Sosok itu berjalan tanpa arah dengan tatapan menunduk ke bawah. Menggunakan penutup kepala dan masker serta kacamata hitam guna menutupi identitasnya.
Minerva berjalan ke arah toko untuk membeli beberapa makanan yang harus ia makan. Dirinya berada di salah satu kota yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya.
Sejak insiden penembakan Sakala, gadis itu memutuskan untuk pergi dari Jakarta dan meninggalkan semua yang berhubungan dengan Rebells.
Sudah 5 hari sejak kejadian itu, namun dirinya masih terluntang-lantung kesana kemari guna untuk bersembunyi dari keramaian.
Gadis itu sungguh menyesal, dirinya diambang keraguan saat itu. Namun sayangnya, tidak akan berguna jika menyesal saat ini. Sakala sudah tiada. Untuk apa ia menyesal?
Punggungnya terasa ditepuk oleh seseorang, Minerva pun menolehkan kepalanya mendapati sosok itu berdiri tegap di depannya.
"Akhirnya ketemu."
"Lo ngapain di sini?" Mata Minerva memperhatikan seluruh arah, berhati-hati jika ada yang mengetahui.
Sosok itu mengikuti arah pandang Minerva yang terlihat ketakutan. "Gua ada urusan di sini sama Aeyza."
Minerva menghela nafas lega, ia berusaha untuk menghindari tatapan Daegal.
Mereka berdua memilih untuk duduk di bangku kecil. Belum memulai obrolan karena suasanya yang masih canggung.
"Apa kabar, Minerva?" Daegal membuka percakapan.
Minerva menggeleng, "Gak baik."
"Iya pasti gak baik.....," Daegal menggantung kalimat, "karena udah bunuh seseorang yang lo sayang."
Tercekat dengan perkataan menusuk dari bibir Daegal, Minerva tersenyum miris.
"Bener. Bahkan Sakala gak akan nerima permintaan maaf gue kalau pun dia selamat."
Daegal mengangguk. Melirik jam tangannya dan berdiri merapihkan pakaian. "Gua pamit. Lo jaga diri di sini, Minerva. Hati-hati."
---
Minerva sangat kecewa dengan keputusan Sakala yang lebih memilih Nathania. Entah mengapa, dirinya tidak tenang sejak saat itu.
Keadaan kamar Minerva sudah tidak terbentuk, karena emosi yang Minerva rasakan dilampiaskan kepada kamarnya.
Gadis itu turun ke bawah, ruang depan yang selalu menjadi penantian Minerva. Dia berharap, Sakala menyusulnya kemari.
Nafasnya ia hembuskan pasrah, apa dirinya sudah salah memilih untuk menyiram Nathania?
Minerva terduduk di sofa. Memijat pelipisnya sendiri sambil memejamkan mata.
Tok Tok.
Ketukan pintu terdengar. Dia segera berlari kearah pintu untuk membukakannya.
Aretha,
ada di depan sana.
Minerva menghembuskan nafasnya lagi, kali ini dengan nafas yang sangat berat.
Membiarkan Aretha masuk ke dalam rumahnya.Kedua gadis itu berjalan tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Keduanya terduduk di sofa ruang tengah Minerva.
"Jadi, Va, lo mau gimana?" tanya Aretha membuka percakapan.
Minerva mendongak ke atas, mencoba untuk berpikir dengan jernih ... sayangnya, tidak bisa. Pikiran yang ada saat ini, adalah pikiran jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION (Completed)
Fiksi Remaja[Konflik sedikit membingungkan. Hanya ada 1000-1400 kata setiap part.] Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata 'geng'? Apakah bayanganmu akan seperti kebanyakan orang? Mereka berpikir kalau sebuah geng hanya untuk anak-anak berandal dan tidak t...