06

15 2 0
                                    

Warning typo bertebaran, harap maklum ya :)

Jangan lupa tinggalkan jejak vote/komen







*****

"Asli, lo ngga ngeh apa gimana si, Dy?"

Tanyanya sambil melihat ke arahku, dan memang saat itu aku belum menyadari sesuatu,

Aku masih diam berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh Arida dan hasilnya tetap nihil,

"Buset punya temen lemot amat njir, udahlah buruan duduk." Umpat Arida yang kemudian menyuruhku untuk segera duduk,

Duduk dengan aman dan nyaman di kursi masing-masing, aku dan Arida sejenak melupakan percakapan tadi dan menggantinya dengan diskusi kecil-kecilan sembari menunggu pesawat take off. Biasa yang jadi bahan diskusi masih seputaran pekerjaan.

"Oiya, Jeje bilang tiap 6 bulan sekali kalo dia sempet bakal liat-liat juga kemajuan cabang yang kita pegang Dy, sekalian dia mau ke rumah neneknya."

"Hmm... it's okay, no problem bisa kali sekalian nitip makanan dari Indo kalo Jeje mau ke Korea hahaha." Balasku menaggapi ucapan Arida sembari kembali sibuk dengan tabku untuk mengurus jadwalku dan jadwal Arida besok Senin saat pertama masuk.

"Eh bentar deh gue mau ambil earphone di tas, tolong pegangin bentar dong sekalian cek jadwal lu ada yang mau diubah apa kagak." Ucapku sembari memindahkan tab ke pangkuan Arida lalu berdiri untuk mengambil tas putih milikku, selesai mengambil barang yang aku perlukan, saat akan duduk ke kursi, seorang pramugari berteriak kearahku

"Awas mbak..." dan saat itu juga aku merasa "lho kok ga jadi jatoh? Mana sih tasnya? Ih mbak pramugarinya ngibulin gue apa ya?"

Oh ternyata ada seseorang yang menahan benda yang hampir mengenai kepalaku,

Kaget? ngga usah ditanya pasti kaget pake banget.

Diam

Diam

Masih diam

"Are you okay?" Suaranya seperti pernah ku dengar sebelumnya,

"Sorry, a-are you o-okay?" Tanyanya sekali lagi memastikan,

"Eum... y-ya i'm okay." Jawabku yang cukup terkejut dengan hal yang barusan terjadi,

Arida yang melihat kejadian itu langsung menghampiri dan membantuku untuk mengembalikan tasku ke tempat semula dengan benar.

"Anjir lo bikin kaget gue aja sih Dy ya Allah." Ucap Arida padaku setelah meletakkan tasku yang hampir mengenaiku tadi,

"Umm thank you sir...." Ucap Arida yang menggantung,

"P-p-park Loey?!" Ucap Arida saat itu juga yang membuatku sedikit terkejut,

Bukankah ini laki-laki yang tadi mengingatkan jika tasku hampir tertinggal?

Kulihat laki-laki ini tersenyum hingga terlihat deretan giginya yang rapih,

"Park Loey from EXO right?" Tanya Arida memastikan,

"Ne, annyeonghaseo joneun Park Loey ibnida " Jawab laki-laki yang ternyata bernama Park Loey ini,

"WAH DAEBAK, ige jinjja daebak." Pekik Arida sambil menutup mulutnya,

"Annyeonghaseo, joneun Arida EXO-Limida, senang bertemu denganmu Park Loey oppa." Ucap Arida pada pria bernama Park Loey ini dengan bahasa koreanya.

"Wah kamu bisa berbahasa korea juga?" Tanya Park Loey.

"Ne, aku dan temanku Lody kebetulan bisa berbahasa korea." Jawab Arida.

"Wah bagus sekali, Saya takjub dengan bahasa korea Anda." Balas Park Loey.

"Ne, Gamsahamida." Ucapku berbarengan dengan Arida.

Setelah kejadian tadi yang berakhir dengan berkenalan dengan laki-laki bernama Park Loey ternyata adalah laki-laki yang menyelamatkan tasku sebelum masuk ke pesawat. Aku, Arida, dan Park Loey kembali ke tempat duduk masing-masing. Kebetulan aku dan Arida duduk di deretan kabin kanan dan Park Loey satu bangku di belakang kami di deretan kabin kiri.

"Kan Dy, dugaan gue bener pas masuk pesawat ini tadi." Bisik Arida kepadaku

"Jadi lu udah tau? tapi tumben kagak heboh?" Tanyaku.

"Ya gimana mau heboh, lu gue kasih tau lemot gitu, ya ngga jadilah hebohnya." Jawab Arida agak sedikit kesal karena hal tadi.

Sial aku baru paham.

Jadi ini yang dimaksud Arida tadi?

"Mianhae Arida-ya..." Akupun meminta maaf dengan memasang puppy eyes, dan kalian tau apa yang terjadi?

"Gue timpuk pake tab enak nih keknya." Balas Arida sambil mengangkat tab yang tadi ku berikan ke Arida untuk memeriksa jadwalnya,

"Ehehe.. jangan dong semua jadwal yang gue bikin dengan jerih payah dan air mata ada di situ, Da." Aku hanya membalasnya dengan cengiran saja.

Ya karena itu sudah jadi hal biasa ketika aku bertingkah sok imut di depan Arida pasti dia akan menimpuk bahkan tidak segan untuk memukulku, karena geli melihatku bertingkah seperti itu,

kalau kata Arida mah "bukan elu banget sumpah."

Selang beberapa menit, pesawatpun akhirnya lepas landas.
















"Indonesia Annyeong...." Batinku.





______________________________________
Annyeong chingudeul.....

Maaf sebelumnya jadwal update molor banget, because there's something yang perlu dibenahi dan diselesaikan ಥ‿ಥ

"udah molor, dikit pula updatenya" maapkan yaak update dikit karna dapet idenya baru segitu, next chapter bakal panjang kayak biasanya deh janjii...

My SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang