"katakan itu tidak benar, Jihoon."
Tanganku meremat selimut saat Daddy mencengkram kuat pada wajahku.
"sa-sakit.."
Daddy melepaskan peganganya, aku tertunduk sembari menghapus kasar air mataku.
"kau masih terlalu dini untuk mengetahui jati dirimu, kehidupan yang kau jalani masih panjang. Masih ada waktu untuk memastikannya. Daddy tidak tahu apa yang bisa membuatmu seperti ini."
"kau amanah Daddy, jika kau seperti ini daddy merasa gagal dan malu terhadap tuan Park."
"aku hanya mau jadi diriku sendiri!!!"
Daddy terdiam.
Tangan lebarnya melayang, dan mungkin itu akan mendarat pada pipiku dengan tercetak jejaknya.
Tapi yang kurasakan...
"jangan mengecewakan daddy," usapan lembut dikepalaku.
Suara daddy memberat, aku melihatnya duduk di sampingku. Nada bicara yang pertama kali aku dengar dari daddy, bibirku lagi-lagi bergetar sebelum bersuara.
Lirihan itu membuatku membatu, daddy menumpu kepalanya dengan kedua tangannya. Aku menatap punggung lebar daddy yang tertunduk lesu pada tepian kasur.
"hiks maafkan aku..."
"berhenti mengakatan itu!!!!"
Aku terlonjak dari dudukku. Menunduk, menyembunyikan wajah, bibirku berusaha mengeluarkan isakannya, aku menahannya sekuat tenaga.
Daddy mendekat, deru nafasnya memberat.
Aku menutup mata menanti apa saja yang akan daddy lakukan padaku, menampar, memukulku, apapun. Jika itu kakek, pasti juga akan melakukan hal yang sama seperti daddy.
Aku akan diam.
Aku....mengecewakan."hahh apa yang harus daddy lakukan padamu?" lagi, lirihan itu. Dadaku sakit mendengarnya.
Dan...pelukan hangatnya menyelimutiku.
Sialnya, itu imajinasi yang aku buat dan aku harapkan. Nyatanya...daddy pergi dari kamarku setelah bentakannya itu, meninggalkan aku yang menangis di sini, seorang diri.
"di sini sa-sakit.." tangan yang ku kepal memukul kecil dadaku.
"a-aku merindukan daddy hiks.."
"daddy hiks meninggalkanku sendiri..."
Menghilangkan rasa sakit di dadaku sangat sulit, tatapan daddy sudah bisa menghimpit dan menumpuknya semakin besar, bentakannya membuatnya buncah yang menyesakkanku.
"tidak ada ucapan selamat malam lagi? Hiks...dad selimuti aku seperti biasanya.."
Ini terlalu cepat, aku tahu ini masih awal. Masih banyak hal yang aku hadapi untuk kedepannya. Menyemangati diriku sendiri di kala aku tidak tahu siapa diriku lagi.
Untuk keesokan paginya, Daddy tidak menyapaku seperti biasanya, bahkan enggan menatap aku yang duduk dihadapannya. Tidak menyentuh makanan yang ada di meja, aku melangkah keluar.
"tuan? Kenapa pergi? Sarapannya.." menulikan seruan bibi Jung.
Aku akan pergi kegereja sendiri. Munafik dan naif, sekarang itu sudah tercantum dalam diriku.
Meminta ampun pada tuhan, itu sia-sia. Kesalahanku bukanlah kecil. Ini masalah moral, norma, keyakinanku.
Walaupun begitu, aku akan tetap menghadap pada tuhan, mengakui kesalahanku dan berdoa untuk kakek. Tidak apa, aku masih menyayangi kakek, munafik.
YOU ARE READING
Get Closer (NIELWINK) I√
Fanfiction(COMPLETED) 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Jihoon membenci rintikan air. rintikan air itu membuatnya kehilangan dunianya, kakek yang menjaganya dari lahir. orang tua? hahaha jangan membuatnya mendengar pertanyaan itu. Wajah mereka bahkan ia tidak tahu. hidup seoran...