11

11.5K 1.1K 42
                                    

11

Drake tidak pulang.

Valencia makan sendirian dan merasa tak berselera. Jangan salah. Bukan karena memikirkan Drake yang entah pergi ke mana—tidak pulang sedari pergi bekerja tadi pagi. Tidak. Valencia tidak mau memikirkan pria itu.

Ia hanya merasa tak enak badan. Tenggorokannya pahit, makanan yang masuk ke mulutnya terasa sangat tidak enak. Sejak siang ia bersin-bersin.

Valencia tidak menaruh kecurigaan kalau ia akan demam, tapi semakin sore, suhu tubuhnya semakin tinggi dan ia mulai merasa kedinginan.

Setelah beberapa suap, Valencia menyudahinya makannya. Ia menyimpan lauk-pauk ke dalam lemari pendingin, lalu meletak piring kotor ke bak cuci piring, tanpa langsung mencucinya seperti biasa.

Setelah itu, ia mengambil kotak P3K. Setelah minum obat, Valencia beranjak ke kamar. Naik ke pembaringan. Obat demam biasanya akan membuat kantuk.

Benar saja. Tak lama kemudian, mata Valencia memberat dan ia pun terlelap.

***

Drake memasuki rumah sambil tertawa. Wanita cantik bertubuh langsing yang ia ajak ke rumah malam ini adalah wanita berbeda dengan yang sebelumnya.

Wanita itu tertawa cekikikan. Sebenarnya apa yang wanita itu ceritakan sama sekali tidak lucu. Menggoreng telur sampai gosong. Apa yang lucu dari itu, selain menunjukkan bahwa si wanita bodoh? Akan tetapi demi menarik perhatian Valencia, Drake terpaksa tertawa palsu.

Keadaan rumah sunyi. Drake mengerut kening.

"Mana kamarnya, Drake?" tanya Katrina ketika mereka tiba di ruang tamu.

Sial! Inilah hal menyebalkan kalau kau berhubungan dengan wanita jalang. Mereka baru tiba di rumah, dan wanita itu sudah bertanya di mana kamar tempat mereka akan beradu kelamin.

"Kita akan bersantai dulu di sini, Sayang," Drake sengaja berkata dengan suara lebih keras, memancing Valencia mengetahui kehadirannya dan si wanita sundal.

Namun dua puluh menit kemudian, valencia tak menampakkan batang hidungnya. Beberapa waktu lalu, ketika berhubungan intim dengan Sashi, Drake bisa melihat Valencia mengintip mereka.

"Tunggu sebentar."

Drake meninggalkan Katrina. Ia melangkah lebar menuju kamarnya dan valencia. Ketika membuka pintu kamar, ia terkejut mendapati keadaan kamar yang temaram oleh cahaya lampu tidur. Belum pukul sembilan, dan Valencia sudah tidur?

Drake melangkah masuk, menyalakan lampu utama dan berjalan menuju ranjang, berniat hendak membangunkan valencia. Namun, ketika tiba di di dekat ranjang, apa pun niatnya itu menghilang.

Ia terdiam memandang wajah Valencia yang tampak lelap. Wajah wanita itu lebih tirus. Drake yakin berat badan Valencia turun setidaknya 2-3 kg. Rupanya ia berhasil menyiksa wanita itu.

Bagus. Drake senang wanita itu mendapatkan balasannya. Siksaan Drake tak akan berhenti.

Drake tak sadar ketika tangannya terjulur mernyingkirkan sejumput anak rambut di kening Valencia.

Panas.

Drake tersentak, baru tersadar apa yang ia lakukan.

Ia menarik tangannya dan mengutuki diri.

Sesaat kemudian ketika teringat kalau kening valencia panas, dengan cepat Drake kembali menyentuh dahi wanita itu.

Panas.

Valencia demam.

Sialan! Wanita itu pasti terjangkit darinya.

"Drake."

Suara samar panggilan Katrina membuat Drake mengumpat pelan. Wanita memang merepotkan. Dengan langkah lebar, ia keluar dari kamar.

"Kau harus pulang, Kat," kata drake saat menemukan Katrina berdiri ragu di depan pintu kamarnya.

"Apa?" tanya Katrina bingung.

"Kau sudah mendengarnya." Setelah mengucap itu, Drake kembali masuk ke kamar, menutup pintu dan menguncinya, membiarkan Katrina tercenung bingung di depan pintu kamar.

Tak lama kemudian, samar-samar Drake mendengar makian wanita itu.

***

Evathink
follow Ig : evathink

Valencia and Her Devil Husband - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang