Chapter 4: Brat

580 90 16
                                    

Lima menit (Name) berdiri di loker. Pintu besi kecil itu terbuka. (Name) melirik Shouto dan loker sepatunya bergantian.

Pemuda itu tak sadar dirinya diperhatikan. Dengan santai membuka sepatu sekolah dan mengenakan sepatu ruangan.

“To-todoroki.” Suara (Name) terdengar mencicit.

Satu detik. Dua detik.

Tak ada reaksi.

(Name) melepas napas yang ditahannya dan menutup loker. Lebih baik ia masuk saja ke kelasnya.

“Ada apa?” Baru kakinya akan melangkah, tubuhnya ditahan suara berat dari balik punggungnya.

“So-soal kemarin. Jangan cerita ke siapa-siapa. Aku terlihat seperti bocah.”

“Memang kau bocah.”

(Name) memutar tubuhnya cepat, yang ia lihat punggung Shouto yang menjauhinya.

“Hei! Justru kau yang bocah! Aku menyapamu dan kau tak membalas. Dasar bocah tidak tahu sopan santun!” omel (Name) mengikuti Shouto.

Pemuda itu tak acuh memasuki kelasnya, menganggap suara (Name) sama tidak berharganya dengan suara kentut Kaminari Denki.

“Ck! Dasar tidak sopan! Awas kau!”

(Name) terus menggerutu sampai masuk ke kelasnya yang bersebalahan dengan kelas Shouto.

Duduk di kursinya, (Name) memegangi dadanya. Mengapa ... jantungnya berdebar sekencang ini?

Seingatnya sedari tadi ia tidak berolahraga, disapa hantu, dikejar anjing, atau dikejutkan temannya dari belakang.

Apa yang membuat jantungnya memompa darah secepat ini?

Dasar jantung bodoh. Jangan bergerak cepat tanpa alasan dong.

[]

Kalopsia | Todoroki Shouto ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang