6-3 [Sang Mayor dan Boneka Kenangan Otomatis]

107 13 0
                                    

"Bunuh."

Gilbert hendak meraih jari mungil gadis itu, tapi sedetik kemudian tangannya hilang. Perintah itu ia laksanakan dengan segera.

Gadis itu melompat seperti seekor kucing ke orang terdekat dengan pisau ditangannya, menebas tenggorokan seperti memotong buah dari pohonnya. Dari lehernya, sejumlah besar darah keluar. Dan kepalanya, bergoyang tanpa henti.

Dia berpose yakin untuk membunuh, dengan cepat melanjutkan gerakannya.

Menggunakan tubuh pria itu sebagai batu loncatan, gadis itu melompat dan melilitkan kakinya di sekitar leher pencuri lain, dan menusukkan pisau di atas kepalanya. Teriakan penderitaan yang mematikan bergema di ruangan itu.

Gadis itu kemudian mengambil senjata yang tidak terpakai dari mayat kedua dan berbalik menghadap tiga orang yang tersisa.

Para pencuri yang akhirnya sadar betapa gawat keadaan mereka menjerit dan menyerang gadis itu. Tapi gadis itu lebih cepat. Dengan menggunakan tubuhnya yang kecil, dia menyelinap melewati kaki mereka dan menusuk satu persatu dari belakang.

Tubuhnya ringan, namun cara dia mengayunkan tangannya begitu kuat. Gerakan tubuhnya bahkan lebih mengesankan daripada Gilbert yang telah dilatih dalam teknik pertarungan dan bela diri, serta memiliki persenjataan di militer.

Dia tampak seperti tidak memiliki berat badan atau pusat gravitasi. Setiap kali dia bergerak, darah segar terciprat.

"Tolong berhenti.. ber.. berhenti..." Pria terakhir yang terpojok itu memohon untuk hidupnya. Dia benar-benar kehilangan keinginan untuk melawan. Memohon sepenuh hati dengan bibir bergetar dan suara yang dilapisi ketakutan.

"Aku tidak akan pernah melakukannya lagi.. aku akan menebus kejahatanku.. jadi, tolong jangan bunuh aku."

Kemungkinan besar dia mengenang apa yang para koki katakan padanya saat mereka dalam situasi yang sama, meludahkan apa yang bisa dia ingat. Dia kemudian menjatuhkan senjata nya untuk menunjukkan bahwa dia menyerah.

Gadis itu melihat ke balik bahunya sambil menggenggam pisau berdarah itu. Dia meminta keputusan.

Gilbert berteriak, "Berhenti!"

"Lakukan saja."

Pada saat yang sama, Diefriet mengangkat ibu jarinya dan memberi isyarat seolah memotong lehernya sendiri.

Gadis itu membuka mulutnya sedikit, menunjukkan keengganan. Matanya melihat ke arah keduanya seolah sedang memilih. Melihat hal itu, Diefriet bingung sejenak, lalu mulai tertawa. Dia tampak bahagia.

"Bunuh." Diefriet memerintahkan sekali lagi diselingi tawanya.

Gadis itu menggerakan tangannya merampas nyawa terakhir.

Serangkaian pembunuhan memakan waktu kurang dari satu menit. Dengan terengah-engah, gadis itu melihat ke arah dua bersaudara. Dia tidak berbicara, tapi matanya bertanya, "Apakah ini cukup?"

--Apa ini? Apa yang sedang terjadi? Apakah ini kenyataan?

Gilbert menelan ludahnya dengan lesu.

"Kau mengerti, bukan? Gilbert... Dia bukan hanya 'anak kecil'. Begitu kau memikirkan bagaimana cara menggunakannya, ia bisa menjadi senjata terbaik di dunia..."

Gilbert tak lagi meragukan kata-kata saudaranya.

"Tapi, aku takut akan hal itu."

Meskipun gadis itu baru saja membunuh, dia hanya berdiri disana, secara apatis menunggu perintah lebih lanjut.

"'ini' mengikuti sepanjang waktu. 'Ini' menempel dengan siapapun yang memberi perintah. 'Ini' berguna, tapi begitu aku tidak membutuhkannya lagi, aku tidak bisa membunuhnya. Ini seperti dinding besi bila menyangkut perlindungannya sendiri.

Violet Evergarden - Kana Akatsuki [Light Novel] Vol. 1 ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang