27. Bab 3 : 6 [END]

200 14 2
                                    

"Jiyong-a" panggil Jooyeon. Jiyong menoleh. Ia sudah setengah mabuk karena tanpa sadar minum banyak.

"Eoh.. kau sudah datang rupanya.."

"Apa apaan ini. Kau kacau sekali. Wae geurae??" Tanya Jooyeon polos. Padahal ia sudah tau kalau Jiyong sudah putus.

"Aku.. baru saja putus dengan Jieun." Jooyeon menaikkan ujung bibirnya tanpa sadar karena senang. Lalu ia mencoba mengendalikannya dan pura-pura terkejut.

"Jinjja? Wae?? Bukankah kalian baik-baik saja kemarin? Apa karena aku?" Akting Jooyeon yang merasa bersalah.

"Aniya.. ini hanya kesalah pahaman." Jooyeon menuangi kembali minuman Jiyong yang sudah kosong.

"Minumlah yang banyak supaya hatimu baik lagi. Aku akan temaniku hari ini." Ucap Jooyeon memegangi tangan Jiyong.
.
.
.
Jiyong mabuk.

Ia terus minum setelah itu tanpa sadar hingga mengangkat kepalanya saja susah. Kesadarannya belum sepenuhnya hilang namun matanya sudah buka tutup menahan agar tetap sadar.

Jooyeon menyadari Jiyong sudah mabuk. Ia membaringkan wajahnya agar sejajar dengan Jiyong. Menatapnya penuh harapan.

"Jiyong-a.. mengapa kau masih mengharapkannya.. kalau masih ada perempuan lain di depanmu?" Ucap Jooyeon.

Jiyong yang kesadarannya masih belum hilang itu tentu mendengarnya. Ia merasa salah mendengar.

"Mengapa kau lebih memilihnya, padahal aku sudah mendekatimu sebelum dia datang. Menyebalkan! Jiyong-a" jooyeon memegang wajah Jiyong.

"Aku tau sekali sifatmu itu seperti apa. Tapi bukalah matamu itu. Aku menyukaimu bahkan sejak wanita itu datang, bukankah karena itu kau seharusnya melupakannya saja?"

Jooyeon menatap wajah Jiyong. Ia berpikir tidak apa bila mencium Jiyong karena Jiyong tidak akan mengingatnya dan kalaupun ingat Jiyong tidak akan menghiraukan dan menganggapnya halusinasi atau mimpinya saja. Jooyeon mendekatkan wajahnya hingga semakin dekat lalu disaat hidung mereka bersentuhan dan bibirnya akan bersentuhan,

Jiyong memundurkan wajahnya, Jooyeon pun membelalakkan matanya. Jiyong berusaha duduk kembali dengan benar lalu menatap Jooyeon bengis.

"Aku tidak tau kalau ternyata kau berpikiran seperti itu Jooyeon-a. Aku kecewa."

"Jiyong-a.."

"Gomawo.. karena telah membuatku sadar, kalau ternyata Jieun benar dan membuatku semakin mencintainya dan tidak ingin melepaskannya."

"Jiyong-a.. ini tidak seperti dirimu ayolah. Jiyong-a aku menyukaimu lebih dulu dibanding dia dan aku bisa menerimamu semuanya.. apa kurangnya aku dibanding dia? Aku punya segalanya mengapa kau masih mengejarnya?"

"Kau masih tidak menyadarinya?"

"Mwo?"

"Kekurangan mu"

Jooyeon terdiam. Jiyong menatapnya bengis seperti menatap serangga. Ini tidak seperti yang sudah ia bayangkan dan rencanakan. Seharusnya tidak seperti ini dan seharusnya akhirnya ia bisa mendapatkan Jiyong kembali.

"Aku tidak pernah menganggapmu lebih dari teman dan kau tidak pernah akan mendapat cintaku. Itu kekuranganmu" ucap Jiyong lalu pergi meninggalkan Jooyeon yang masih terdiam. Jooyeon berteriak memanggil jiyong yang berjalan menjauhinya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Seharusnya tidak seperti ini.. ani, seharusnya Bukan seperti ini akhirnya. Aku seharusnya sudah tidur dengan Jiyong sekarang!" Oceh Jooyeon pada dirinya sendiri. Ia terlihat seperti orang gila. Jooyeon berlari mengejar Jiyong namun Jiyong sudah pergi meninggalkan nya. Jooyeon berteriak kesal hingga menggunakan seluruh suaranya.

I Love U (GD×IU Fanfic) || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang