Sayonara

108 7 10
                                    

Aku yang sudah setahun kau biarkan berdebu di atas lemarimu. Aku dan lima temanku yang dulu selalu kau puja, kau usap lembut dengan lap basah hingga memantulkan sinar mentari yang dengan sopan masuk melalui jendela kamarmu. Siapa yang menyangka akan begini jadinya? Kau yang dulu berusaha keras, mati-matian berlatih setiap pagi dan sore, berusaha menjadi yang tercepat dalam setiap maraton untuk mendapatkanku dan lima temanku kini menjadi sosok yang paling tersakiti kala tatapanmu menuju pada kami.

Pagi ini mendung. Langit penuh dengan awan kelam yang tak bersahabat. Kau menoleh ke meja yang berada di seberang tempat tidur, berusaha meraih handphone yang tak henti berdering meski tak bisa menggapainya. Menggeser badan atletismu sekuat tenaga, dan mengulurkan tangan ke arah meja belajarmu yang kini berantakan. Kau yang berdecak kesal kemudian menarik kursi roda di sampingmu dan duduk diatasnya sebelum mengangkat telepon.

"Ya, Adrian disini. Kalau ini soal kalian yang meminta wawancara tentang cacatnya kaki saya, saya tak mau datang. Saya bukan lagi atlit yang harus kalian liput 24 hour in 7 days lagi! Saya lelah."

Kau yang diam setelah mematikan panggilan melirik ke atas lemari dengan berjuta rasa. Sekilas tampak mengerikan, dan pilu. O-oh, sepertinya aku tahu apa yang akan kau lakukan. Aku harus bersiap, karena mungkin perjalananku menemanimu hanya sampai disini. Selamat tinggal Adrian. Dan untuk teman-temanku...

Sampai jumpa di tong sampah.

ImpactoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang