[i v] All the way round

655 151 22
                                    

Gosip itu cukup berbahaya.

Gosip bisa menimbulkan sakit hati, pertengkaran, dan mungkin jika kita telisik kembali ke zaman ketika perang dunia, gosip bisa jadi merupakan salah satu faktor pemicu.

Sakura menarik tali hoodienya agar semakin menyempit di kepala. Bahkan kalau bisa, ingin rasanya ia tarik sampai menutupi seluruh wajah. Jika dulu dia cenderung menjadi orang yang memperhatikan orang lain, sekarang dia adalah pusat perhatian banyak orang ketika memasuki gedung fakultas. Oh, tidak, Sakura bukan mahasiswa pentolan sekolah yang baru saja diundang ke menghadap presiden untuk diberi medali, bukan juga seorang wanita simpanan dosen yang sedang ketahuan. Alasan dia menjadi bahan pembicaraan banyak orang di hari yang indah ini adalah karena Lee tidak bisa menjaga mulutnya.

Si kepala mangkuk terkutuk itu langsung menyebarkan berita dia dan Sasuke ke satu angkatan. Bermula dari Lee yang menangis curhat pada Kiba dan Shino, didengar oleh gadis-gadis penggosip yang kebetulan lewat, tersebar dengan heboh, dan ketika ia bangun besoknya semua sudah beranggapan bahwa dia punya hubungan dengan Sasuke.

"FUCK!" Sakura memekik di dalam salah satu bilik toilet. Dia tidak punya privasi karena kini semua mata mengikuti apa yang ia lakukan. Bagaimana bisa hidupmu tenang ketika orang ada di sana saat kau mengupil, atau bersin, atau menguap, mereka ada di sana dan melihat semua.

Ponselnya berdering, dia tidak mau tahu itu siapa. Ini konyol, dia anak kuliah yang ketauan jalan dengan Uchiha Sasuke, bukan public figure yang terlibat skandal. Atau Sasuke diam-diam artis?

Sakura menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Dia butuh ketenangan, mungkin nanti kalau sempat dia akan ke tempat praktik yoga. Baru satu hari, bahkan masih awal, dia sudah merasa tertekan batin. Akan kupastikan Lee tidak pernah hidup nyaman.

Bicara tentang Sasuke.... Sakura mendudukkan diri di toilet yang tertutup. Pria itu... gila.

Dia menunduk ketika mengingat kembali apa yang terjadi kemarin, setelah lelaki itu dengan paksa menyeretnya ke mobil, menyetir tanpa mau menjawab pertanyaannya, bersikap menyebalkan sepanjang perjalanan menuju komplek perumahan Sakura. Aish... lalu dia, Sakura memerah, merah padam yang panas menyengat hingga telinga.

"Serius Sakura? Toilet?"

Suara Hinata dari balik pintu membuatnya berjengit. Alisnya menekuk dalam dengan was-was, itu Hinata? Darimana dia tau kalau Sakura ada di-

"Mahasiswa baru komunikasi bilang ada teriakan mengerikan dari toilet. Siapalagi kalau bukan artis dadakan kita yang sedang frustasi?"

Sakura menghela napas. Dia berdiri dan membuka pintu, berwajah murung pada Hinata yang sedang memeriksa kuku. "Aku tahu kau mau memaki, tahan dulu ya, aku mual."

"Kukira kau bareng Lee," Hinata bergeser memberikan ruang untuk Sakura. Gadis malang itu berjalan ke arah wastafel untuk membasuh wajahnya yang tampak suntuk, "seseorang kencan diam-diam ternyata."

"Kau tahu bukan itu yang benar, mana mungkin kau percaya gosip. Aku dan senior tidak berkencan."

"Kau cukup gila untuk berkencan," dia mengendikkan bahu, "by the way, gimana rasanya jadi pusat perhatian?"

"Aku hampir mati. Mereka tidak bisa mengurusi urusan sendiri apa," Hinata menyodorkan tissue ketika gadis itu selesai mencuci muka, "thanks."

"Uchiha Sasuke dianggap milik bersama. Kalau ada yang mengganggu prinsip mereka, siap-siap saja. Apalagi ini kau, bungsu Haruno si anak rumahan. Sasaran empuk untuk ular betina."

"Ini pasti hanya sementara..." Sakura memaksakan senyum. Dia sering menonton drama perundungan antar mahasiswa, tetapi tidak pernah terbersit akan mengalami hal serupa. Sejauh ini belum ada yang menyentuhnya secara fisik, hanya mengamatinya seolah memindai sesuatu dan itu bahkan sudah mengerikan. Kalau dia sampai kena perundungan dia akan mengadu pada Sasori atau Karin, dua kakak beringas yang harus mau membantu.

Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang