a reason

304 62 0
                                    

04 — a reason — engga apa-apa jadi orang perasa, daripada orang mati rasa.



"Bukan, tapi luka di hati."

"Maksudnya?"

Langit tersimpul untuk mengingat hari-harinya semenjak bersama si gadis. Menikmati waktu menunggu Darin pulang dari aktivitas lelah, mengajak ke tempat yang ingin ia kunjungi sekedar bernostalgia. Pun, si gadis juga kerap membantu melupakan rasa-rasa masih berhinggap.

Bila ada kertas Langit jadi ingin sejenak menjadi pujangga seperti Sapardi Djoko Darmono. Ia akan berkata wahai semesta terima kasih akan hadirmu mendatangkan gadis ini, walau terkesan hiperbola.

Gadis sedang Langit tatap begitu pandai memahami situasi hingga berkata. "Tidak perlu berterima kasih."

"Tapi, Dar."

"Tapi apa?"

Langit mengangkat stoking hitam ia kenakan, menampakan sayatan luka baru.

Darin memberi hadiah cubitan kecil pada punggung tangannya. "What an idiot! Kenapa sampai nyakitin badan lagi?"

Bagai manusia benar-benar kehilangan arah kehidupan, Langit tertunduk malu menceritakan sepenggal pesan panjang ia dapatkan kemarin.
.
.
.

Ruang tidur tempatnya dahulu berantakan, Langit tanpa baju hanya berbalut celana pendek sedang tidak kuat mengetahui perkara masa lalu yang belum kelar.

Terjebak masa lalu memberikan efek perih tanpa sentuhan.

Langit membiarkan darah mengalir di lengan. Terduduk lemas di bawah tepi tempat tidur, sementara sebelah tangan yang tidak luka ia genggam ponsel menampilkan email masuk telah dibaca.

 Terduduk lemas di bawah tepi tempat tidur, sementara sebelah tangan yang tidak luka ia genggam ponsel menampilkan email masuk telah dibaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, Sangkala.

Apa kabar?

Boleh berharap kamu benar baik-baik saja di sana? Maaf baru kasih kabar ke kamu, aku ga tau harus mulai dari mana.

Aku juga takut kirim email ini. Takut kamu ga akan baca.

Bagaimana kabar Indonesia?

Kamu masih sering ketemu Bunga sama Bima? Aku sedih ga bisa datang ke acara nikahan mereka.

Sampai sekarang sebetulnya aku sama Bunga masih bertukar kabar. Bunga bilang kamu masih sering nanyain dan cari aku lewat dia.

Pesan yang selalu kamu kirim juga masih aku simpan. Pesan yang isinya kabar kamu dan cerita hari-hari kamu. Maaf Kala, biarin kamu terus-terusan kirim pesan tanpa balasan.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang