Pertama: Pukul 23.00 Malam

1.1K 69 3
                                    


20 Juli 2017
Salah satu perumahan di Bintaro, Tangerang

Atthaphan Punsawat menatap bingung layar ponselnya. Ada sudut hati yang tergerak saat ia membaca kembali nama itu dan melihat foto di akun Instagram yang terkunci. Jumpol Adulkittiporn menambahkan Atthaphan sebagai teman.

Iya, Jumpol yang itu. Teman SMA-nya dulu.

Att melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 08.45 pagi. Sebentar lagi Tawan akan datang menjemput, dan ia masih belum bergerak dari meja makannya. Ada hawa dingin yang terasa di belakang punggungnya. Kau tahu? Seperti ketika kita masuk ke dalam rumah kosong bertahun-tahun tanpa penghuni.

Tak hanya itu, perut Att juga tiba-tiba sakit. Jantungnya berdegup dengan kecepatan tidak normal.

Sudah 10 tahun sejak Atthaphan terakhir kali menyebut nama itu di dalam hati. Ia pikir kepalanya sudah benar-benar lupa, namun sepertinya jantungnya masih ingat dengan baik.

Lamunannya terpecah ketika suara klakson mobil terdengar dari depan rumah. Ia buru-buru memasukkan suapan terakhir serealnya, sebelum memasukkan ponsel ke dalam tas dan bergegas keluar rumah.

Atthaphan masih membiarkan permintaan pertemanan Jumpol tanpa menerimanya. Ia tidak tahu harus apa. Kepalanya masih diisi dengan sejumlah pertanyaan tanpa jawaban.

Kenapa Jumpol mengikuti Instagramnya? Kenapa Jumpol datang lagi?

"Wan..."

"Hmm?"

Tawan Vihokratana menjawab tanpa mengalihkan perhatian dari jalanan di depannya. Setelah keluar dari komplek perumahan Atthaphan, mereka langsung dihadang dengan oleh macet panjang. Padahal belum juga mobilnya masuk tol.

"Kita mending lewat jalan biasa apa tol ya, Att?"

"Tol aja deh. Aku ada meeting jam 11."

Tawan melirik jam tangannya. Masih ada dua jam sebelum rapat Atthaphan dimulai.

"Oke. Eh mau ngomong apa tadi?"

Kini Tawan memusatkan perhatiannya kepada Att. Jalanan di depannya berhenti total. Padahal biasanya mendekati jam 9 jalanan sudah berjalan normal.

"Hmm... kamu masih berhubungan sama Jumpol?"

"Nggak sih. Terakhir reuni 5 tahun lalu yang kamu nggak dateng. Kenapa?"

Atthaphan hanya memberikan jawaban 'oh' kecil sebelum menggeleng. Rupanya Jumpol tak benar-benar menghilang. Ia masih muncul, tapi mungkin tidak di depan Atthaphan.

"Kamu follow Instagram dia nggak, Wan?"

"Lah emang dia punya Instagram?"

Atthaphan mengedikkan bahu sambil tersenyum ke arah Tawan sebelum mengembalikan pandangan ke jalanan. Lelaki di sampingnya mendengus, mengelus perlahan kepala Atthaphan.

"Kenapa deh? Udah 10 tahun loh, Att. Tiba-tiba banget kamu ngebahas dia."

"Nggak papa, Wan."

Pemuda di sampingnya tertawa. Tawan selalu tahu jika ada hal yang disembunyikan Atthaphan. Ia tak pernah bisa berbohong. 

"Nggak papa, serius. Tiba-tiba aja kangen sama temen-temen SMA," Atthaphan kembali meyakinkan Tawan.

"Tapi yang ditanya Jumpol banget?"

Atthaphan tertawa kecil. Mencubit pelan lengan Tawan yang kemudian dibalas dengan aduhan kecil dari si korban. 

"Nggak usah jealous gitu, ah."

Sebuah Nama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang