Part 4

42 4 13
                                    


Look at me here, let's be together

The all day and tomorrow

Don't worry, I'll just look at you

Baby I need your love



Denting alat makan dan obrolan para siswa menghiasi kantin sekolah. Santap siang telah di mulai beberapa saat yang lalu. Sebagian siswa terlihat masih mengantre untuk mendapatkan makan siang. Sebagian lainnya sudah duduk dan menyantap makan siang masing-masing.

"Kudengar festival seni sekolah akan segera digelar," kata Hyunrim kepada Jehyun dan Mina yang duduk tepat di hadapannya.

"Iya, awal bulan. Tinggal menunggu pengumuman mengenai detail acaranya," jelas Mina.

"Aku bisa mengusulkanmu untuk ikut," sahut Jehyun setelah meneguk jus miliknya.

Hyunrim memandang Jehyun dengan dahi berkerut seraya menunjuk dirinya sendiri dengan sumpit. "Aku?"

"Iya. Kau kan pintar menari. Acara itu bisa menjadi kesempatan bagus bagi siswa baru sepertimu untuk unjuk gigi," jelas Jehyun kemudian melanjutkan makan siangnya.

"Benar." Mina mengangguk setuju dengan penjelasan Jehyun.

Hyunrim terdiam menimang usulan Jehyun. Jika dipikir lagi, penjelasan Jehyun memang masuk akal. Mengingat ia baru pindah ke sekolah ini pada awal semester ini dan belum pernah mengikuti kegiatan seperti itu di sini.

"Aku akan mempertimbangkannya," kata Hyunrim pada akhirnya. Ia kembali fokus dengan makanan hadapannya. Ia menyendok nasi lantas memasukkannya ke dalam mulut. Ia mendongak sembari mengunyah nasi. Tangannya kemudian beralih mengambil lauk di piring dan memasukannya ke dalam mulut.

"Tunggu sebentar," kata Jehyun yang berhasil mengalihkan perhatian Hyunrim dan Mina. Kedua perempuan itu langsung menatap Jehyun.

Jehyun mengulurkan tangannya ke arah wajah Hyunrim. "Ada noda saus di bawah bibirmu."

"Kukira ada hal penting." Hyunrim tampak sedikit kesal karena aktivitas makannya terhenti sejenak.

"Apa kalian berkencan? Kalian sering menempel ke mana-mana," tanya Mina setelah melihat adegan barusan.

"Tidak," jawab Jehyun sambil mengangkat sendoknya kembali.

"Ia bukan tipeku," timpal Hyunrim lantas meminum jusnya.

"Ia juga masih belum move on dari cinta pertamanya." Jehyun tak mau kalah menimpali. Suasana meja mereka seketika hening. Jehyun mendapati perubahan ekspresi Hyunrim. Ada sorot kaget dan kecewa di mata Hyunrim. Setelah itu Jehyun menyadari bahwa ia telah berbuat salah dan kini rasa bersalah menyelimuti hatinya.

"Sudah, ayo cepat selesaikan," ajak Hyunrim mengalihkan perhatian. Sementara itu, Mina merasa ada yang janggal di antara Hyunrim dan Jehyun. Namun, ia memilih untuk diam dan kembali makan.

Tak jauh dari meja Hyunrim, Jehyun, dan Mina, tampak seseorang tengah mengamati mereka. Kedua matanya begitu fokus dengan apa yang ia lihat.

"Sampai kapan kau akan terus memandanginya seperti itu, Hyung?" Yongseung bersuara dan berharap orang yang ada di hadapannya itu menghentikan aktivitasnya.

Gyehyeon mengalihkan perhatiannya kembali pada makanan di hadapannya. Semua yang tersaji di hadapannya tak lagi menarik baginya. Nafsu makannya menguap begitu saja setelah melihat pemandangan beberapa saat yang lalu.

Gyehyeon mengambil jus miliknya. "Entahlah."

"Kau harus mencoba mendekatinya, Hyung. Sebelum kau menyesal," saran Yeonho yang kemudian mendapat anggukan kepala dari Yongseung.

"Bagaimana kalau ternyata mereka berkencan?" tanya Gyehyeon mengenai kedekatan Hyunrim dan Jehyun. Hal itu masih ia pikirkan hingga sekarang. Belum lagi sosok yang ada di foto yang ia lihat kala itu.

"Mereka memang terlihat dekat, tapi aku tak yakin mereka mempunyai hubungan spesial." Yonseung mengeluarkan pendapatnya.

"Kau bisa menanyakan langsung kepada mereka tentang hubungan mereka," saran Yeonho kembali.

"Sudahlah, aku tak ingin membahas itu lagi sekarang," kata Gyehyeon ingin mengakhiri sesi pembahasan cinta bersama dengan kedua teman sekaligus adik kelasnya itu.

***

Gyehyeon tiba di tempat latihan. Ia menengok ke beberapa arah begitu menyadari tempat latihan yang sepi. Belum banyak anggota yang datang. Kemudian Gyehyeon menyadari bahwa ia datang lebih awal dari biasanya. Gyehyeon melangkahkan kakinya masuk ke ruang latihan yang pintunya terbuka.

"Apa kau masih marah padaku?" Langkah kaki Gyehyeon terhenti begitu mendengar kalimat itu. Ia mendongak dan kedua matanya menangkap pemandangan Jehyun dan Hyunrim yang berdiri berhadapan.

"Menurutmu?" Suara Hyunrim terdengar sinis ketika menanggapi Jehyun.

"Sekali lagi maafkan aku," ucap Jehyun lesu.

Ada apa dengan mereka? Bukan kah mereka baik-baik saja tadi? batin Gyehyeon dalam hati mempertanyakan pemandangan yang tak biasa ia lihat ketika masuk ke ruang latihan.

Hyunrim menggeleng. "Kau tahu semua hal yang terjadi padaku kala itu. Seharusnya kau paham dengan perasaanku dan tak mengungkit hal itu lagi."

"Maafkan aku. Aku tak akan ceroboh lagi."

Sepertinya ada masalah serius, batin Gyehyeon lagi. Ia masih mematung di ambang pintu dan tak tahu harus berbuat apa. Mungkin seharusnya ia pergi meninggalkan tempat ini sekarang, tapi kedua kaki terasa berat untuk melakukannya.

Gyehyeon masih melihat mereka. Kedua matanya dapat menangkap wajah terkejut Hyunrim begitu menyadari kehadiran orang lain di ruang latihan. Segera Gyehyeon mengalihkan pandangannya ke arah lain, pura-pura tidak melihat kejadian beberapa saat yang lalu. Ia melangkah mundur keluar ruang latihan dan berdiri di balik dinding. Tak berselang lama, Hyunrim keluar dengan terburu-buru sembari membawa tasnya.

Gyehyeon memandang punggung Hyunrim yang semakin jauh dari pandangan matanya. Ada perasaan sedih yang menyelimuti hatinya. Tampak pujaan hatinya itu pergi dengan keadaan yang buruk. Gyehyeon lantas teringat perubahan wajah Hyunrim saat mengambil buku di rumahnya.

Harus kah aku mengejarnya? Kembali ia teringat dengan saran Yongseung dan Yeonho untuk mendekati pujaan hatinya itu sebelum ia menyesal.

Gyehyeon menggelengkan kepalanya. Sekarang ia harus latihan dan akan lebih baik untuk tidak ikut campur dalam masalah orang lain. Gyehyeon berbalik dan hendak kembali ke ruang latihan. Namun, pikirannya kembali menghentikan langkah kakinya. Aku tidak akan ikut campur dalam urusan mereka. Aku hanya ingin memastikan ia akan baik-baik saja.

Gyehyeon kembali berbalik dan memutuskan untuk mengejar Hyunrim. Ia berlari menyusuri jalan yang mungkin dilalui oleh pujaan hatinya itu. Sesekali ia berhenti dan menengok ke beberapa arah berharap langsung bisa menemukan Hyurim. Ia berlari sampai di pinggir lapangan basket. Kedua matanya kembali menyapu sekitar. Senyum lega terukir di wajahnya begitu mendapati Hyunrim yang duduk di ujung lapangan basket.

Segera Gyehyeon melangkahkan kakinya mendekat ke Hyunrim yang ada di ujung saja. Akan tetapi langkah kakinya terhenti saat mendapati pujaan hatinya itu rupanya tak sendiri. Hyunrim bersama dengan ketua kelas mereka. Senyum di wajah Gyehyeon pudar. Ia tertunduk lesu sembari mengembuskan napas berat.

Bisakah kau melihatku di sini yang kembali harus menelan kepahitan karena kurang cepat? Bolehkah aku berharap jika kau tak ada hubungan spesial dengan orang lain?

.

.

.

3 September 2020

Love ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang