27

911 157 137
                                    

Chapter Twenty Seven

Crimes have been a tumor in each inch of world life, till there is no chance to sorrow every death.

Kejahatan telah menjadi sebuah tumor di setiap inci dari kehidupan dunia, hingga tidak ada kesempatan untuk menangisi setiap kematian.

The Lifetaker
.
.

I'm needing you tonight, to wipe my tears and calm my fears. I'm needing you tonight, to tell me it will be okay even though i'm scared shitless and won't believe you anyways. I'm needing you to hold me in those strong arms of yours because we got ourselves into a mess we cannot even begain to sort out.I'm needing you to let me cry because you know it is the only way i'll sleep tonight. I'm needing you to promise me you'll still be here in the morning, that you'll be back tonight because i'm a godamn mess and you wouldn't have it any other way. But now, things are different. Realizing that you take this love for granted, you'll never be worthy.

Aku membutuhkanmu malam ini, menyeka air mataku dan menenangkan ketakutanku. Aku membutuhkanmu malam ini, untuk memberitahuku bahwa tidak apa-apa walau aku takut menjadi tak tahu malu dan justru tidak akan mempercayaimu lagi. Aku membutuhkanmu untuk menahanku dalam pelukanmu yang kuat karena kita terjebak dalam kekacauan yang bahkan tidak bisa kita pikul. Aku membutuhkanmu untuk membiarkan aku menangis, karena kau tahu itu satu-satunya cara aku akan tidur malam ini. Aku membutuhkanmu untuk berjanji bahwa kau akan tetap di sini hingga pagi hari, bahwa kau akan kembali lagi malam ini karena aku sialannya sangat berantakan, dan kau tidak memiliki pilihan lain. Tapi sekarang, situasinya berbeda. Menyadari bahwa kau hanya menganggap cinta ini sebagai hal yang biasa, kau tidak akan pernah layak mendapatkannya.

Ketika mata hazel itu membuka, sebuah ruangan gelap menjadi hal pertama yang menyambut kesadarannya. Baekhyun menoleh ke samping, berkedip-kedip untuk menyadari bahwa dirinya masih berada di ruang yang sama, di atas ranjang perawatan. Namun dia tidak lagi ditahan oleh borgol besi. Hanya sebuah jarum bersama selang yang terus mengalirkan cairan ke dalam tubuh.

"Bagaimana perasaanmu?"

Baekhyun menoleh ke samping kanan untuk bertemu seorang pria berkulit tan tengah berpijak.

Kim Jongin hanya mengenakan kemeja hitam dengan lengan terlipat pada kedua tangan, terlihat santai untuk pertama kali. Pria itu mendekat lalu membungkukkan tubuh sebelum melempar sebuah senyuman.

"Aku mewakili tuan Park untuk membawamu kembali ke mansion."

"Di mana Chanyeol?"

Baekhyun mulai bergerak, mendudukkan tubuh dengan suara ringisan.

"Sudah berapa lama aku seperti ini?"

"Tuan Park sudah tiba di mansion lebih dulu sejak sore tadi, sementara kau tertidur selama delapan jam."

"Dokter sialan itu.." Tangannya bergerak memijat dahi perlahan.

Baekhyun terdiam sejenak, mengusir rasa pening di kepala sebelum tiba-tiba hentikan gerak tangan, cepat membuka mata dan menoleh pada Jongin.

"Di mana Cale?"

"Dia sudah bersama tuan Park dan keadannya baik-baik saja." Jongin mengangguk. "Tadi siang Calean menghubungiku untuk menanyakan keberadaanmu. Aku pikir jika kita kembali sekarang, kau bisa menemui Cale."

"Lalu di mana jalang itu?" Maniknya memicing.

"Maaf?"

"Kyungsoo, di mana dia?"

Jongin tercekat sebelum mampu kembali berkedip. Pria tan itu menatap Baekhyun sekilas, membersihkan tenggorokan lalu kembali bicara.

"Kau bisa menanyakannya sendiri pada tuan Park."

The LifetakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang