"Lo ngapain Za bawa gue ke sini? Katanya mau ngobrol di kantor aja?" Tanya Shalika heran.
"Biar lebih jelas dan langsung selesai semuanya." Jawab Riza sembari menghentikan laju mobilnya di pelataran parkir sebuah rumah sakit kejiwaan.
"Apa hubungannya sama tempat ini?" Shalika semakin heran.
"Jawabannya ada di tempat ini, Shal. Udah buruan turun." Tidak ingin mendebat, Shalika memilih segera turun.
"Perlu lo tahu, ini tempat kerja gue." Riza sontak melotot tidak percaya.
"Lo kerja di sini?" Tanyanya lagi untuk memastikan.
"Iya, gue salah satu dokter spesialis kejiwaan. Makanya gue heran banget, ngapain lo malah ngajak ke sini, padahal demi ngobrol sama lo di kantor, gue sampai harus pengajuan ijin ke kepala rumah sakit." Kesal Shalika.
"Kalo tahu di sini ada jawabannya, gue nggak perlu repot-repot nyamperin lo tadi!" Lanjutnya membuat Riza terkekeh.
"Ya sori Shal, gue nggak tahu kalo lo kerja di sini. Tapi ngomong-ngomong, udah berapa lama lo di sini?"
"Mungkin tiga tahunan gue mengabdi di rumah sakit ini." Riza kembali melotot.
"Harusnya sih, lo udah tahu sendiri jawabannya Shal." Celetuk Riza, tatapannya lurus ke depan. Raut wajahnya berubah sendu seperti menahan kesedihan.
"Maksudnya?"
"Kita langsung ke tempatnya aja ya!" Dengan langkah ragu, Shalika berjalan mengikuti Riza ke dalam rumah sakit.
"Gue mau kenalin lo sama seseorang," Ucap Riza sembari menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah bangsal.
Dengan perasaan bingung, Shalika mengikuti arah pandang Riza pada sebuah pintu. Dia menunjuk tepat ke arah kaca yang terletak di tengah-tengah pintu kayu itu.
Shalika semakin mendekatkan dirinya pada pintu yang Riza tunjuk, dari kaca berukuran sedang itu, Shalika bisa melihat sosok laki-laki yang tengah berada di dalam kamar, duduk tenang membelakangi arah pintu dan tampak serius berdiam diri seperti memikirkan sesuatu.
"Mak-maksud lo apa? Gu-gue nggak ngerti sama sekali." Shalika tergagap.
"Apa lo pernah masuk ke ruangan ini?" Tanya Riza yang membuat Shalika mengangguk cepat.
"Iya! Mungkin setahun lalu gue sering masuk sekedar untuk kontrol pasien. Tapi dia bukan pasien gue sekarang."
"Dulu, setiap gue masuk, dia cuma nunduk aja. Ditanya juga cuma diam. Secara tugas, gue nggak ada kewajiban untuk melakukan konseling saat itu, karna dia termasuk pasien khusus dan punya dokter pribadi yang ditunjuk keluarganya. Kata kepala rumah sakit sih begitu."
"Lo tahu gimana dia bisa masuk ke sini?" Tanya Riza.
"Enggak, dan gue rasa itu sama sekali nggak penting untuk sekarang. Gue cuma mau tahu apa hubungannya kata-kata lo waktu itu sama pasien yang ada di kamar ini?"
Seperti tidak ingin buru-buru menjawab, Riza memilih menghela nafas lalu duduk di bangku panjang yang kebetulan terletak di depan ruangan.
"Za?!" Protes Shalika.
"Namanya Arshandu Panji Rutama, gue sama dia sudah berteman sejak TK." Sela Riza membuat Shalika mengernyit heran.
"Dia punya kehidupan yang luar biasa berat. Dari umur lima tahun, semua masalah sudah harus dia hadapi. Ibunya meninggal karna serangan jantung saat tahu suaminya selingkuh. Setelah tiga bulan kepergian almarhumah, Ayah Panji nikah sama selingkuhannya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Crazy Love
Romanzi rosa / ChickLit[CERITA LENGKAP] "Besok, kalo udah mentok dan nggak ada laki-laki yang mau serius sama lo, cari gue!" "Hah.. Maksudnya?" Alih-alih menjelaskan apa maksud ucapannya, dia justru pergi begitu saja. ................................. Di da...