5 Bulan Kemudian ...
NAMJOON tersenyum menatap seorang bayi yang baru saja tiba di rumahnya sekitar 1 jam yang lalu. Dan sudah 10 menit Namjoon memertahankan posisinya, tengkurap di ranjangnya dengan kedua sikut yang menahan lengannya yang tengah dilipat. Ia menunduk sesekali untuk mengusak hidungnya pada pipi mungil milik anak perempuannya yang tengah tertidur—Kim Namwi.
"Kau cantik seperti ibumu."
"Benarkah? Sekarang aku gendut seperti babi. Apa masih terlihat cantik di matamu?" Wiseok yang sedari tadi berbaring di sebelah Namwi menatap Namjoon sembari menutup kedua pipi tembamnya.
"Kau cantik dan sekarang bertambah satu predikat lagi—menggemaskan." Namjoon mengusak pelan puncak kepala Wiseok membuat isterinya itu tersenyum malu lalu memeluk Namwi dan menyembunyikan wajah di ceruk leher anaknya. "Selamatkan aku dari rayuan daddy-mu, Namwi-ya."
"Tidak. Kalian akan terperangkap dalam rayuanku selamanya." Namjoon terkekeh pelan melihat isteri dan anaknya. Ia mengusap rambut Wiseok perlahan, membuat sang empunya kembali menatap padanya. "Aku tahu hubungan kita salah. Tapi, kumohon biarkan mengalir apa adanya. Aku sakit melihatmu terluka karena hal yang kau pikirkan sendiri, karena aku tak bisa membantumu. Jadi—"
"Joon, selagi kau tetap seperti ini padaku, aku siap menghadapi dunia meskipun kakiku hanya memiliki duri untuk dipijak. Terima kasih sudah memilihku, akan aku pastikan jurang yang kau singgahi ini adalah jurang terindah sepanjang hidupmu. Mianhae, aku masih menyimpan satu ketakutan lagi dalam hatiku." Wiseok mengalihkan tatapannya pada Namwi kemudian mengecup pelipisnya dengan mata terpejam. "Aku takut cerita kita akan menghantui Namwi seumur hidupnya. Anak kita tak salah apa-apa, bagaimana Namwi akan menyikapi kesalahan kita, Joon?"
"Kita harus menjelaskan padanya, semuanya."
"Tetap saja aku tak yakin orang-orang dapat mengerti, Joon. Mianhae, Namwi-ya, eomma mianhae."
Namjoon menatap lurus pada Wiseok yang tengah membelai rambut tipis Namwi dengan sorot sendu, ia menunduk sekilas lalu mengecup kening Wiseok dengan segenap hatinya. Mereka lalu turun dari ranjang dan saling memeluk satu sama lain sembari menatap Namwi yang masih terlelap. Namjoon mengeratkan pelukannya ketika Wiseok mulai mengencangkan cengkraman pada pakaiannya.
"Gwenchana." Namjoon menangkup kedua pipi Wiseok lalu mengecup bibirnya singkat. "Kita memang bukan orang yang baik, tapi mulai detik ini aku akan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk Namwi. Setiap orang memiliki catatan buruknya masing-masing. Ada yang terlihat, ada yang tak terlihat. Karena kesalahan kita terlihat, kita masih bisa memperbaikinya. Jika seluruh dunia menolak perubahan kita, cukup keluarga kecilku saja yang menerimanya. Aku hanya perlu api unggun, jangung, selimut—dan kalian di dalam pelukanku. Aku akan menjanjikan kehangatan untuk menyembuhkan luka dari kesalahan kita, Wiseok-ah."
Wiseok tersenyum dan kembali memeluk Namjoon lebih erat dari sebelumnya. "Itu sebabnya aku sangat mencintaimu. Kau memang hanya harus menjadi suamiku, satu-satunya milikku. Keputusanku tak salah menjadi kerikil—jika yang tersandung olehku adalah kau. Aku hanya ingin dirimu, Joon. Cause you're my first love."
Namjoon tersenyum lalu mengecup puncak kepala isterinya. "I love you."
"I love you more."
"I love you so much more."
"I love you so much much much moreeeee!"
Namjoon dan Wiseok terkekeh lalu kembali berbaring di sisi kanan dan kiri Namwi, menengahi anak pertama mereka dengan senyuman yang kentara. Lalu Namjoon mengeluarkan ponselnya dan menghitung satu sampai tiga—cekrek. Momen itu diabadikan dan kini ada di dinding dengan deretan foto-foto lainnya—keluarga Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]
Hayran KurguApa pihak ketiga sepenuhnya patut untuk disalahkan? Cr pict @pinterest