18. BENGIS (request)

2.4K 280 234
                                    

Konten dewasa 17+
Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kotor.

____

"Mau kemana kita hari ini?" tanya gue seperti biasa. Menyambut kehadiran Aya sore ini di depan gerbang sekolahnya.

"Ke hati Abang aja!" tanggapnya bergurau.

Gue tergelak. Aya bener-bener keliatan lucu dengan ekspresi gombalnya itu.

"Ikut aku bentar yuk!" ajak gue kemudian.

"Kemana?"

"Ke penghulu," jawab gue sembarangan.

Dia tersenyum kecut, menekuk wajahnya. Gue hanya tertawa.

"Kita main bentar ke basecamp-nya Eza. Di balapan yang aku menangin malam itu, taruhannya fantastis. Aku nolak buat ambil bagian, makanya dia mau rayain bareng anak-anak basis. Tapi berhubung kemarin-kemarin aku sempet kesambet, jadi dia baru bikin acaranya sekarang," jelas gue.

"Tunggu dulu!" sergahnya.

"Kenapa?"

"Kamu enggak datang ke sana buat mabok, kan? Kalo kamu niatnya ikut mabok, aku mending enggak usah ikut. Aku takut." Aya tampak sungguh-sungguh.

Gue tertawa lepas. "Ya, enggak-lah! Aku cuma datang sebagai undangan aja! Kalo niat aku datang buat ikut mabok, aku juga enggak mungkin ngajakin kamu. Ayo! Cuma sebentar, pamer batang idung aja, Eza bakal kesinggung kalo aku enggak datang."

Aya keliatan menimbang-nimbang. Tapi akhirnya dia setuju juga.

Kamipun tiba di basecamp Eza. Kedatangan kami disambut tatapan kompak anak buahnya yang sudah bejibun memenuhi halaman.

Dan gue tau benar apa yang menarik perhatian mereka. Apa lagi kalo bukan kehadiran Aya. Ya. Ekspresi yang sama tiap kali gue bawa Aya ke hadapan orang baru.

Bukan hanya penampakan fisik, dari penampilan Aya aja semua orang pasti udah bisa mengira, dia berasal dari kalangan atas.

Gue pegang tangan Aya erat-erat. "Jangan ladeni siapapun yang coba ngajakin ngobrol sama kamu. Jangan makan atau minum apapun yang mereka kasih, Aku janji, kita cuma sebentar!" bisik gue ke dia.

Aya hanya mengiyakan. Gue liat mukanya udah agak keliatan pucat.

"Yang ditungguin datang juga, dari mana lo, No? Eza udah nungguin lo dari tadi," sapa sapa salah satu anak basis Eza.

"Ada urusan bentar, gua!" jawab gue.

"Siapa tuh, di belakang? Bening bener?" tanya yang lainnya.

"Enggak dikenalin sama kita?"

"Kenalin-lah No! Bawa yang kece model gini, masa' lo cuma buat pamer doang? Bisa ngeces gue!"

Gue cuekin semua ocehan mereka. Memilih menyapa beberapa kawan gue yang lain. Sampe gue rasain pegangan tangan Aya mengerat di tangan gue. Sebuah gestur yang gue hafal, kalo dia merasa enggak nyaman.

"Aya? Lo ikut juga? Haii ...!" Seorang gadis yang keluar dari dalam basecamp menyapa kami. Dia Dinar. Bagian dari basis Eza juga.

"Hai ...." Aya balik menyapa ramah.

"Lo cuma sama Eno?" Dinar mendekat.

"No, Eza sama Awank udah nungguin lo tuh, di dalem!" ujar Dinar kemudian.

"Din, lo temenin Aya bentar, ya? Gue masuk dulu!"

"Iya. Beres, No!" sahut Dinar.

"Ayy, aku nemuin Eza dulu. Kamu di sini aja sama Dinar. Aku enggak lama kok," bisik gue ke Aya.

TENTANG ENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang