Karena komen bab sblmnya cetar, jadi saya update!
Jangan lupa, komen2 sebanyak2nya, juga vote yah. Thanks dears16
Valencia duduk di balik meja makan dan melihat jam digital di ponselnya. Pukul dua siang. Drake belum pulang untuk makan siang.
Valencia sudah berkali-kali mengetik pesan untuk pria itu, menanyai keberadaannya, tapi berkali-kali juga ia menghapusnya dan batal mengirim. Drake tak akan senang jika Valencia menghubunginya. Lihat saja reaksinya ketika Valencia menanyai keberadaannya pada Sebastian dan pria itu menghubungi Drake.
Jika Drake tidak senang, pria itu akan bersikap kian kasar. Sering Valencia sedih memikirkan perubahan sikap pria itu. Dulu Drake tidak begitu. Drake yang dulu Valencia kenal sangat baik, lembut dan perhatian.
Valencia ingat, ketika ia berulang tahun beberapa waktu yang lalu, Drake memberinya sebuket mawar merah dan arloji mahal. Drake juga mengajaknya makan malam di restoran mewah.
Semua kemanisan itu kini berganti kenyataan pahit. Valencia tergoda pergi, tapi membiarkan Drake bergumul sendirian dalam kesedihan dan kebenciannya, terasa kejam. Bagaimanapun, ia harus bertanggung jawab, bukan? Karena dirinya, Drake kehilangan Patricia. Mungkin, jika ia tidak hadir dalam keluarga Arsenio, maka semua akan baik-baik saja.
***
Drake memarkir mobil mewahnya di garasi rumah, lalu melangkah keluar. Seorang wanita cantik yang duduk di kursi penumpang, ikut keluar tanpa menunggu Drake membukakan pintu.
Syukurlah. Wanita itu akan sia-sia menunggu. Drake tak sudi menjadi pelayannya.
Lalu sepotong kenangan melintas di benak Drake.
Hari itu ulang tahun Valencia yang ke-22. Setelah sorenya memberinya bunga mawar dan arloji mahal, Drake mengajak wanita itu makan malam.
Mereka berdua menaiki mobil mewah Drake menuju sebuah restoran yang sudah Drake pesan sebelumnya.
Tiba di parkiran, Drake dengan cepat keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Valencia.
Valencia tersenyum malu-malu dan mengucapkan terima kasih. Drake ingat, jika tidak memikirkan akan membuat Valencia takut, juga akan mendapat cemooh dari yang melihat, Drake pasti sudah mencium Valencia saat itu juga. Bibir ranum wanita itu amat sangat menggoda.
"Drake."
Drake tersentak dan seluruh kenangan itu pun buyar.
"Aku lapar," rengek Calista manja sambil merangkul lengan Drake mesra.
Drake tergoda mendepak wanita itu jauh-jauh. Sungguh, suasana hatinya sedang buruk. Mendapat sikap manja itu membuat darahnya melejit ke ubun-ubun.
"Ayo," ajak Drake tak sabar.
Ketika membuka pintu rumah, keadaan rumah sunyi. Drake menyuruh Calista menunggu di ruang tamu sementara ia ke kamar dan mendapati Valencia sedang berbaring dengan napas teratur.
Wanita itu tidur.
Drake berjalan mendekati ranjang.
Sesaat ia hanya diam mematung sembari memandang Valencia dalam-dalam.
Ada lingkaran samar di bawah mata wanita itu. Entah karena kurang tidur dan menderita atau kelelahan dan kurang istirahat.
Drake melangkah mendekat dan mengulurkan tangan, mengelus pipi mulus itu.
Valencia sedikit bergerak dalam tidurnya. Drake segera menarik tangannya dan melangkah mundur.
Setelah menggapai ke sana kemari untuk meraih kembali kebenciannya, Drake meraih gelas berisi air putih yang ada di atas nakas. Ia membuka tutupnya lalu menuangkannya ke wajah Valencia.
***
Angin laut menyapa tubuh kedua insan yang sedang bergandengan tangan menyusuri bibir pantai.
Langit memerah menandakan matahari sedang bersiap masuk ke peraduan. Namun bukannya menatap panorama memukau itu, keduanya sibuk mengobrol sesuatu yang menyenangkan.
Kedua insan itu adalah Valencia Oliver dan Drake Arsenio. Keduanya tertawa, lalu saling tatap dan berhenti melangkah. Drake meremas tangan Valencia dan mengatakan mencintainya.
Ombak kencang menerpa mereka.
Valencia terkejut saat ombak tersebut menyiram wajahnya. Ia mengusap wajah dan merasa bingung mendapati sedang berada di kamar.
"Drake?" Valencia mengusap wajahnya yang basah.
"Siapkan sotonya, aku ingin makan," kata Drake ketus, lalu berbalik dan melangklah pergi.
Tiba-tiba Valencia tersadar, rupanya ia sedang bermimpi indah ketika Drake menyiraminya air.
Valencia menatap sedih bantalnya yang basah. Tak terasa, air matanya menetes.
Sekuat tenaga Valencia mengusir perasaan cengeng itu, lalu bergegas bangkit. Ia tak boleh memberi Drake lebih banyak senjata untuk menyerangnya.
Setelah mengelap muka, Valencia keluar dari kamar. Ia terkejut saat mendengar suara tawa centil. Tampak seorang wanita cantik sedang bercengkerama dengan Drake di sofa ruang tamu.
Wanita itu bukan wanita yang sama dengan sebelumnya.
Drake menatap wanita itu mesra. Pria itu bahkan meraih sejumput anak rambut si wanita dan menyelipkannya ke balik telinga.
Melihat itu, ada rasa sakit menusuk-nusuk dada Valencia.
Dengan perasaan sedih yang kian menggunung, ia berbalik dan menyiapkan soto. Jelas untuk dua orang. Apa ada yang lebih menyakitkan dari menyiapkan makan kesukaan sendiri, tapi untuk sang suami dan kekasihnya?
***
Evathink
Ig ; evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Valencia and Her Devil Husband - REPOST
RomansaREPOST Unexpected Love #1 Drake Arsenio menikahi Valencia Oliver semata-mata demi menyiksa gadis itu. Ia menciptakan neraka untuk perempuan keji yang telah merenggut sang adik semata wayang dari sisinya. Namun bagaimana dengan cinta yang hadir di an...