Coffee Stains

47 4 7
                                    

Majikanku yang cantik, sudah 5 tahun aku bersamanya, pun bersama kekasih majikanku yang juga memiliki saudaraku bersamanya. Majikanku dan kekasihnya amat menyukai kopi, jadi mereka membawaku dan saudaraku untuk minum kopi bersama. Kami memang mirip, hanya beda warna. Kulitku berwarna biru, saudaraku memiliki kulit merah.

Hidupku bersama majikanku selalu terasa menyenangkan hingga suatu saat majikanku berteriak setelah melihat smartphone kekasihnya. Mereka bertengkar hebat. Menjerit, menangis, seperti badai dadakan yang tiba-tiba saja datang. Begitu saja terjadi, tanpa pertanda apapun. Meraih segala hal yang berada dalam jangkauan dan melemparnya. Aku hanya bisa menyaksikan mereka dari tempat majikanku meletakkan diriku. Naasnya, saudaraku menjadi salah satu korban. Lelaki itu melempar saudaraku ke arah majikanku.

Sudah dua minggu berlalu, namun majikan cantikku masih saja meneriakkan nama lelaki itu. Tidak juga dengan tatapan penuh kasih, melainkan sorot mata penuh kebencian. Kali ini masih dengan air mata yang jatuh tetes demi tetesnya, juga bekas luka di kepala karena goresan saudaraku yang dilempar lelaki itu pada majikanku. Lebih dari itu, di hatinya kini ada luka yang menganga lebar. Ia kini sendiri. Kembali melajang dengan segala kenangan pahit yang ditinggalkan. Bersamaku. Oh tidak. Tidak lagi denganku.

Baru saja ia melemparku, berusaha melepas frustasinya, menggigit kukunya, meninggalkanku yang sudah menjadi kepingan berserakan di lantai kamarnya. Tunggu aku, saudaraku. Aku akan segera menyusulmu.

ImpactoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang