Saat ini Jiae dan Hyeyeon sedang berada di ruang tengah, mereka berdua sedang mengobrol sedangkan Yeola dan Gail bermain besama Seokjin dan Jungkook dj depan rumah.
"Ji, kau dan suamimu belum berencana untuk memiliki momongan?" Tanya Hyeyeon. Jiae menjadi gugup karena mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Hyeyeon.
"B-belum eonnie, Jungkook masih sibuk dengan pekerjaannya makanya kami menunda." Ucap Jiae berbohong.
Namun Hyeyeon melihat gelagat aneh dari Jiae jadi merasa ada sesuatu yang tak beres antara hubungan Jungkook dan Jiae. Sebagai orang yang sudah memiliki pengalaman cukup lama dalam berumah tangga Hyeyeon paham betul akan semua itu.
Hyeyeon bukannya ingin ikut campur dalam rumah tangga orang lain, namun disini ia sudah menganggap Jiae sebagai adiknya walaupun mereka baru saja bertemu dan berkenalan.
"Ji, jika ada apa-apa kau bisa cerita kepadaku, aku siap mendengarkannya. Aku tahu kau tidak baik-baik saja, namun aku juga tidak mau memaksa jika kamu tidak ingin bercerita kepadaku." Ucap Hyeyeon.
"Terimakasih eonnie, aku baik-baik saja eonnie tak perlu khawatir." Jawab Jiae berbohong.
"Aku sudah menganggap dirimu seperti adikku walaupun kita baru saja bertemu. Jadi jangan sungkan jika ingin bercerita sesuatu kepadaku."
"Nee, eonnie."
"Yasudah, bagaimana kalau kita membuat makanan untuk mereka yang di luar. Oh iya, tolong ajarkan aku membuat cookies. Apa kau tahu kemarin Yeola terus meminta diriku untuk membuatkan cookies yang sama seperti mu padahal aku tak bisa."
"Baik eonnie, aku akan mengajarimu, ayok kita ke dapur."
-
-
-
-
-
-
-Jungkook dan Seokjin kini sedang duduk di depan rumah, suami dari Hyeyeon itu mengajak Jungkook untuk mengobrol di luarnya sementara istri mereka di dalam.
"Kau bekerja di mana Kook?" Tanya Seokjin pada Jungkook.
"Jeon Crop hyung."
"Wah, hebat sekali. Apa kau CEO-nya?"
"Iya bener hyung."
Saat tengah asik bermain bersama Gail, mata Jin teralihkan melihat tangan Jungkook. Bukankah seharusnya jika sudah menikah maka Jungkook akan memakai cincin pernikahan namun ia tidak melihat cincin itu bertengger di jari manis Jungkook. Seokjin akhirnya berinisiatif untuk bertanya.
"Kook, cincin pernikahanmu kemana? Kenapa tidak kau pakai?" Tanya Seokjin. Jungkook lalu melihat jari manisnya, dan benar saja cincin pernikahannya tidak ada.
Lalu Jungkook mengingat-ingat dimana cincin itu berada, dan yang terakhir dia ingat adalah saat beberapa hari yang lalu dirinya pergi ke rumah Yera Jungkook melepaskan cincin pernikahannya lalu memasukkannya ke saku jas.
Ya mungkin saja ada di sana, jadi Jungkook akan mencarinya nanti. Kenapa dirinya lupa memakai cincin itu kembali sih.
"Oh, aku menaruhnya di kamar hyung. Karena aku takut saat olahraga pagi cincinnya hilang." Ucap Jungkook berbohong.
"Lain kali jangan lakukan itu Kook, walaupun kau sedang olahraga atau melakukan apapun kau tetap harus memakai cincin pernikahan mu karena itu simbol ikatan kau dengar istrimu." Jelas Seokjin. Jungkook hanya mengangguk mengerti.
"Dalam sebuah pernikahan itu ada pasang surutnya, kau harus mengerti bagaimana pasanganmu. Walaupun kalian sedang menghadapi masalah usahakan diselesaikan dengan kepala yang dingin, jangan sampai ada kata perpisahan karena itu merupakan hal yang sangat buruk. Apa kau tahu, dulu aku dan Hyeyeon menikah karena perjodohan, kami berdua tidak saling cinta namun lambat laun kami saling mencintai karena terbiasa bersama. Dulu aku adalah pria brengsek yang selingkuh di belakang Hyeyeon, aku sering bermain wanita. Namun saat Hyeyeon tahu akan hal yang aku perbuat dia hanya diam saja, setiap pagi dia hanya akan melakukan tugasnya sebagai istri tetapi aku masih tetap bermain di belakangnya. Lalu suatu saat Hyeyeon tidak melakukan hal yang setiap pagi ia lakukan untukku, dia tidak menyiapkan baju kerjaku dan sarapan pagi dan saat aku terbangun pun ia tidak ada di sebelahku. Lalu aku menemukan sebuah berkas yang diletakkan di atas meja dan apa kau tau isinya? Itu adalah surat cerai." Seokjin menjeda ceritanya.
"Kau tau, rasanya sangat sakit saat itu. Entah kenapa aku merasa sangat kehilangan sekali saat itu. Wanita itu pergi, ia menyerah. Lalu aku berusaha membawanya kembali, semenjak saat itu aku menyadari kalau aku mencintai Hyeyeon. Saat aku berhasil membawanya kembali ia mengatakan kepadaku alasannya pergi. Ia tidak mau menghalangi kebahagiaanku, ia tahu kalau aku masih ingin kebebasan. Namun ia bilang bosan dengan semuanya, dia ingin pergi karena sudah tidak kuat menghadapi diriku yang berengsek ini. Beruntunglah dia mau memaafkan diriku dan kita justru semakin harmonis sampai sekarang." Ucap Seokjin sambil tersenyum di akhir ceritanya.
Sedari tadi Jungkook terus mendengarkan cerita pria yang lebih tua darinya itu. Apa yang Seokjin alami hampir sama persis seperti kejadian miliknya namun sepertinya lebih parah dirinya ketimbang Seokjin sih. Jika pria dihadapannya berganti-ganti wanita dirinya tidak, ia tetap dengan satu wanita, yaitu kekasihnya.
"Setelah mendengar ceritaku, aku harap kau tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang salah. Aku tahu sebenarnya kau dan Jiae memiliki hubungan yang dibilang cukup rumit, tetapi cobalah saling menerima satu sama lain agar tidak menyesal suatu saat nanti."
Perkataan Seokjin memang benar, selama ini dirinya selalu mengabaikan Jiae. Jungkook sangat tahu kalau wanita itu mencintai dirinya namun Jungkook tidak mencintai Jiae atau lebih tepatnya belum bisa mencintai karena dirinya memiliki hubungan dengan wanita lain.
Ketika sibuk dengan pikirannya sendiri sebuah suara mengalihkan pandangan Jungkook dan Seokjin.
"Seokjin hyung."
"Wahh, Jaehyun. Bagaimana kau bisa kemari?"
"Aku temannya Jiae. Memang Hyeyeon nona tidak bilang kalo adiknya yang tampan ini membantu Jiae mengurus kurcaci kecilmu." Ucap Jaehyun sambil menghampiri Seokjin.
"Tidak, bahkan aku tidak tahu kalau kau sudah pulang ke Korea." Jaehyun hanya menggidikkan bahunya mendengar ucapan Seokjin.
"Yeola tidak mau peluk uncle Jae?" Tanya Jaehyun para Yeola. Yeola pun langsung berlari ke pelukan Jaehyun.
"Uncle Jae, kapan-kapan kita pergi jalan-jalan lagi bersama aunty Ji ya. Kita naik wahana banyak-banyak."
"Siap tuan putri, tapi nanti Yeola harus minta ijin kepada bibi Ji ya mau atau tidak kalau kita ajak pergi bersama."
"Oke uncle, tante Ji pasti mau nanti. Jadi tidak usah khawatir uncle."
Sedari tadi sejak Jaehyun datang, ia melihat Jungkook yang terlihat sangat kesal. Entah apa alasannya ia tidak tahu, lalu mendengar Yeola yang bercerita tentang anaknya yang pergi bersama Jaehyun dan Jiae ia dapat menarik kesimpulan kalau Jungkook sedang cemburu.
"Loh Jaehyun, kok bisa ada disini?" Tanya Hyeyeon.
"Aku ingin mengunjungi keponakanku, kebetulan juga aku berteman dengan Jiae." Ucap Jaehyun menjelaskan.
"Duduklah Jae oppa, aku akan membuatkan minuman untukmu." Ucap Jiae lalu kembali masuk ke dalam rumah.
"Aku tidak menyangka kalau kau kenal dengan Jiae." Ucap Hyeyeon.
"Jadi kau belum tahu juga chagi?" Tanya Seokjin yang di jawab gelengan oleh Hyeyeon.
Jiae lalu keluar dan memberikan minuman yang ia buat untuk Jaehyun. Jungkook menatap tidak suka akan hal itu.
"Terimakasih Ji."
Mereka semua lalu mengobrol mengenai tingkah lucu Yeola maupun Gail. Namun ada satu orang yang sangat tidak suka melihat semua ini, yaitu Jungkook. Pria itu merasa tidak suka saat Jaehyun dan Jiae berbicara seakan-akan mereka sudah kenal lama dan menjadi sangat dekat.
Jungkook yang merasa terabaikan pun memilih pergi meninggalkan tempat itu. Semua orang hanya menatap heran kepada Jungkook, namun setelah itu mereka kembali bercerita lagi.
Jungkook kira Jiae akan menyusul dirinya ke dalam rumah namun nyatanya istrinya masih sibuk bercerita di halaman. Tunggu-tunggu, jadi Jungkook mengharapkan perhatian dari Jiae? Wah ada apa dengan dirinya sampai seperti ini. Apakah dia mulai benar-benar mencintai Jiae, Jungkook segera menghilangkan pikiran itu, tidak mungkin jika dia mencintai Jiae. Ia hanya mencintai Yera.
<TBC>
Masih ada yang nunggu cerita ini gak? Jangan lupa vote & coment, maaf kalo cerita ini gaje, wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hurt Wife ( On Going )
Random" Maaf,aku menyerah! Mungkin Tuhan memang menciptakan kita untuk tidak bisa bersama. Sekeras apapun aku berusaha meluluhkan hatimu sekeras itulah dirimu justru menolak ku dan membuat luka baru setiap saatnya." ~ Yon Jiae. " Berilah aku kesempatan un...