Aku dan Daveeka baru saja selesai menyantap makan malam bersama, di apartementnya.
"Setelah ini, bagaimana kalau kita menikmati sunset bersama?" ujarku, sambil menatapnya yang duduk di dekatku.
Ia pun langsung menoleh ke arahku, dan mengerutkan dahinya, "Menikmati sunset bersama? Dengan cara apa?" tanyanya.
Sebuah senyuman pun mulai ku ukirkan, lalu aku berkata, "Rahasia".
Mendengar apa yang baru saja kukatakan, membuatnya langsung menghela nafas dengan kasar, dan segera berdiri, dari kursi yang didudukinya, "Bilang saja, kau sengaja ingin membuatku penasaran" ucapnya, sambil merapihkan piring-piring, dan peralatan makan yang kotor.
Aku pun langsung tertawa, dan ikut bangkit dari kursi, yang ku duduki, "Tentu saja tidak sayang, tapi aku ingin memberikan kejutan padamu" ujarku.
"Baiklah, terserah kau saja" ucapnya, yang terlihat tidak peduli, "Tapi, aku ingin mencuci piring-piring, dan peralatan makan, yang kotor ini, terlebih dahulu" sambungnya, yang kemudian hendak beranjak pergi.
Segera aku menahan tangannya, sehingga membuatnya langsung menoleh ke arahku. Lalu aku berkata, "Tidak usah, biar aku saja yang mencucinya. Kau cukup duduk manis saja".
"Ya sudah, ini silahkan" ucapnya, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memberikan piring-piring, serta peralatan makan, yang kotor padaku.
"Siap sayang, kau tunggu sebentar, ya?" ucapku, sambil mengambil piring-piring, dan peralatan makan yang kotor itu, dari tangannya. Dan kemudian, aku berjalan menuju dapur, untuk mencuci peralatan tersebut.
30 menit kemudian. . .
Kami baru saja tiba, di sebuah tempat, yang berada tidak terlalu jauh, dari apartementnya Daveeka.
"Kita mau apa ke sini?" tanyanya, sambil memperhatikan sekitar, yang tidak terlalu ramai.
"Tentu saja, ingin menikmati sunses bersama" jawabku, sambil menyunggingkan senyuman, dan ikut memperhatikan sekitar. Namun tiba-tiba, aku tak sengaja, melihat seorang anak perempuan, yang hendak menaiki sebuah sepeda, "Kau tunggu di sini sebentar" ujarku, yang kemudian berjalan menghampiri anak perempuan tersebut.
Setelah berada di dekat anak perempuan itu, aku langsung berhenti, dan berdiri di dekatnya, "Hallo dik, boleh kakak pinjam sepedanya?" sapaku, sambil tersenyum padanya.
Ia pun langsung menoleh ke arahku, dan menatapku dengan bingung, "Meminjam sepedaku? Tapi untuk apa?" tanyanya.
"Iya, kakak ingin meminjam sepedamu, untuk berjalan-jalan, dengan kekasih kakak" jawabku, sambil mengganggukkan kepala, dengan disertai senyuman, yang masih mengembang di wajahku.
Namun ia hanya diam saja, sambil memalingkan pandangannya, tanpa mengatakan apa-apa.
Segera kurogoh saku celanaku, dan mengeluarkan dompet milikku. Lalu aku mengambil beberapa lembar uang, dan memberikannya pada anak perempuan itu, "Ini untukmu, kau bisa menggunakannya untuk membeli makanan, minuman, ataupun jajanan, sambil menuggu sepedanya, yang kakak pinjam. Nanti jika sudah selesai, kakak pasti akan mengembalikannya padamu" tuturku, yang kembali tersenyum padanya.
Dengan sedikit ragu, ia pun menerima beberapa lembar uang tersebut, dari tanganku, "Tapi, kakak tidak akan mengambil sepedaku, kan?" tanyanya.
"Tentu saja tidak, kakak hanya meminjamnya saja. Percayalah, lagipula kakak bukanlah orang jahat" jawabku, sambil menatapnya dan berusaha untuk menyakinkannya.
"Ya sudah, kalau begitu aku mau memimjamkan sepedaku, pada kakak" ujarnya.
Mendengar apa yang baru saja ia katakan, membuatku menyunggingkan senyuman. Lalu aku mengacak rambutnya dengan gemas, dan berkata, "Terima kasih ya, adik manis". Kemudian, aku pun langsung menaiki sepeda itu, dan mengayuhnya untuk menghampiri Daveeka.
Sesampainya di dekat Daveeka, aku langsung berhenti, dan menoleh ke arahnya, "Ayo naik" suruhku, sambil tersenyum padanya.
"Sebentar, kau membeli sepeda ini, dari anak perempuan itu?" tanyanya
"Tidak, aku hanya meminjamnya saja, lebih tepatnya menyewa" jawabku, sambil menggelengkan kepala.
Namun ia hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera duduk di sebuah kursi, yang berada di sebelahku.
"Kita jalan sekarang?" tanyaku, sambil menoleh ke arahnya, dan mengangkat satu alisku.
Tapi lagi-lagi, ia hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan berpegangan pada pinggangku.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat" ajakku, yang kemudian kembali mengayuh sepeda ini.
Beberapa saat kemudian, kami pun terus mengayuh sepeda bersama-sama, sambil memperhatikan jalan, yang kami lewati.
"Kau tahu? Ini adalah pertama kalinya, aku naik sepeda dengan dibonceng seperti ini" ujarnya.
"Oh ya? Itu artinya, sebelumnya kau belum merasakan hal ini?" tanyaku, sambil menoleh ke arahnya sesaat.
"Belum, apalagi jika diboncengnya dengan seorang pria, yang kucintai" jawabnya, sehingga membuatku kembali menoleh ke arahnya sejenak, "Lagipula, aku terakhir naik sepeda, saat berusia 7 tahun" sambungnya.
"Itu sudah lama sekali" ucapku.
"Iya, maka dari itu, aku tidak menyangka, jika akhirnya aku bisa naik sepeda lagi, ditambah dibonceng denganmu seperti ini" ujarnya.
Mendengar apa yang baru saja ia katakan, membuatku langsung menyunggingkan senyuman, "Aku juga baru pertama kali, naik sepeda dengan membonceng gadis yang kucintai" ujarku, sambil menatap ke depan, dan terus mengayuh sepeda.
"Benarkah? Dan itu artinya, aku adalah gadis pertama, yang kau boncengi?" tanyanya.
"Benar, kau memang gadis pertama, yang aku boncengi" jawabku, sambil mengganggukkan kepala, dan menyunggingkan senyuman.
Namun ia hanya diam saja, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi tiba-tiba, aku merasakan ia yang memeluk pinggangku, dan menyandarkan kepala, pada punggungku, "Aku sangat mencintaimu Dae Won, dan kuharap kau tidak akan pernah meninggalkanku. Karena aku merasa begitu bahagia, saat bersama denganmu" tuturnya.
Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahku, setelah mendengar apa yang baru saja ia katakan, "Aku juga sangat mencintaimu, Daveeka. Dan aku berjanji, tidak akan pernah meninggalkanmu, karena aku ingin terus bersama denganmu" ucapku.
To be continue. . .
Nb : Sunset di Korea, jam 7 an, berbeda dengan di Indo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner in Bed
Romance> Adult - Romance < Warning : Adult Content!!! 🔞 (Spin-off "Partner in Bed") Berisi one shoot Daveeka & Dae Won, yang dipenuhi dengan adegan vulgar. Disarankan, untuk membaca cerita pertamanya dulu, yang berjudul "Partner in Bed".