Hari demi hari, kegiatan akademik yang dilalui para anggota kemiliteran berjalan dengan normal. Angin sejuk yang membawa daun-daun musim gugur perlahan dengan anggun mengelilingi area akademi. Hal ini semakin memperindah pemandangan para anak-anak remaja generasi penerus militer yang kian selaras satu sama lain. Mereka tak memandang kawan dan lawan, gerak gerik mereka seperti sudah teratur sejak awal memasuki akademi ini. Mereka bahkan terlihat terbiasa akan apa yang mereka jalani sehari-hari. Namun, mereka semua pasti memiliki suatu alasan, mereka sangat tahu akan tempat mereka bernaung saat ini. Kepercayaan mereka akan kehancuran yang sebentar lagi tiba ialah satu-satunya motivasi mereka untuk saling menyelaraskan pikiran. Walaupun mereka sebenarnya telah salah kaprah... Salah seorang dari mereka akan berbalik melawan mereka ...
_____________________________________________________
(POV 3)
"Pada akhirnya, aku sendiri yang menyesali semuanya..."
Kata-kata itu selalu digumamkan oleh Jean sepanjang berkegiatan di akademi. Tubuhnya yang sudah tak karuan tiap harinya, tetap ia paksakan untuk beraktivitas normal. Saat ia melaksanakan praktek simulasi peperangan, ia benar-benar tak peduli. Tubuhnya bergerak hanya sesuai emosinya. Jean menjadi sosok mengerikan di hari itu. Bertubi-tubi tembakan tomat mengenai satu-persatu rekan-rekan peperangan Jean. Tiba-tiba mereka dalam sekejap lenyap terbalas oleh serangan Jean yang brutal. Rekan Jean yang tersisa, mereka merasa terselamatkan berkat aksinya. Namun, berbagai pujian yang turun kepadanya tak merubah sorot kosongnya. Tanpa membutuhkan waktu lama, ia pergi tanpa balasan apapun.
Walaupun simulasi itu ialah pembelajaran terakhir untuk kelas umumnya, namun kelas tambahan masih menantinya sebentar lagi. Jean dengan langkahnya yang sangat lemah menyusuri jalan menuju kelas terakhirnya. Disepanjang jalan, ia sempat disapa oleh seseorang, namun ia tidak menggubrisnya.
"Hei... bilang ke Letnan aku izin telat yaa... aku ada urusan sebentar "
Tiba-tiba saja orang itu mencegat Jean dihadapannya. Jean sangat tahu bahwa orang itu adalah Charlie, namun ia malas berurusan dengannya saat itu. Ia dengan pelan mengangguk lalu segera mengabaikan Charlie. Lalu, tiba-tiba Charlie membisikkan sesuatu di telinga Jean"Pstt...jika kau ingat sesuatu tentang hari itu, tolong beritahu aku... saat itu aku sudah terbangun di kasurku dan aku benar-benar tak ingat apapun. Tapi, emmm aku tak mau memaksamu, Jean. Tenang... Soalnya... emm jujur saja ... akhir-akhir ini kau terlihat semakin buruk. Sesekali kau bisalah curhat padaku walau kita beda kelas, ... atau kau bisa beri tahu aku saat kondisimu membaik... Oke Jean? Plakk (suara memukul sangat keras) Bye..."
Lalu, Charlie sempat menggoda Jean dengan menepuk punggung Jean sangat kencang dan segera berlalu pergi. Terlihat sesaat oleh Jean sosok Charlie yang dikerumuni banyak teman sekelasnya dan begitu populer melebihi Jean. Sedangkan Jean yang emosi akan perlakuan Charlie, berusaha menahannya dan lanjut berjalan sendirian menuju kelas.Sesaat, Jean melewati toilet akademi. Tubuhnya terhenti sementara saat itu juga. Matanya memandangi pintu luar toilet hingga berkaca-kaca. Ia mematung seakan dalam otaknya telah ditampar oleh berbagai ingatan buruk peristiwa malam itu. Jean semakin lama merasa muak memandanginya. Keadaannya batinnya makin memburuk hingga ia dengan cepat pergi meninggalkan pintu luar toilet menuju kelas tambahan.
_____________________________________________________
Sesampainya di kelas, Jean datang terlalu awal dari biasanya. Lalu seseorang masuk ke dalam kelas 5 menit setelah Jean. Jean sejenak melirik kedatangannya, lalu Jean langsung membuang muka setelah ia tahu orang itu adalah Gale. Situasi saat itu benar-benar terlihat canggung, seperti mereka enggan saling berhadapan dengan situasi ini. Hingga Letnan pun tiba dan mulai mengajar, mereka bahkan tak saling berbicara dan terlihat sangat fokus. Sejenak Letnan sempat menanyakan tentang Charlie, lalu setelah itu situasi tenang kembali. Lalu selama setengah jam, Charlie baru datang ke kelas dan segera menyesuaikan diri. Namun kehadiran Charlie merubah suasana kelas. Karena seperti biasanya, ia pasti saling bertengkar dengan Gale.
"(BRAKKK!) Bisakah kalian DIAM!"Keadaan mendadak sunyi... Untuk pertama kalinya, Jean berteriak pada mereka berdua. Letnan saat itu sangat terkejut melihat reaksi Jean yang semarah itu. Walaupun begitu, ia tetap profesional dan tetap melanjutkan pembelajaran hingga selesai.
Setelah kelas tambahan berakhir dengan keadaan yang normal dan tenang, Charlie langsung pergi meninggalkan kelas. Jean saat itu terlihat sangat buru-buru, namun ia dengan cepat ditarik paksa oleh Gale.
"Tunggu... sini sebentar kau brengsek!"Lalu Gale sempat menyerat Jean kembali kedalam kelas, lalu tanpa basa-basi ia memukul wajahnya.
"Bisakah kau terus terang denganku, Jean? Kau berlagak seakan tak peduli, tapi sikapmu ini membuatku lama-lama muak! Selama 5 hari ini aku mendiamkanmu, tapi lama-lama kau makin melunjak, ya... " Lalu dengan brutal, untuk kedua kalinya kerah Jean ditarik paksa oleh Gale.
"Sekarang aku tak mau tahu, jelaskan semuanya Jean...!"Saat itu Jean yang benar-benar lemah dan kacau dengan sisa tenaganya melepas tarikan Gale.
"Percuma, Gale! aku tak akan ..."
Tiba-tiba, Jean yang telah terlepas dari belenggu Gale terhuyung mundur. Pandangannya mulai terlihat kabur, dan Jean tersungkur...
_____________________________________________________
Malam ini, tubuhku terasa sangat sejuk. Perlahan kuangkat tubuhku. Pemandangan dihadapanku merupakan langit malam yang dibawahnya terlihat pohon pinus dari atap. Tepat disandingku, seseorang sedang menghisap cerutunya dan perlahan memandangiku.
Oke... aku baru menyadari, seseorang membawaku berada di atap asrama...!
KAMU SEDANG MEMBACA
RE :Young
Historical FictionAwalnya Jean Tyler sangat berambisi menjadi ahli permesinan yang sukses dan tertarik mempelajari lebih dalam tentang mesin dengan pergi ke pusat kota France, lalu mendaftar dalam akademi permesinan high grades. Namun harapannya putus setelah sampai...