mungkin mereka memang sudah cocok di sebut rival abadi.
"Jangan sombong, seenggaknya ahli neraka macem gue tetep bakal check out dari neraka. Beda sama iblis yang sampe bumi di bentuk lagi pun tetep bakal membusuk di dalem sana."
Jawaban lawannya lagi lagi membuat Sagara sedikit tersulut api emosi, dia memasang wajah bengis.
"Gue nggak mau dong membusuk sendirian, dengan kemurahan hati gue bakal terus bikin lo ngelakuin dosa paling berat."
Sagara menjeda ucapannya.
"Kan kita sepupu, Shawn."
🍁
Mohon maaf, partnya saya bikin pendek pendek dulu.
Dengan alasan tertentu. Btw jangan lupa vote komen dan follow, terimakasih buat yang udah baca:)Anandahumairarazaq™
💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho
General FictionTidak semua yang cantik itu berlaku baik, layaknya setangkai mawar yang sangat mempesona namun bisa melukaimu kapan saja. @Anandahumairarazaq™