14. Seri

1.2K 201 19
                                    

Aku update tipis - tipis aja ya...

Soalnya, aku emang lagi fokus untuk menghadapi sesuatu di bulan depan dan itu berkaitan sama kehidupanku di depan.

So, aku minta pengertiannya ya hehehhe

Tetep, jangan lupa voment!

Happy reading, love ❤️

***

Kenapa lo jauhin gue ... Kafin Aahva Rianda?"

Tubuh Kafin seketika menegang. Sorot matanya yang semula berusaha menghindar, kini justru terkunci pada tatapan sang kakak. Lidahnya kelu, Kafin tak menyangka Cal akan menanyakan hal itu kepadanya terlebih dengan posisi mereka yang saat ini terlewat intim.

"Gu-gue...." Kafin langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Berusaha menahan gejolak di dalam diri karena kedekatannya dengan Cal.

"Gue enggak menghindar, gue cuma lagi si--"

Tok

Tok

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Sontak baik Kafin maupun Cal memalingkan wajah mereka ke arah pintu.

Kafin lebih dulu mengarahkan pandangannya ke wajah Cal. Perlahan, ia mulai menarik tangan Cal yang tergantung di lehernya. Namun, gerakannya kembali terhenti saat Cal tersadar dan kembali mengencangkan pegangannya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Ada yang ketuk pintu, Kak!" Kafin mulai terlihat frustasi. Kafin jelas merasa panik, ia khawatir orang - orang akan berpikir sesuatu yang buruk kepada mereka terlebih saat melihat posisi mereka yang begitu intim.

"Biar nunggu!"

Tok

Tok

Suara ketukan kembali terdengar. Tak memiliki pilihan lain, pada akhirnya Kafin menarik tangan Cal secara paksa dan langsung menjauhkan tubuhnya dari tubuh Cal dengan cepat.

"Kafin!" protes Cal saat melihat Kafin telah berdiri tegak. Gadis itu pun akhirnya mengikuti Kafin dengan kembali duduk di tepi ranjang.

"Lo kalau emang mau tidur di kamar gue, tidur aja. Gue buka pintu dulu dan langsung berangkat kuliah."

"Kaf..." Kafin memilih mengabaikan Cal. Ia terus berjalan menuju pintu dan segera membukanya.

Belum usai keterkejutan Kafin karena kemunculan kakaknya yang tiba - tiba, kejutan lain untuk Kafin kembali datang menghampiri. Kali ini, kemunculan Gista di depan pintu kamarnya lah yang menjadi kejutan.

"Gista?" Mata Kafin terbeliak. Sebelumnya, ia mengira jika orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah sang nenek. Namun, Kafin bersyukur. Setidaknya kedatangan Gista kali ini bisa menyelamatkannya dari pertanyaan Cal atau hal - hal lain yang bisa saja terjadi antara dirinya dan Cal.

"Ha-hai, Kaf?" sapa Gista kikuk. Gista merasa tak nyaman harus mendatangi Kafin hingga ke kamarnya.

"Ngapain lo ke kamar gue?"

"So-sorry, Kaf," ucap Gista tak enak.

"Tadi, Uti lo minta tolong buat panggilin lo turun buat sarapan." Gista meringis kecil. Kepalanya sontak menunduk saat menyadari tatapan tak nyaman dari sang pujaan hati.

Kafin menghela napas panjang. Sejujurnya, ia sering kali merasa tak nyaman jika menemukan Gista datang dan menemuinya. Ia bukan tak sadar jika Gista memiliki perasaan padanya, oleh karena itu Kafin berusa membangun jarak dengan Gista semata - mata agar Gista tak berharap lebih kepadanya.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang