11. Your Happiness, JJK #2

884 134 5
                                    

"what's going on with you? It hurts."

~♥~

"astaga Jeongguk, badan lo panas banget sumpah! Ini nih akibatnya kalo ujan-ujanan. Lagian kenapa sih harus ujan-ujanan? Ada apa? Dari kemarin ditanya diem mulu lo!"

Jeongguk diam saja. Badannya memang terasa demam dan dia juga menggigil, tapi itu tidak lebih menyakitkan dari perkataan Taehyung kemarin. Iya, dia sakit setelah menembus hujan untuk kembali ke apartment-nya. Sejak tiga hari yang lalu, Mingyu juga tidak berhenti mengoceh ini itu tapi satupun tak ada yang Jeongguk balas. Dia hanya memiringkan badannya seraya menscroll sosial media dan melihat beberapa foto digalerinya. Hingga ia berhenti pada satu foto; dimana Taehyung menggendong dirinya di kebun Jeruk milik Nenek Taehyung, mereka tertawa difoto itu.

Satu air mata turun lagi membasahi pipinya. Mengingat bagaimana ia dan Taehyung kemarin sedekat nadi, kini malah sejauh bulan dan matahari.

Tak ada pesan selamat malam, tak ada ucapan selamat pagi. Tak ada kiriman susu pisang, tak ada usapan dipucuk kepalanya. Dua hari tanpa itu semua, rasanya hambar, hari tak seindah biasanya. Hanya mendung, kemudian hujan. Jeongguk rindu, tapi Jeongguk sakit hati. Taehyung keterlaluan. Jika memang ia salah, Taehyung harusnya berbicara baik-baik dan mendengar penjelasannya. Bukan malah menghabiskan waktu dengan orang lain, dan mencelanya tidak berguna.

Kenapa rasanya sangat sakit ketika bahkan dua orang yang awalnya asing ini tidak sedang dalam ikatan romantis?

"Jeongguk." usapan dirambutnya membuat ia tambah terisak. Usapan Mingyu dirambutnya membuatnya teringat bagaimana Taehyung mengusap rambutnya.

"Jeongguk, kenapa hey?"

Jeongguk masih menangis dengan memegangi dadanya. "Mm-mmingyu."

Mingyu kemudian masuk keselimut Jeongguk, memeluknya dari belakang. Dari kecil, hal semacam ini sudah menjadi kebiasaan. Baik ketika Mingyu yang menangis, maupun seperti saat ini; Jeongguk yang menangis. Mingyu menyayangi Jeongguk seperti adiknya sendiri, dan Jeongguk menyayangi Mingyu seperti seorang adik pada kakaknya.

"Jeongguk apanya yang sakit, hm?" Mingyu masih tetap mengusap kepala Jeongguk sayang.

"sakit banget? Apa mau kerumah sakit?"

"hiks.. Hiks.."

"Jeongguk bisa cerita sama Mingyu."

Jeongguk langsung berbalik dan memeluk Mingyu. Mengusakkan wajahnya didada Mingyu dengan menangis kencang. Membasahi kemeja Mingyu dengan air mata yang tak kunjung berhenti. Mingyu diam, melihat orang yang sudah ia anggap adik ini entah kenapa rasanya menyakitkan. Mingyu tidak mau berburuk sangka. Tapi Jeongguk tidak pernah berhubungan dekat kecuali dengannya, orangtuanya dan Taehyung. Tidak mungkin ia dan orangtuanya karena Mingyu tahu persis mereka sedang baik-baik saja.

Tapi diam saja seperti ini bukanlah hal yang benar bagi Mingyu jika melihat bagaimana Jeongguk tidak mau berhenti menangis sejak dua hari yang lalu. Tangisan Jeongguk sangat mengiris hatinya. Tidak mungkin Mingyu membiarkan ini.

Helaan nafas Mingyu terdengar tatkala suara dengkuran pelan terdengar, Jeongguk tertidur. Mingyu mengelus rambut hitam legam Jeongguk lembut.

"tidur yang nyenyak Jeongguk, jangan nangis lagi."

***

Mingyu memasukkan bolpoin yng tergeletak dimeja belajar Jeongguk. Bolpoinnya hilang, jadi seperti biasa, dia akan mengambil milik Jeongguk. Setelah selesai, Mingyu berjalan kearah Jeongguk lalu menyentuh dahinya.

Masih panas.

"Gguk, istirahat ya. Nggak usah kekampus dulu. Nanti surat dari dokter gue kasih kekemahasiswaan sama dosen biar lu nggak di alpha. Sekarang makan buburnya dulu, mumpung masih anget." ucap Mingyu sembari membantu Jeongguk mendudukkan dirinya.

Mingyu benar-benar tidak tega melihat Jeongguk dalam keadaan seperti ini. Keadaan Jeongguk sangat buruk. Wajah pucat, bibir pucat, mata sembab dan lemas seperti tidak ada gairah hidup. Mingyu mengelus kepala Jeongguk sayang.

"mau disuapin makannya?"

Jeongguk menggeleng. "nggak usah, lo berangkat aja sana."

"tapi dimakan ya bubur sama obatnya, kalo nanti pas gue balik masih ada, gue jejelin kemulut lo."

Mendengarnya Jeongguk diam untuk sebentar, lalu mengangguk. "iya. Sana berangkat."

"lo mau nitip sesuatu nggak nanti?"

"nggak ada."

"susu pisang?"

"nggak usah."

Terkejut. Jeongguk tak pernah menolak susu pisang sebelumnya. Apa yang sebenarnya membuat Jeongguk sangat sedih hingga bahkan susu pisang tak ada artinya bagi Jeongguk? Sepenting itukah orang itu? Seberpengaruhkah orang itu dikehidupan Jeongguk? Taehyung, apa itu dia yang menyebabkan Jeongguk seperti saat ini?

"Ming."

Lamunan Mingyu buyar, ia menatap Jeongguk yang baru saja memanggilnya. "iya, Gguk?"

"gue boleh nitip sesuatu nggak?"

"hm?"

"tapi tolong, lo jangan emosi dan lo harus ngasih ini keorangnya langsung."

"apa Jeongguk? Cepet."

"janji dulu."

"iyaaaaa!"

"bentar, gue ambil dulu." Jeongguk hendak turun dari ranjangnya dengan kesulitan, Mingyu yang melihat itu langsung mencegah Jeongguk, seharusnya Jeongguk tinggal bilang, nanti Mingyu tinggal ambilkan.

"sini gue ambilin."

"ransel gue."

Mingyu berjalan kemeja belajar Jeongguk dan mengambil ranselnya. Memberikan pada Jeongguk yang kini sudah membuka tasnya dan mengeluarkan paper bag yang terbungkus plastik. Mingyu mengernyit.

"apa itu?"

Jeongguk menyerahkannya ke Mingyu. "tolong kasih ini ke Kak Taehyung."

"hm?"

"nggak usah bilang apa-apa, kasihin terus pergi."

"kenapa nggak lo yang ngasih?"

Jeongguk terdiam, Mingyu mendapatkan guratan sedih yang berkepanjangan bersarang diwajah Jeongguk. Ada apa sebenarnya? Mingyu tidak tahu.

"dia udah nggak mau liat muka gue lagi." Jeongguk tersenyum miris, seiring dengan suara lirihnya yang menusuk hati Mingyu.

"ada apa ini Gguk, sebenernya?"

Setelah pertanyaan itu keluar, tangis Jeongguk pecah lagi. Tangisan untuk yang kesekian kalinya Mingyu dengar beberapa hari ini. Mingyu duduk dipinggir ranjang, memeluk Jeongguk yang terisak keras dengan tangan meremat selimut tebalnya.

"hhkks G-gue, nggak tahu hkks apa-apa. Hkks pas gue kerumahnya buat ngasih ini, dia ngusir gue hkks. Dia bilang, gue ganggu. Hkksss."

"ssst, udah ya nangisnya. Nanti gue kasih ini ke Taehyung." tepat dimukanya. "Jeongguk jangan nangis lagi."

"hkkks sakit Mingyu."

"cup cup cup, udah jangan nangis. Ntar kalo lo tetep nangis, gue nggak berangkat kuliah nih."

Mendengarnya, sontak Jeongguk menutup mulutnya untuk mencegah isakan lolos dari bibir mungilnya. Menatap Mingyu dengan wajah yang polos. Jeongguk selalu menggemaskan.

Mingyu beranjak dari ranjang Jeongguk, menepuk pelan puncak kepala Jeongguk.

"gue berangkat ya, Gguk."

-tbc

Our Story [KTH&JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang