Prologue

33 4 1
                                    

Desember, salah satu bulan di penghujung tahun yang selalu berhasil membuat hati setiap anak manusia menjadi mellow.
seperti pagi ini, langit menampakkan lagi rona sendunya. Menumpahkan air mata seenaknya. Membuat siapapun yang hidup di planet ini rasanya ingin mengumpat saja dibalik selimut, menikmati kesunyian dan suara sang bayu juga butiran hujan yang turun menyentuh bumi. Atau bahkan, duduk di dekat jendela sembari menyesap kopi, menatapi jalanan yang padat akan benda-benda besi bermesin dan juga, menghabiskan sepotong kenangan masa lalu.

Tapi, gadis dengan surai hitam sebahu dan manik pekat itu justru harus berdiri berjam-jam, menahan rasa pegal pada kakinya di sudut ruko pinggir jalan. Menanti langit menghentikan tangis nya pada kota ini. Sesekali ia mendekap tubuhnya yang terbalut sweater chocolate cosmos. Ia mendecak melihat rok abu-abu nya yang terciprat genangan air akibat ulah pengendara bermesin.

Ah semesta! Kenapa juga sih langit harus menangis sepagi ini? Mana nggak bawa payung. Gimana bisa pergi ke sekolah kalau kayak gini!
Gadis itu bermonolog dengan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba seorang laki-laki menyletuk. “Makanya mba, sedia payung sebelum hujan. Kalo udah gini, ribet kan jadinya.”
Gadis itu hanya melirik sekilas, sama sekali tak tertarik untuk membalas ucapan laki-laki asing tersebut. Dirinya saja sudah dibuat kesal oleh bumantara yang menumpahkan tangis nya sepagi ini, membuat dirinya menjadi telat pergi ke sekolah. Dan sekarang, laki-laki asing yang tak ia kenal sama sekali, malah nyeletuk seenaknya.
Memang ya, terkadang semesta bisa semenyebalkan ini!
“Berdua sama saya aja, mba. Ayo!”

lho? Eh, apa-apaan ini?
Tau-tau laki-laki itu membuka payung birunya. Merebut tangan gadis aluriga itu, menautkan jemari gadis itu dengan jemari miliknya. Lantas, mulai membawanya meniti jalan dan menerjang derasnya hujan.

dan, oh sial semesta!
Bukannya fokus pada jalan, justru netra gadis itu terang-terangan menatap surai wajah laki-laki di sampingnya yang tercium bias sang bayu.

***
𝙃𝙖𝙡𝙤! 𝘽𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙨𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧. 𝙎𝙚𝙢𝙚𝙨𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙜𝙞, 𝙨𝙚𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙚𝙢𝙪, 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙝𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙖𝙡𝙗𝙪//
𝙆𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙖 𝙙𝙞 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙨𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧 𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞?

𝙎𝙚𝙚 𝙔𝙤𝙪 𝙉𝙚𝙭𝙩 𝙋𝙖𝙧𝙩🙌🏻

BINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang